Industri Perkebunan Sawit Gerakkan Ekonomi Daerah

Kamis, 19 Juni 2014 - 18:40 WIB
Industri Perkebunan Sawit Gerakkan Ekonomi Daerah
Industri Perkebunan Sawit Gerakkan Ekonomi Daerah
A A A
MALANG - Ketua Bidang Advokasi dan Hukum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tungkot Sipayung menegaskan industri perkebunan kelapa sawit terbukti menggerakkan ekonomi daerah. Indikasinya, makin tinggi produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), berkorelasi dengan peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB) suatu daerah.

Paling tidak ada empat provinsi penghasil CPO di Indonesia, yakni di Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan perekonomiannya sangat dipengaruhi jumlah produksi CPO.

"Perekonomian kabupaten sentra sawit pertumbuhannya juga lebih tinggi dibandingkan non sawit," kata Tungkot pada acara workshop wartawan dan mahasiswa Meluruskan Persepsi Negatif Industri Kelapa Sawit Indonesia di Malang, Kamis (19/7/2014).

Kondisi ini, kata dia, disebabkan industri perkebunan kelapa sawit yang banyak melibatkan masyarakat. Statistik perkebunan kelapa sawit Indonesia memperlihatkan jumlah unit usaha keluarga petani kelapa sawit rakyat meningkat cepat.

Pada 1990 hanya terdapat 142.000 unit usaha yang mengusahakan 291.330 hektare (ha). Namun pada 2013 meningkat drastis menjadi 3.703.000 unit usaha yang mengusahakan 3.790.140 ha. "Ini membuktikan bahwa perkebunan sawit sangat menggiurkan jika dibandingkan menanam komoditas non sawit," katanya.

Sawit juga banyak menyerap tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja ini sejalan dengan perluasan lahan yang tertanami sawit. Jika pada 2000 sektor ini menyerap 3.453.464 orang, di 2013 telah mencapai 9.342.970 orang.

Tungkot juga menjelaskan, sawit tidak hanya mengentaskan masyarakat pedalaman dari kemiskinan, tapi juga memicu tumbuhnya masyarakat kelas menengah di Indonesia.

"Di IPB (Institut Pertanian Bogor) saat ini didominasi mahasiswa asal daerah. Ini terjadi karena meningkatnya ekonomi perekonomian keluarga petani sawit yang ada di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang notabene merupakan daerah penghasil sawit," kata Tungkot.

Areal lahan perkebunan kelapa sawit hingga 2012 mencapai 9.230.000 ha. Total lahan ini terdiri terdiri atas 711.000 ha atau 7,7% milik BUMN, 4.745.000 ha atau sekitar 51,4% milik perusahaan swasta. Sementara itu sisanya 3.774.000 ha atau sekitar 40,9% dimiliki petani.

“Ada sekitar 7.000 ha kebun sawit milik petani plasma di Riau yang sudah produktif. Perputaran uang per bulan di sana sekitar Rp10 triliun. Ini membuktikan bahwa sawit sangat mengangkat harkat dan martabat warga pedalaman,” kata Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad.

Oleh sebab itu, lanjut Asmar, adanya isu yang menyatakan perkebunan kelapa sawit mengusir warga lokal sama sekali tidak benar. “Itu hanya propaganda pihak asing yang ingin menghambat penetrasi minyak sawit kita di pasar ekspor,” katanya.

Menurut Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Damat MP, banyaknya kampanye negatif yang ditujukan ke perkebunan kelapa sawit di Indonesia tak lepas dari kekhawatiran produsen minyak nabati non sawit.

Sebab saat ini CPO telah menggeser dominasi perdagangan minyak nabati dunia yang sebelumnya dikuasai minyak kedelai (soybean), minyak rape (rapeseed), dan minyak bunga matahari (sun flower).

“Inilah yang menyebabkan sawit selalu menjadi sasaran tembak oleh isu-isu negatif yang datang dari luar,” kata Damat MP.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4592 seconds (0.1#10.140)