Keberhasilan Renegosiasi Gas Tangguh Dinilai Telat
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara menilai, keberhasilan Indonesia merenegosiasi kontrak gas Tangguh ke Provinsi Fujian dengan China National Offshore Oil Coorporation (CNOOC) sebagai keberhasilan yang terlambat.
Pasalnya, hal tersebut seharusnya sudah dilakukan sejak empat tahun lalu atau 2010. Sementara saat ini, kerugian yang didapat Indonesia sudah cukup banyak atas murahnya harga ekspor gas Tangguh ke Fujian, China.
"Ya saya kira memang harus dilakukan (renegosiasi) dan sudah terlambat sebenarnya. Harusnya kan 2010 dan harganya dulu memang sangat murah. Jadi, kalau berhasil saya kira, keberhasilan yang terlambat. Kita sudah rugi cukup banyak itu," ujar dia kepada Sindonews di Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Lebih lanjut dia menuturkan, harga gas Tangguh yang berhasil direnegosiasi masih lebih murah dibanding harga dalam negeri. Oleh sebab itu, negosiasi yang akan datang harus dibuat lebih mahal harganya.
"Kalau yang sekarang ini memang masih belum adil untuk konsumen dalam negeri," tandas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, setelah melalui negosiasi yang cukup alot selama 1,5 tahun, pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya berhasil melakukan renegosiasi kontrak gas Tangguh untuk Provinsi Fujian dengan China National Offshore Oil Coorporation (CNOOC).
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, harga gas Tangguh yang diekspor ke Fujian sejak 1 Juli 2014 naik menjadi USD8,65 per MM British Thermal Unit (MMBTU) dari sebelumnya sebesar USD3,3 per MMBTU.
Pasalnya, hal tersebut seharusnya sudah dilakukan sejak empat tahun lalu atau 2010. Sementara saat ini, kerugian yang didapat Indonesia sudah cukup banyak atas murahnya harga ekspor gas Tangguh ke Fujian, China.
"Ya saya kira memang harus dilakukan (renegosiasi) dan sudah terlambat sebenarnya. Harusnya kan 2010 dan harganya dulu memang sangat murah. Jadi, kalau berhasil saya kira, keberhasilan yang terlambat. Kita sudah rugi cukup banyak itu," ujar dia kepada Sindonews di Jakarta, Rabu (2/7/2014).
Lebih lanjut dia menuturkan, harga gas Tangguh yang berhasil direnegosiasi masih lebih murah dibanding harga dalam negeri. Oleh sebab itu, negosiasi yang akan datang harus dibuat lebih mahal harganya.
"Kalau yang sekarang ini memang masih belum adil untuk konsumen dalam negeri," tandas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, setelah melalui negosiasi yang cukup alot selama 1,5 tahun, pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akhirnya berhasil melakukan renegosiasi kontrak gas Tangguh untuk Provinsi Fujian dengan China National Offshore Oil Coorporation (CNOOC).
Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, harga gas Tangguh yang diekspor ke Fujian sejak 1 Juli 2014 naik menjadi USD8,65 per MM British Thermal Unit (MMBTU) dari sebelumnya sebesar USD3,3 per MMBTU.
(rna)