Tanggapan Menperin Soal Mobil Hybrid dan Listrik
A
A
A
JAKARTA - Pengembangan mobil hybrid dan mobil listrik di Indonesia belum terlalu berkembang. Lain halnya dengan mobil murah ramah lingkungan atau low cost green car (LCGC) yang kini sudah diproduksi bahkan diekspor ke luar negeri.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, bahwa belum ada teknologi yang memadai untuk merealisasikan dimulainya produksi mobil ini di Indonesia.
Menuruntya, perlu waktu panjang agar mobil jenis ini bisa diproduksi di Indonesia. "Kalau soal mobil hybrid saya kira masih agak jauh untuk direalisasikan. Teknologinya masih harus dicari penemuan atau sistem yang bisa lebih murah dan hampir bisa menyamai yang normal," katanya usai rapat kerja dengan Komisis VI DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/6/2014).
Dia juga mengatakan, teknologi dan sistem untuk mengembangkan mobil hybrid saat ini membuat harga mobil hybrid lebih mahal dibanding mobil biasa pada umumnya.
"Di atas 40% lebih mahal dari yang normal. Kalau dipaksakan juga kurang laku," ungkapnya.
Hidayat mengatakan, Thailand sedang mengembangkan mobil hybrid, dan Indonesia akan belajar ke Negeri Gajah Putih itu untuk mengembangkan sistem dan teknologi yang lebih murah.
Sementara, mengenai mobil listrik, Hidayat mengatakan, secara teknologi, Indonesia siap memproduksi mobil ini secara massal pada 2017.
Saat ini masih ada beberapa komponen yang masih diimpor seperti baterai. Nanti, seluruhnya diharapkan bisa diproduksi di Indonesia.
"Kalau mobil listrik itu sudah ditangani, ada roadmapnya. Katanya bisa siap secara tekonologi pada 2017," tutup dia.
Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, bahwa belum ada teknologi yang memadai untuk merealisasikan dimulainya produksi mobil ini di Indonesia.
Menuruntya, perlu waktu panjang agar mobil jenis ini bisa diproduksi di Indonesia. "Kalau soal mobil hybrid saya kira masih agak jauh untuk direalisasikan. Teknologinya masih harus dicari penemuan atau sistem yang bisa lebih murah dan hampir bisa menyamai yang normal," katanya usai rapat kerja dengan Komisis VI DPR RI di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (9/6/2014).
Dia juga mengatakan, teknologi dan sistem untuk mengembangkan mobil hybrid saat ini membuat harga mobil hybrid lebih mahal dibanding mobil biasa pada umumnya.
"Di atas 40% lebih mahal dari yang normal. Kalau dipaksakan juga kurang laku," ungkapnya.
Hidayat mengatakan, Thailand sedang mengembangkan mobil hybrid, dan Indonesia akan belajar ke Negeri Gajah Putih itu untuk mengembangkan sistem dan teknologi yang lebih murah.
Sementara, mengenai mobil listrik, Hidayat mengatakan, secara teknologi, Indonesia siap memproduksi mobil ini secara massal pada 2017.
Saat ini masih ada beberapa komponen yang masih diimpor seperti baterai. Nanti, seluruhnya diharapkan bisa diproduksi di Indonesia.
"Kalau mobil listrik itu sudah ditangani, ada roadmapnya. Katanya bisa siap secara tekonologi pada 2017," tutup dia.
(izz)