Stok Pupuk Urea di Pasuruan Menipis
A
A
A
PASURUAN - Sebagai salah satu daerah lumbung penghasil beras, target produksi gabah di Kabupaten Pasuruan dipatok sebesar 603.000 ton/tahun. Namun jatah pupuk urea bersubsidi justru dikurangi dari 39.355 ton pada 2013 menjadi 33.657 ton pada 2014.
Akibat pengurangan jatah pupuk yang jauh di bawah usulan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) sebesar 42.567 ton, pasokan pupuk bersubsidi ini kian menipis. Hingga Mei, pupuk urea yang terserap petani mencapai 16.342 ton. Sisa tok sebesar 17.315 ton diperkirakan hanya akan cukup hingga empat bulan ke depan atau pada September 2014.
"Kami harus memperketat distribusi pupuk urea bersubsidi. Karena pada Oktober-Desember merupakan puncak musim tanam raya. Sehingga kebutuhan pupuk makin meningkat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan, Ihwan, Senin (26/5/2014).
Menurutnya, agar stok pupuk cukup hingga akhir tahun, sisa alokasi hanya bisa didistribusikan sebesar 2.473 ton/bulan. Untuk mengantisipasi kebutuhan pupuk mencapai rata-rata 4.000 ton/bulan, para petani diminta untuk mengkombinasi dengan penggunaan pupuk organik bersubsidi.
Penggunaan pupuk berimbang ini juga dalam rangka memperbaiki unsur hara tanah yang cenderung menurun akibat bahan-bahan kimia.
"Kebiasaan petani menggunakan pupuk urea ini mencapai 350-400 Kg/hektar, padahal idealnya 250-300 Kg/hektar dengan kombinasi pupuk organik 500 Kg/hektar. Tapi untuk merubah kebiasaan ini tidak mudah. Padahal jangka panjang, penggunaan pupuk organik ini dapat meningkatkan unsur hara tanah menjadi lebih baik," jelasnya.
Sebagai antisipasi menipisnya pasokan pupuk, pihaknya sudah mengirimkan surat ke Pemprov Jatim untuk menambah alokasi pupuk sebesar 8.911 ton. Tambahan alokasi pupuk ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan petani pada saat musim tanam raya pada akhir tahun mendatang.
"Kami optimis dapat memenuhi target produksi gabah 603.000 ton asalkan pemerintah menambah kuota pupuk urea sesuai kebutuhan. Kami berharap surat usulan tambahan alokasi pupuk ini dapat dipenuhi," kata Ihwan.
Sementara, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Pasuruan, Syaifudin mengatakan, kelangkaan pupuk ini sudah dirasakan petani pada kurun waktu sebulan terakhir. Para petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk urea didistributor dan kios-kios pupuk bersubsidi.
"Sekarang ini pupuk sulit dicari, karena tidak ada barang. Jatah pupuk juga dikurangi hanya 2,5 kwintal/hektar. Sedangkan kebutuhan petani 4-5 kuintal/hektare," kata Syaifudin.
Pihaknya berharap, pemerintah bisa menambah pasokan pupuk untuk kebutuhan petani. Karena untuk merubah kebiasaan petani menggunakan pupuk organik belum bisa dilakukan. Para petani lebih mempercayai penggunaan pupuk kimia yang hasilnya sudah bisa dirasakan manfaatnya.
Akibat pengurangan jatah pupuk yang jauh di bawah usulan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK) sebesar 42.567 ton, pasokan pupuk bersubsidi ini kian menipis. Hingga Mei, pupuk urea yang terserap petani mencapai 16.342 ton. Sisa tok sebesar 17.315 ton diperkirakan hanya akan cukup hingga empat bulan ke depan atau pada September 2014.
"Kami harus memperketat distribusi pupuk urea bersubsidi. Karena pada Oktober-Desember merupakan puncak musim tanam raya. Sehingga kebutuhan pupuk makin meningkat," kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan, Ihwan, Senin (26/5/2014).
Menurutnya, agar stok pupuk cukup hingga akhir tahun, sisa alokasi hanya bisa didistribusikan sebesar 2.473 ton/bulan. Untuk mengantisipasi kebutuhan pupuk mencapai rata-rata 4.000 ton/bulan, para petani diminta untuk mengkombinasi dengan penggunaan pupuk organik bersubsidi.
Penggunaan pupuk berimbang ini juga dalam rangka memperbaiki unsur hara tanah yang cenderung menurun akibat bahan-bahan kimia.
"Kebiasaan petani menggunakan pupuk urea ini mencapai 350-400 Kg/hektar, padahal idealnya 250-300 Kg/hektar dengan kombinasi pupuk organik 500 Kg/hektar. Tapi untuk merubah kebiasaan ini tidak mudah. Padahal jangka panjang, penggunaan pupuk organik ini dapat meningkatkan unsur hara tanah menjadi lebih baik," jelasnya.
Sebagai antisipasi menipisnya pasokan pupuk, pihaknya sudah mengirimkan surat ke Pemprov Jatim untuk menambah alokasi pupuk sebesar 8.911 ton. Tambahan alokasi pupuk ini diharapkan dapat mencukupi kebutuhan petani pada saat musim tanam raya pada akhir tahun mendatang.
"Kami optimis dapat memenuhi target produksi gabah 603.000 ton asalkan pemerintah menambah kuota pupuk urea sesuai kebutuhan. Kami berharap surat usulan tambahan alokasi pupuk ini dapat dipenuhi," kata Ihwan.
Sementara, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Pasuruan, Syaifudin mengatakan, kelangkaan pupuk ini sudah dirasakan petani pada kurun waktu sebulan terakhir. Para petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk urea didistributor dan kios-kios pupuk bersubsidi.
"Sekarang ini pupuk sulit dicari, karena tidak ada barang. Jatah pupuk juga dikurangi hanya 2,5 kwintal/hektar. Sedangkan kebutuhan petani 4-5 kuintal/hektare," kata Syaifudin.
Pihaknya berharap, pemerintah bisa menambah pasokan pupuk untuk kebutuhan petani. Karena untuk merubah kebiasaan petani menggunakan pupuk organik belum bisa dilakukan. Para petani lebih mempercayai penggunaan pupuk kimia yang hasilnya sudah bisa dirasakan manfaatnya.
(izz)