Industri Tekstil Majalaya Siap Hadapi MEA 2015
A
A
A
BANDUNG - Pelaku industri tekstil Majalaya menyatakan siap untuk menghadapi pasar bebas ASEAN atau yang lebih dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.
Kendati demikian, mereka menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan tidak serius dalam menyosialisasikannya kepada para pelaku industri yang sudah ada lebih dari satu abad.
Keadaan tersebut, menurut Ketua Persatuan Tekstil Majalaya Deden Suwega, menyebabkan ketidaksinkronan antara pemerintah dengan pelaku industri tekstil.
“Persiapan menghadapi MEA ini harusnya seperti menghadapi event-event olahraga, misalnya Piala Dunia. Mereka benar-benar dipersiapkan sejak dini, jauh sebelum pelaksanaan event tersebut,” ujarnya, Rabu (2/7/2014).
Dengan persiapan sejak dini, kata Deden, pelaku industri jadi memiliki target yang harus dicapai, sehingga tahap demi tahap yang dilaluinya jelas.
“Sampai saat ini, kami tidak pernah menerima sosialisasi mengenai untung rugi dari adanya MEA itu. Bahkan mungkin masih ada perajin tekstil di Majalaya yang belum tahu sama sekali apa itu MEA,” sambung Deden.
Meskipun demikian, para perajin tetap siap menghadapi MEA dengan segala kemampuan yang dimiliki. Persaingan secara bebas, Deden mencontohkan, seperti kran air yang setiap hari dibuka sedikit demi sedikit.
“MEA ini seperti membuka kran air itu sekaligus. Ibarat tentara, kami siap tempur. Selama ini kan memang banyak tantangan yang harus dihadapi. Jadi pemenang atau pecundang nantinya, tergantung pada kesiapan kami menghadapinya,” tutur Deden.
Optimisme tersebut bukan tanpa alasan, Deden bersyukur atas pencapaian para perajin tekstil terutama kain sarung di Majalaya. Dalam tiga tahun terakhir ini, pesanan kain sarung tiap bulan bisa mencapai 1 juta, bahkan lebih untuk momentum menjelang Lebaran.
“Tidak seperti dulu yang hanya banyak di bulan-bulan menjelang Lebaran. Kini tiap bulan ada pesanan kain sarung,” imbuhnya.
Deden menyebutkan, produksi tekstil Majalaya sudah memiliki pasar tersendiri terutama di kota-kota besar di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Ke luar negeri langsung belum, mungkin dengan MEA ini bisa jadi kami akan memperluas pasar. Karena kalau secara personal, sudah ada beberapa jaringan yang sudah dijalin dari sekarang,” pungkasnya.
Kendati demikian, mereka menyayangkan sikap pemerintah yang terkesan tidak serius dalam menyosialisasikannya kepada para pelaku industri yang sudah ada lebih dari satu abad.
Keadaan tersebut, menurut Ketua Persatuan Tekstil Majalaya Deden Suwega, menyebabkan ketidaksinkronan antara pemerintah dengan pelaku industri tekstil.
“Persiapan menghadapi MEA ini harusnya seperti menghadapi event-event olahraga, misalnya Piala Dunia. Mereka benar-benar dipersiapkan sejak dini, jauh sebelum pelaksanaan event tersebut,” ujarnya, Rabu (2/7/2014).
Dengan persiapan sejak dini, kata Deden, pelaku industri jadi memiliki target yang harus dicapai, sehingga tahap demi tahap yang dilaluinya jelas.
“Sampai saat ini, kami tidak pernah menerima sosialisasi mengenai untung rugi dari adanya MEA itu. Bahkan mungkin masih ada perajin tekstil di Majalaya yang belum tahu sama sekali apa itu MEA,” sambung Deden.
Meskipun demikian, para perajin tetap siap menghadapi MEA dengan segala kemampuan yang dimiliki. Persaingan secara bebas, Deden mencontohkan, seperti kran air yang setiap hari dibuka sedikit demi sedikit.
“MEA ini seperti membuka kran air itu sekaligus. Ibarat tentara, kami siap tempur. Selama ini kan memang banyak tantangan yang harus dihadapi. Jadi pemenang atau pecundang nantinya, tergantung pada kesiapan kami menghadapinya,” tutur Deden.
Optimisme tersebut bukan tanpa alasan, Deden bersyukur atas pencapaian para perajin tekstil terutama kain sarung di Majalaya. Dalam tiga tahun terakhir ini, pesanan kain sarung tiap bulan bisa mencapai 1 juta, bahkan lebih untuk momentum menjelang Lebaran.
“Tidak seperti dulu yang hanya banyak di bulan-bulan menjelang Lebaran. Kini tiap bulan ada pesanan kain sarung,” imbuhnya.
Deden menyebutkan, produksi tekstil Majalaya sudah memiliki pasar tersendiri terutama di kota-kota besar di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
“Ke luar negeri langsung belum, mungkin dengan MEA ini bisa jadi kami akan memperluas pasar. Karena kalau secara personal, sudah ada beberapa jaringan yang sudah dijalin dari sekarang,” pungkasnya.
(rna)