Batasi Pekerja Asing, Kredibilitas Singapura Dipertanyakan

Rabu, 06 Agustus 2014 - 15:49 WIB
Batasi Pekerja Asing, Kredibilitas Singapura Dipertanyakan
Batasi Pekerja Asing, Kredibilitas Singapura Dipertanyakan
A A A
SINGAPURA - Reputasi bisnis Singapura yang dikenal ramah ternodai penerapan aturan perburuhan baru yang mewajibkan perusahaan memprioritaskan penduduk setempat dibanding orang asing untuk pekerjaan berpenghasilan menengah.

Dilansir dari Reuters, Rabu (6/8/2014), perusahaan-perusahaan besar dan menengah yang ingin mempekerjakan pegawai dengan gaji bulanan di bawah 12.000 dolar Singapura (USD9.700) atau Rp112.942.534 harus mengiklankan posisi pada database lowongan kerja online yang dikelola pemerintah, hanya dapat didaftar warga negara Singapura dan penduduk tetap (permanent resident).

Lowongan kerja harus tetap terbuka untuk penduduk setempat selama dua minggu sebelum perusahaan diperbolehkan mencari kandidat dari pegawai asing.

Banyak perusahaan multinasional, seperti Google, Microsoft, Procter & Gamble dan BP, menggunakan Singapura sebagai kantor pusat regional mereka, tertarik oleh stabilitas politik dan ekonomi negara kota itu, karena pajak rendah dan kemampuan menarik bakat dari seluruh Asia dan dunia.

Tenaga asing menguasai sekitar 38% dari 3,4 juta tenaga kerja Singapura dan aturan baru sebagai langkah pemerintah yang bertujuan meredakan kekhawatiran penduduk setempat tentang keberadaan tenaga asing yang terus tumbuh di pulau kecil.

Kekhawatiran tentang pekerjaan adalah salah satu masalah yang paling menonjol diangkat pada pemilihan umum 2011, yang paling diperebutkan sejak kemerdekaan Singapura. Suara partai People's Action Party merosot ke sekitar 60% dari 67% pada pemilu sebelumnya.

Para ekonom mengatakan pembatasan tenaga kerja asing bisa merusak reputasi negara kota itu sebagai ekonomi terbuka dan bebas.

"Ada risiko bahwa Singapura mungkin bergeser ke bawah dalam hal ketebukaan," kata Chua Hak Bin, kepala ekonomi Asia di Bank of America Merrill Lynch, Singapura.

Sepuluh dari 12 agen perekrutan yang disurvei Reuters menyebutkan, mengisi lowongan menjadi lebih keras dalam satu tahun terakhir, dan tren akan terus berlanjut.

"Kebijakan yang sangat ketat Singapura ketika datang mempekerjakan orang asing akan lebih memperburuk kekurangan keterampilan di Singapura," kata Chris Mead, direktur regional di PJTKI Hays.

Beberapa perekrut menilai perusahaan-perusahaan yang bergerak di departemen tertentu, seperti sektor IT dan manufaktur paling mungkin terpengaruh.

Deutsche Bank mengatakan pada awal 2013 pihaknya mempertimbangkan bergerak lebih dari 8.000 staf dari kantor di New York, London, Hong Kong dan Singapura untuk menurunkan biaya lokasi.

Credit Suisse memindahkan beberapa pekerjaan back-office dari Singapura ke India dan Polandia pada 2012, tapi ini terjadi sebelum aturan perekrutan baru diumumkan.

Industri penerbangan juga berjuang dengan kekurangan tenaga kerja dan biaya perekrutan yang lebih tinggi. "Tenaga Kerja (adalah) biaya Anda hari ini di Singapura," kata Barathan Pasupathi, CEO maskapai penerbangan murah Jetstar Asia.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3412 seconds (0.1#10.140)