Optimisme Pelaku Bisnis di Indonesia Anjlok

Jum'at, 27 Juni 2014 - 18:22 WIB
Optimisme Pelaku Bisnis...
Optimisme Pelaku Bisnis di Indonesia Anjlok
A A A
JAKARTA - Grant Thornton International Business Report (IBR) melaporkan optimisme para pelaku bisnis di Indonesia pada kuartal kedua (Q2) 2014 terhadap kondisi ekonomi dan lingkungan bisnis mengalami penurunan signifikan dari 78% menjadi 48%

Meski demikian, optimisme para pelaku bisnis di Indonesia masih berada di atas rata-rata optimisme bisnis global sebesar 46%. Hal ini sekaligus menempatkan Indonesia di peringkat ke-14 dari 34 negara yang disurvei pada triwulan II/2014, tepat di belakang India (86%), Irlandia (84%), Inggris Raya (80%), Jerman (79%), Amerika Serikat (74%), Selandia Baru (70%), Belanda (66%), Nigeria (64%), Singapura (59%), Kanada (57%), Swedia (51%), Australia (50%), dan Malaysia (49%).

Di wilayah ASEAN, optimisme bisnis mengalami sedikit penurunan menjadi net balance 43%, dari sebelumnya 50% yang menempatkan Indonesia menjadi negara ASEAN dengan optimisme bisnis terkuat ketiga.

Para pelaku bisnis di Indonesia tidak terlalu optimis dengan prospek pertumbuhan bisnis yang ada. Hanya 68% yang memiliki ekspektasi atas pertumbuhan pendapatan, angka ini turun 16% dari net 84% pada triwulan yang lalu. Penurunan 21% juga terlihat pada ekspektasi atas harga penjualan, dari net 57% turun menjadi 36%. Ekspektasi atas lapangan pekerjaan juga mengalami penurunan 15%, dari net 55% menjadi 40%. Sementara ekspektasi untuk menghasilkan keuntungan turun 26%, dari net 76% menjadi 50%.

“Ekonomi dalam keadaan stagnan merupakan hal yang wajar terjadi ketika suatu negara sedang menghadapi pemilihan umum. Persaingan antarkandidat presiden Indonesia berlangsung lebih ketat dari perkiraan semula, di mana hal ini mendorong terciptanya ketidakpastian ekonomi dan lingkungan bisnis, sehingga aktivitas ekonomi melaju lebih lambat," ujar Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani dalam keterangan tertulisnya yang dilansir Sindonews, Jumat (27/6/2014).

Para pemimpin bisnis di Indonesia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dan ketidakpastian ekonomi sebagai dua faktor penentu bagi pertumbuhan bisnis. Tantangan besar lainnya meliputi kurangnya pendanaan dan keteraturan, biaya pengadaan energi yang semakin tinggi, infrastruktur transportasi, teknologi, komputer, dan informasi; serta fluktuasi nilai tukar.”

“Ketidakpastian membuat beberapa investor khawatir. Sebagian besar perusahaan yang ada, baik yang dimiliki oleh pemerintah maupun swasta, mengambil sikap wait and see. Mereka cenderung bersikap bijak dengan berhati-hati, seperti menunda investasi, menunda Initial Public Offering (IPO); hingga mereka mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi politik pada saat menjelang dan setelah pemilihan presiden,” paparnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7325 seconds (0.1#10.140)