Harga Daging Sapi di Semarang Tembus Rp120 Ribu/Kg
A
A
A
SEMARANG - Memasuki hari pertama Ramadan, masyarkat harus dihadapkan dengan mahalnya daging sapi. Di Kota Semarang harga daging sapi molonjak hingga Rp120 ribu per kilogram (kg) atau naik sekitar Rp20-30 ribu per kg, dibandingkan bulan sebelumnya.
Keniakan harga ini dipicu banyaknya permintaan, yang tidak diimbangi dengan ketersediaan daging dipasaran. Salah seorang pedagang daging di Pasar Johar, Sri Wahyuni mengatakan, akibat kenaikan tersebut dirinya tidak berani mengambil daging dari rumah pemotongan hewan dalam jumlah banyak.
Jika sebelum harga naik dirinya mampu menjual kurang lebih 1 kwintal, kali ini dirinya hanya menjual kurang lebih 50-75 kg. "Yang beli sebenarnya tetap ada, tetapi jumlahnya dikurangi,” kata Warga Tegalsari Semarang ini, Minggu (29/6/2014).
Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada daging sapi, tetapi juga daging ayam. Jika sebelum Ramadan, harganya masih di kisaran Rp30 ribu per kg sekarang ini sudah naik menjadi Rp35 ribu.
Selain itu harga telur ayam juga tembus diharga Rp20 ribu per kg. Para pedagang mengeluhkan kenaikan harga tersebut, karena permintaan berkurang. Harga sayur mayur juga tak luput dari kenaikan harga.
Suharti, salah satu pedagang daging ayam di Pasar Johar mengaku, biasanya harga daging ayam tidak akan turun sampai setelah Lebaran. "Kalaupun turun itu nanti di pertengahan puasa, dan turunnya juga tidak banyak paling sekitar Rp500-Rp1.000," katanya.
Naiknya hampir semua bahan kebutuhan rumah tangga, membuat warga masyarakat, akhirnya harus merogoh keuangan lebih dalam lagi. "Jika biasanya ke pasar bisa bawa uang Rp20 ribu sekarang harus lebih, karena semua naik," kata Susilowati, warga Banyumanik.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono mengungkapkan, berdasarkan hasil survei menunjukkan, ekspektasi inflasi menjelang puasa dan Lebaran masih terjaga.
"Berkaitan dengan hal tersebut, TPID telah menyiapkan paket kebijakan pengendalian inflasi yang menyeluruh, dari upaya untuk menjaga ketersediaan pasokan, menjaga kelancaran distribusi, memastikan keterjangkauan harga oleh masyarakat, hingga gerakan edukasi konsumen untuk mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat," katanya.
Keniakan harga ini dipicu banyaknya permintaan, yang tidak diimbangi dengan ketersediaan daging dipasaran. Salah seorang pedagang daging di Pasar Johar, Sri Wahyuni mengatakan, akibat kenaikan tersebut dirinya tidak berani mengambil daging dari rumah pemotongan hewan dalam jumlah banyak.
Jika sebelum harga naik dirinya mampu menjual kurang lebih 1 kwintal, kali ini dirinya hanya menjual kurang lebih 50-75 kg. "Yang beli sebenarnya tetap ada, tetapi jumlahnya dikurangi,” kata Warga Tegalsari Semarang ini, Minggu (29/6/2014).
Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada daging sapi, tetapi juga daging ayam. Jika sebelum Ramadan, harganya masih di kisaran Rp30 ribu per kg sekarang ini sudah naik menjadi Rp35 ribu.
Selain itu harga telur ayam juga tembus diharga Rp20 ribu per kg. Para pedagang mengeluhkan kenaikan harga tersebut, karena permintaan berkurang. Harga sayur mayur juga tak luput dari kenaikan harga.
Suharti, salah satu pedagang daging ayam di Pasar Johar mengaku, biasanya harga daging ayam tidak akan turun sampai setelah Lebaran. "Kalaupun turun itu nanti di pertengahan puasa, dan turunnya juga tidak banyak paling sekitar Rp500-Rp1.000," katanya.
Naiknya hampir semua bahan kebutuhan rumah tangga, membuat warga masyarakat, akhirnya harus merogoh keuangan lebih dalam lagi. "Jika biasanya ke pasar bisa bawa uang Rp20 ribu sekarang harus lebih, karena semua naik," kata Susilowati, warga Banyumanik.
Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Tengah Sri Puryono mengungkapkan, berdasarkan hasil survei menunjukkan, ekspektasi inflasi menjelang puasa dan Lebaran masih terjaga.
"Berkaitan dengan hal tersebut, TPID telah menyiapkan paket kebijakan pengendalian inflasi yang menyeluruh, dari upaya untuk menjaga ketersediaan pasokan, menjaga kelancaran distribusi, memastikan keterjangkauan harga oleh masyarakat, hingga gerakan edukasi konsumen untuk mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat," katanya.
(izz)