Kisah KPPU Tingkatkan Persaingan Sehat Industri Penerbangan

Rabu, 16 Juli 2014 - 09:55 WIB
Kisah KPPU Tingkatkan Persaingan Sehat Industri Penerbangan
Kisah KPPU Tingkatkan Persaingan Sehat Industri Penerbangan
A A A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) baru saja melakukan penandatanganan kerja sama mengenai pengaturan dan pengawasan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di sektor jasa keuangan.

Dalam kesempatan tersebut, Ketua KPPU Nawir Messi sempat menceritakan sepak terjangnya meningkatkan persaingan sehat di industri penerbangan 14 tahun silam.

Saat itu, KPPU baru saja terbentuk dan pihaknya dihadapkan dengan permasalahan mahalnya tiket pesawat terbang di Indonesia. Padahal keadaan menuntutnya untuk berkeliling ke daerah-daerah menggunakan pesawat.

"Tahun pertama dihadapkan dengan mahalnya tiket pesawat ke berbagai daerah. Waktu itu cuma ada Garuda Indonesia dan Merpati," kisahnya di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (15/7/2014) malam.

Melihat hal tersebut, KPPU minta kepada pemerintah untuk membuka persaingan dengan mengizinkan agar asing dapat masuk. Namun, dia menafsirkan, hal ini bukan berarti dibebaskan masuk selebar-lebarnya.

"KPPU minta ke pak menteri (Menteri Perhubungan), bisa enggak kita buka persaingan. Bukan berarti kita biarkan asing bebas, permudah izinnya. Tapi ditolak oleh Merpati dan Garuda Indonesia," tutur Nawir.

Pihak Garuda Indonesia dan Merpati khawatir datangnya kompetitor baru hanya akan membuat perusahaan gulung tikar."Kalau tahun itu dibuka, maka tahun depannya mereka bilang bisa tutup. Merpati malah lebih galak lagi, minta jangan dibuka dengan alasan yang sama. Tapi saya bilang, ganti saja nama Merpati jadi Capung kalau tidak bisa bersaing," jelasnya.

Menurut dia, saat itu menjadi saat di mana industri penerbangan belum tersentuh oleh persaingan. Bahkan tiap tahunnya Garuda tidak pernah catatkan positif profit. Pasar tidak terintegrasi satu sama lain.

"Alhamdulillah dalam waktu dua sampai tiga tahun, jumlah penumpang dari kurang dari 1 juta, sekarang sampai 44 juta. Nah kita ingin coba lakukan yang sama di sektor keuangan. Kalau kita bisa menata persaingan sehat di sektor keuangan, sehingga saat hadapi AEC (ASEAN Economic Community) tidak perlu khawatir," pungkasnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5598 seconds (0.1#10.140)