Ini Penyebab Ekspor RI April Turun
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kegiatan ekspor pada April 2014 mengalami penurunan 5,92% menjadi USD14,29 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara jika dibandingkan April 2013, terjadi penurunan 3,16%.
Ketua BPS Suryamin mengatakan, penurunan ekspor jika dirunut secara per bulan, dipengaruhi oleh kelompok lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 45,02%, dari USD2,03 miliar menjadi USD1,12 miliar. Salah satu komponen dengan penurunan tertinggi adalah komoditas Crude Palm Oil (CPO).
"Harga CPO dalam beberapa waktu terakhir turun cukup signifikan, sehingga komoditas andalan Indonesia setelah mineral ini memberi dampak besar bagi neraca perdagangan. Paling besar itu CPO, turun dari 8,27 juta ton menjadi 7,52 juta ton atau 9,03%. Kemudian harganya juga turun," ungkapnya di kantor BPS, Jakarta, Senin (2/6/2014).
Sementara, yang mengalami penurunan cukup tajam adalah permata dan perhiasan. Terjadi penurunan 23,15% dari USD441,7 juta menjadi USD339,4 juta. Kemudian kendaraan dari USD472,6 juta menjadi USD411,5 (13%), dan bahan bakar mineral dari USD2,06 miliar menjadi USD1,8 miliar (9,78%).
"Di sini untuk kelompok alas kaki ada peningkatan 30%, dari USD277 juta menjadi USD358,7 juta," ujarnya.
Suryamin menuturkan, penurunan ekspor pada April merupakan tren musiman yang juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2008 ada penurunan 9,05%, 2009 sebesar 1,87%, dan 2010 sebesar 7,59%.
Namun, pada 2011 ada sedikit kenaikan sebesar 1,15%. Lalu pada 2012 turun 6,25%, dan 2013 juga turun 1,75%. "Pada bulan-bulan ini ada penurunan ekspor cukup tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kecuali 2011," paparnya.
Dia menjelaskan, akumulasi ekspor Januari-April tercatat USD58,59 miliar. Ekspor non migas adalah USD48,09 miliar, dengan porsi terbesar bahan bakar mineral sebesar USD7,49 miliar serta lemak dan minyak hewan/nabati USD6,41 miliar.
Ketua BPS Suryamin mengatakan, penurunan ekspor jika dirunut secara per bulan, dipengaruhi oleh kelompok lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 45,02%, dari USD2,03 miliar menjadi USD1,12 miliar. Salah satu komponen dengan penurunan tertinggi adalah komoditas Crude Palm Oil (CPO).
"Harga CPO dalam beberapa waktu terakhir turun cukup signifikan, sehingga komoditas andalan Indonesia setelah mineral ini memberi dampak besar bagi neraca perdagangan. Paling besar itu CPO, turun dari 8,27 juta ton menjadi 7,52 juta ton atau 9,03%. Kemudian harganya juga turun," ungkapnya di kantor BPS, Jakarta, Senin (2/6/2014).
Sementara, yang mengalami penurunan cukup tajam adalah permata dan perhiasan. Terjadi penurunan 23,15% dari USD441,7 juta menjadi USD339,4 juta. Kemudian kendaraan dari USD472,6 juta menjadi USD411,5 (13%), dan bahan bakar mineral dari USD2,06 miliar menjadi USD1,8 miliar (9,78%).
"Di sini untuk kelompok alas kaki ada peningkatan 30%, dari USD277 juta menjadi USD358,7 juta," ujarnya.
Suryamin menuturkan, penurunan ekspor pada April merupakan tren musiman yang juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2008 ada penurunan 9,05%, 2009 sebesar 1,87%, dan 2010 sebesar 7,59%.
Namun, pada 2011 ada sedikit kenaikan sebesar 1,15%. Lalu pada 2012 turun 6,25%, dan 2013 juga turun 1,75%. "Pada bulan-bulan ini ada penurunan ekspor cukup tinggi seperti tahun-tahun sebelumnya. Kecuali 2011," paparnya.
Dia menjelaskan, akumulasi ekspor Januari-April tercatat USD58,59 miliar. Ekspor non migas adalah USD48,09 miliar, dengan porsi terbesar bahan bakar mineral sebesar USD7,49 miliar serta lemak dan minyak hewan/nabati USD6,41 miliar.
(izz)