Ali Wardhana Tokoh Reformasi Perpajakan
A
A
A
GENERASI muda Indonesia mungkin tidak banyak yang tahu dengan sosok Ali Wardhana. Namun, di mata akademisi, ekonom dan pemerhati, Ali adalah seorang panutan.
Pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) di era Orde Baru ini berperan penting terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Dia berhasil membuat reformasi perpajakan di tanah air.
Mantan Menkeu yang menjabat selama 15 tahun ini juga sukses memotong inflasi, disiplin dalam anggaran fiskal, serta memperkenalkan pentingnya stabilitas ekonomi makro di Indonesia.
Berkat dedikasinya itu, Ali dianugerahi penghargaan Wirakarya Adhitama (Lifetime Achievement Award) dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dan Ikatan Lulusan Universitas Indonesia (ILUNI) FEUI.
Penghargaan Wirakarya Adhitama ini diberikan bagi tokoh FEUI yang secara konsisten memberikan sumbangan pemikiran untuk menentukan arah, strategi, dan kebijakan pembangunan Indonesia.
"Saya bangga bisa menerima penghargaan (Wirakarya Adhitama) ini dari FEUI. Saya harap generasi muda (Indonesia) bisa lebih baik ke depan," ungkap Ali dalam acara Penganugerahan Penghargaan Wirakarya Adhitama di CIMB Niaga Financial Club, Jakarta, Jumat (6/6/2014).
Ali merupakan salah satu anggota penasihat ekonomi orde baru dan pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Industri dan Pengawasan Pembangunan selama 5 tahun (1983-1988).
Sebelumnya, dia juga pernah menjadi Menteri Keuangan selama 15 tahun untuk periode 1968-1983, dan pernah menjabat sebagai dekan FEUI selama 10 tahun sejak 1967-1978.
Pada September 1971, Ali terpilih sebagai Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk periode 1971-1972. Jabatan yang pernah dipegang Ali menggambarkan bahwa dirinya adalah sosok multipower, sosok yang pernah memegang tiga jabatan penting.
Sebagai Menteri Keuangan, Ali berperan besar meredam hyperinflation dalam dua tahun pada periode 1966-1968. Pada 1966, inflasi pernah mencapai 650%. Kemudian, inflasi diturunkan menjadi 112% pada 1967 dan 85% pada 1968. Selanjutnya, turun drastis menjadi 10% pada 1969.
Dia juga memperkenalkan disiplin fiskal APBN dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Indonesia berhasil memanfaatkan "Rejeki Uang Minyak" selama periode oil boom pada 1973-1982 bagi penguatan pembangunan nasional dan berhasil menghindari dampak negatif the dutch disease yang pernah terjadi di Nigeria dan Iran.
Pada 1970-an Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hanya berisi kebijakan minyak. Namun, Ali memperbaiki dengan mengintesifkan perpajakan. Masyarakat dan perusahaan mulai membayar pajak. Kini, pajak menjadi bagian penting dari penerimaan negara.
Ali menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi UI pada 1958. Kemudian, melanjutkan studi di University of California di Berkeley dan memperoleh gelar Master of Arts pada 1961. Pada 1962, dia menyelesaikan pendidikan doktoral dan meraih gelar Ph.D juga di University of California, dengan judul disertasi Monetary Policy in an Underdeveloped Economy: with Special Reference to Indonesia.
Beberapa Karya ilmiah baik nasional maupun internasional yang telah dipublikasikan, antara lain Foreign Exchange and its Implications in Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Oktober 1957), Beberapa segi Transmigrasi Spontan di Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Februari 1957), Inflasi dan Ketegangan-Ketegangan Strukturil, Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan (1965).
Pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) di era Orde Baru ini berperan penting terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Dia berhasil membuat reformasi perpajakan di tanah air.
Mantan Menkeu yang menjabat selama 15 tahun ini juga sukses memotong inflasi, disiplin dalam anggaran fiskal, serta memperkenalkan pentingnya stabilitas ekonomi makro di Indonesia.
Berkat dedikasinya itu, Ali dianugerahi penghargaan Wirakarya Adhitama (Lifetime Achievement Award) dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) dan Ikatan Lulusan Universitas Indonesia (ILUNI) FEUI.
Penghargaan Wirakarya Adhitama ini diberikan bagi tokoh FEUI yang secara konsisten memberikan sumbangan pemikiran untuk menentukan arah, strategi, dan kebijakan pembangunan Indonesia.
"Saya bangga bisa menerima penghargaan (Wirakarya Adhitama) ini dari FEUI. Saya harap generasi muda (Indonesia) bisa lebih baik ke depan," ungkap Ali dalam acara Penganugerahan Penghargaan Wirakarya Adhitama di CIMB Niaga Financial Club, Jakarta, Jumat (6/6/2014).
Ali merupakan salah satu anggota penasihat ekonomi orde baru dan pernah menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Industri dan Pengawasan Pembangunan selama 5 tahun (1983-1988).
Sebelumnya, dia juga pernah menjadi Menteri Keuangan selama 15 tahun untuk periode 1968-1983, dan pernah menjabat sebagai dekan FEUI selama 10 tahun sejak 1967-1978.
Pada September 1971, Ali terpilih sebagai Ketua Board of Governors Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional untuk periode 1971-1972. Jabatan yang pernah dipegang Ali menggambarkan bahwa dirinya adalah sosok multipower, sosok yang pernah memegang tiga jabatan penting.
Sebagai Menteri Keuangan, Ali berperan besar meredam hyperinflation dalam dua tahun pada periode 1966-1968. Pada 1966, inflasi pernah mencapai 650%. Kemudian, inflasi diturunkan menjadi 112% pada 1967 dan 85% pada 1968. Selanjutnya, turun drastis menjadi 10% pada 1969.
Dia juga memperkenalkan disiplin fiskal APBN dengan kebijakan-kebijakan yang dibuatnya. Indonesia berhasil memanfaatkan "Rejeki Uang Minyak" selama periode oil boom pada 1973-1982 bagi penguatan pembangunan nasional dan berhasil menghindari dampak negatif the dutch disease yang pernah terjadi di Nigeria dan Iran.
Pada 1970-an Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) hanya berisi kebijakan minyak. Namun, Ali memperbaiki dengan mengintesifkan perpajakan. Masyarakat dan perusahaan mulai membayar pajak. Kini, pajak menjadi bagian penting dari penerimaan negara.
Ali menyelesaikan pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi UI pada 1958. Kemudian, melanjutkan studi di University of California di Berkeley dan memperoleh gelar Master of Arts pada 1961. Pada 1962, dia menyelesaikan pendidikan doktoral dan meraih gelar Ph.D juga di University of California, dengan judul disertasi Monetary Policy in an Underdeveloped Economy: with Special Reference to Indonesia.
Beberapa Karya ilmiah baik nasional maupun internasional yang telah dipublikasikan, antara lain Foreign Exchange and its Implications in Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Oktober 1957), Beberapa segi Transmigrasi Spontan di Indonesia, Ekonomi dan Keuangan Indonesia (Februari 1957), Inflasi dan Ketegangan-Ketegangan Strukturil, Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan (1965).
(izz)