Neraca Perdagangan Sulut Semester I Surplus Rp6,6 T
Kamis, 07 Agustus 2014 - 20:06 WIB

Neraca Perdagangan Sulut Semester I Surplus Rp6,6 T
A
A
A
MANADO - Sulawesi Utara (Sulut) mempertahankan predikatnya sebagai provinsi yang selalu mencatat surplus perdagangan. Hingga semester I/2014, tercatat surplus perdagangan Sulut mencapai USD561,66 juta atau sekitar Rp6,6 triliun (kurs Rp11.796/USD).
Di periode terakhir bulan berjalan, Juni 2014, surplus perdagangan tercatat sebesar USD134,29 juta.
"Perdagangan ekspor kita terus membaik, ini seiring pemulihan pasar di negara maju yang menjadi tujuan ekspor. Untuk perdagangan impor kita terus dapat ditekan dan direm, sehingga surplus perdagangan periode Juni menjadi terbesar sepanjang semester awal 2014," kata Kepala BPS Sulut Faizal Anwar, Kamis (7/8/2014).
Total keseluruhan perdagangan ekspor di semester pertama mencapai USD637,06 atau meningkat 48,72% dari semester sama tahun lalu sebesar USD428,37 juta.
Sedangkan untuk perdagangan impor hanya mencapai sebesar USD75,40 atau meningkat 33,12% dari semester yang sama tahun lalu sebesar USD56,64 juta.
Menurutnya, berbagai komoditas di Bumi Nyiur Melambai ini tidak hanya diekspor melalui pelabuhan dan Bandara Sulut, tetapi juga ada yang diekspor ke pasar luar negeri melalui pintu ekspor di provinsi lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan sejumlah daerah lainnya.
"Ekspor kita tercatat selalu berada di atas impor. Ini sangat baik, khususnya untuk menjaga devisa kita," ujarnya.
Kepala Bank Indonesia Kantor wilayah Sulut Luctor Tapiheru sebelumnya mengaku telah menyelenggarakan forum group discussion (FGD) dengan pembahasan utama mengoptimalkan perdagangan ekspor.
Menurutnya, isu strategis ekonomi Sulut saat ini adalah sektor perdagangan, di mana dari hasil FGD tersebut, disimpulkan rekomentasi diversifikasi produk ekspor.
"Jadi ke depan, bukan hanya bahan dasar yang akan kita ekspor. Tetapi sudah diolah lebih dahulu untuk di kembangkan. Hal ini akan meningkatkan kualitas, bukan hanya kuantitas ekspor, khususnya saat nanti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sudah siap diberlakukan," terang Luctor.
Dia menyebut tiga pilar utama yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan ekspor untuk peningkatan surplus perdagangan adalah daya saing industri, kemandirian dan sumber pembiayaan.
"Ketiga hal ini yang kami cetus untuk peningkatan perdagangan dan kekuatan ekonomi kita," pungkasnya.
Di periode terakhir bulan berjalan, Juni 2014, surplus perdagangan tercatat sebesar USD134,29 juta.
"Perdagangan ekspor kita terus membaik, ini seiring pemulihan pasar di negara maju yang menjadi tujuan ekspor. Untuk perdagangan impor kita terus dapat ditekan dan direm, sehingga surplus perdagangan periode Juni menjadi terbesar sepanjang semester awal 2014," kata Kepala BPS Sulut Faizal Anwar, Kamis (7/8/2014).
Total keseluruhan perdagangan ekspor di semester pertama mencapai USD637,06 atau meningkat 48,72% dari semester sama tahun lalu sebesar USD428,37 juta.
Sedangkan untuk perdagangan impor hanya mencapai sebesar USD75,40 atau meningkat 33,12% dari semester yang sama tahun lalu sebesar USD56,64 juta.
Menurutnya, berbagai komoditas di Bumi Nyiur Melambai ini tidak hanya diekspor melalui pelabuhan dan Bandara Sulut, tetapi juga ada yang diekspor ke pasar luar negeri melalui pintu ekspor di provinsi lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan sejumlah daerah lainnya.
"Ekspor kita tercatat selalu berada di atas impor. Ini sangat baik, khususnya untuk menjaga devisa kita," ujarnya.
Kepala Bank Indonesia Kantor wilayah Sulut Luctor Tapiheru sebelumnya mengaku telah menyelenggarakan forum group discussion (FGD) dengan pembahasan utama mengoptimalkan perdagangan ekspor.
Menurutnya, isu strategis ekonomi Sulut saat ini adalah sektor perdagangan, di mana dari hasil FGD tersebut, disimpulkan rekomentasi diversifikasi produk ekspor.
"Jadi ke depan, bukan hanya bahan dasar yang akan kita ekspor. Tetapi sudah diolah lebih dahulu untuk di kembangkan. Hal ini akan meningkatkan kualitas, bukan hanya kuantitas ekspor, khususnya saat nanti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sudah siap diberlakukan," terang Luctor.
Dia menyebut tiga pilar utama yang diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan ekspor untuk peningkatan surplus perdagangan adalah daya saing industri, kemandirian dan sumber pembiayaan.
"Ketiga hal ini yang kami cetus untuk peningkatan perdagangan dan kekuatan ekonomi kita," pungkasnya.
(izz)