Penjualan Oleh-oleh Khas Semarang Naik Dua Kali Lipat
A
A
A
SEMARANG - Penjualan oleh-oleh khas Semarang selama lebaran dan sebelum lebaran mengalami peningkatan lebih dari 100% dibandingkan hari-hari biasa. Peningkatan penjualan tersebut disebabkan oleh faktor siklikal, yang sesuai polanya, konsumsi masyarakat pada saat menjelang dan sesudah lebaran mengalami peningkatan.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu produsen Wingko Babat Semarang Kota Tempo Doeloe, Ny Wiwiek Sulistyowati mengaku, omsetnya naik dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Kenaikan tersebut mulai terasa dua hari setelah Hari raya Idul Fitri.
“Kalau biasanya sehari hanya 10 Kg, sekarang ini berapapun yang dibuat selalu habis,” katanya, akhir pekan kemarin.
Dia mengaku, setelah lebaran ini pembeli wingko rata-rata justru datang dari luar kota, seperti Jakarta dan Bandung untuk oleh-oleh.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Toko Bandeng Juwana Pandanaran Dhani Susanto. Dia mengaku, dua dan tiga hari usai lebaran menjadi waktu yang terpadat. Bahkan sepanjang jalan Pandanaran yang menjadi pusat penjualan oleh-oleh terus dipadai pengunjung.
Dia mengaku, sejak bulan Ramadan hingga paska lebaran ini tokonya sudah menyiapkan stok barang dagangan dua kali lipat dari hari biasanya. Dengan produk andalan bandeng Presto, wingko, lumpia, dan beberapa oleh-oleh khas lainnya. ”Biasanya memang paling ramai dua dan tiga hari setelah lebaran,” katanya.
Wakil ketua Asosiasi Pengusaha Pandanaran Semarang Arif H Kusmadi menuturkan, setiap kali lebaran memang penjualan oleh-oleh khas Semarang meningkat dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.
“Meningkat pasti meningkat, karena bisa dilihat pengunjungnya juga cukup banyak,” katanya tanpa mau menyebutkan omzet penjualannya.
Dia mengaku, oleh-oleh yang cukup digemari di antaranya adalah bandeng presto, lumpia dan wingko Babat. Ketiga makanan tersebut menjadi ciri khas kota Semarang.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia Wilayah V Jateng terindikasi, penjualan eceran pada bulan Juli 2014 diperkirakan meningkat 24,1% (mtm), lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan bulanan dalam satu tahun terakhir 6,25%.
Peningkatan pertumbuhan relatif tinggi terjadi pada dua kelompok yakni sandang dan pangan. “Kelompok sandang naik 30,6% dan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau 28%. Lonjakan pertumbuhan penjualan tersebut lebih disebabkan oleh faktor siklikal, yang sesuai polanya, konsumsi masyarakat yang meningkat,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah V Marlison Hakim.
Ditambahkannya, survei yang sama juga mengekspektasikan, pada tiga dan enam bulan yang akan datang penjualan eceran akan menurun, sebagaimana tercermin dari penurunan pertumbuhan indeks ekspektasi penjualan pada tiga dan enam bulan yang akan datang masing-masing 3,28% (mtm) dan 1,54% (mtm).
“Penurunan penjualan ini disebabkan konsumsi masyarakat pasca perayaan lebaran sudah kembali ke pola normalnya,” imbuhnya.
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu produsen Wingko Babat Semarang Kota Tempo Doeloe, Ny Wiwiek Sulistyowati mengaku, omsetnya naik dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Kenaikan tersebut mulai terasa dua hari setelah Hari raya Idul Fitri.
“Kalau biasanya sehari hanya 10 Kg, sekarang ini berapapun yang dibuat selalu habis,” katanya, akhir pekan kemarin.
Dia mengaku, setelah lebaran ini pembeli wingko rata-rata justru datang dari luar kota, seperti Jakarta dan Bandung untuk oleh-oleh.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kepala Toko Bandeng Juwana Pandanaran Dhani Susanto. Dia mengaku, dua dan tiga hari usai lebaran menjadi waktu yang terpadat. Bahkan sepanjang jalan Pandanaran yang menjadi pusat penjualan oleh-oleh terus dipadai pengunjung.
Dia mengaku, sejak bulan Ramadan hingga paska lebaran ini tokonya sudah menyiapkan stok barang dagangan dua kali lipat dari hari biasanya. Dengan produk andalan bandeng Presto, wingko, lumpia, dan beberapa oleh-oleh khas lainnya. ”Biasanya memang paling ramai dua dan tiga hari setelah lebaran,” katanya.
Wakil ketua Asosiasi Pengusaha Pandanaran Semarang Arif H Kusmadi menuturkan, setiap kali lebaran memang penjualan oleh-oleh khas Semarang meningkat dua kali lipat dibandingkan hari-hari biasa.
“Meningkat pasti meningkat, karena bisa dilihat pengunjungnya juga cukup banyak,” katanya tanpa mau menyebutkan omzet penjualannya.
Dia mengaku, oleh-oleh yang cukup digemari di antaranya adalah bandeng presto, lumpia dan wingko Babat. Ketiga makanan tersebut menjadi ciri khas kota Semarang.
Sementara itu, berdasarkan hasil survei penjualan eceran yang dilakukan oleh Bank Indonesia Wilayah V Jateng terindikasi, penjualan eceran pada bulan Juli 2014 diperkirakan meningkat 24,1% (mtm), lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan bulanan dalam satu tahun terakhir 6,25%.
Peningkatan pertumbuhan relatif tinggi terjadi pada dua kelompok yakni sandang dan pangan. “Kelompok sandang naik 30,6% dan kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau 28%. Lonjakan pertumbuhan penjualan tersebut lebih disebabkan oleh faktor siklikal, yang sesuai polanya, konsumsi masyarakat yang meningkat,” kata Deputi Kepala Perwakilan BI Wilayah V Marlison Hakim.
Ditambahkannya, survei yang sama juga mengekspektasikan, pada tiga dan enam bulan yang akan datang penjualan eceran akan menurun, sebagaimana tercermin dari penurunan pertumbuhan indeks ekspektasi penjualan pada tiga dan enam bulan yang akan datang masing-masing 3,28% (mtm) dan 1,54% (mtm).
“Penurunan penjualan ini disebabkan konsumsi masyarakat pasca perayaan lebaran sudah kembali ke pola normalnya,” imbuhnya.
(gpr)