Apindo Minta Distribusi Barang Dialihkan Melalui KA
A
A
A
SEMARANG - Proses distribusi barang menuju dan dari Jateng terganggu, setelah adanya pembatasan tonase muatan di bawah 10 Ton untuk kendaraan yang melintas jembatan Comal selama masa perbaikan.
Distribusi semakin terkendala setelah adanya pembatasan waktu melintas di jalur alternative ruas Tonjong-Paguyangan. Kalangan pengusaha pun berharap, pemerintah Provinsi Jateng memberikan solusi bagi kalangan pengusaha, untuk menekan kerugian.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan, semenjak amblesnya jembatan Comal dunia usaha di Jateng mengalami kerugian mencapai Rp10 miliar setiap harinya.
Dia menjelaskan, amblesnya jembatan Comal yang menjadi akses utama distribusi di jalur Pantura, menjadi hambatan yang luar biasa terhadap perekonimian di Jawa Tengah karena distribusi barang menjadi terkendala.”Dengan kondisi sekarang ini praktis distribusi akan terhambat. Para anggota Apindo sangat mengeluhkan kondisi ini,” katanya, Kamis (14/8/2014).
Pihaknya berharap, Gubernur Ganjar Pranowo memfasilitasi untuk mengalihkan distribusi barang melalui Jalur kereta api dan jalur laut. Jalur KA dan luat dianggap bisa menekan pengeluaran, ketimbang harus melakukan distribusi melalui jalur selatan. Jalur selatan selain terlalu jauh, kondisi infrastrukturnya juga kurang memadai.
Oleh sebab itu pihaknya berharap, pemerintah segera memfasilitas dengan menggandeng PT KAI untuk menyediakan jalur khusus untuk bongkar muat barang.
“Kita tidak mungkin melakukan distribusi melalui jalur Selatan karena terlalu jauh, kondisi jalan juga tidak memadai, justru biayanya semakin tinggi. Oleh sebab itu sebagai gubernur Pak Ganjar harus bisa memberikan fasilitas kepada para pengusaha untuk menekan kerugian salah satunya meminta kepada PT KAI untuk menyediakan gerbong khusus barang,” tandasnya.
Meski mengalami kerugian, Frans mengaku, para pengusaha masih berusaha tidak menaikan harga.”Dampakanya pasti ada terhadap kenaikan harga tetapi kami berusaha untuk tidak menaikan harga karena memang daya beli juga berpengaruh. Oleh karena itu kami berharap secepatnya jembatan Comal diselesaikan,” tandasnya.
Amblesnya jembatan tidak hanya berdampak pada transportasi barang, namun juga pada transpotasi penumpang. Sekretasi Organda Jateng Sugiri mengaku, kerugian terbesar di dapat dari pengeluaran untuk pembelian BBM.”Jalan pasti macet, sehingga cost BBM menjadi semakin besar, dan juga waktu tempuh semakin lama,” ujarnya.
Terpisah, Humas PT KAI Daop IV Semarang, Suprato mengatakan untuk merealisasikan distribusi barang melalui jalur KA dibutuhkan kerjasama dengan Pemerintah daerah.
"Kita memiliki lahan di Stasiun Alas Tuo yang bisa digunakan untuk pos bongkar muat, tetapi kan dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk percepatan. Pada dasarnya kami bisa menyediakan KA untuk distribusi barang," katanya.
Distribusi semakin terkendala setelah adanya pembatasan waktu melintas di jalur alternative ruas Tonjong-Paguyangan. Kalangan pengusaha pun berharap, pemerintah Provinsi Jateng memberikan solusi bagi kalangan pengusaha, untuk menekan kerugian.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengatakan, semenjak amblesnya jembatan Comal dunia usaha di Jateng mengalami kerugian mencapai Rp10 miliar setiap harinya.
Dia menjelaskan, amblesnya jembatan Comal yang menjadi akses utama distribusi di jalur Pantura, menjadi hambatan yang luar biasa terhadap perekonimian di Jawa Tengah karena distribusi barang menjadi terkendala.”Dengan kondisi sekarang ini praktis distribusi akan terhambat. Para anggota Apindo sangat mengeluhkan kondisi ini,” katanya, Kamis (14/8/2014).
Pihaknya berharap, Gubernur Ganjar Pranowo memfasilitasi untuk mengalihkan distribusi barang melalui Jalur kereta api dan jalur laut. Jalur KA dan luat dianggap bisa menekan pengeluaran, ketimbang harus melakukan distribusi melalui jalur selatan. Jalur selatan selain terlalu jauh, kondisi infrastrukturnya juga kurang memadai.
Oleh sebab itu pihaknya berharap, pemerintah segera memfasilitas dengan menggandeng PT KAI untuk menyediakan jalur khusus untuk bongkar muat barang.
“Kita tidak mungkin melakukan distribusi melalui jalur Selatan karena terlalu jauh, kondisi jalan juga tidak memadai, justru biayanya semakin tinggi. Oleh sebab itu sebagai gubernur Pak Ganjar harus bisa memberikan fasilitas kepada para pengusaha untuk menekan kerugian salah satunya meminta kepada PT KAI untuk menyediakan gerbong khusus barang,” tandasnya.
Meski mengalami kerugian, Frans mengaku, para pengusaha masih berusaha tidak menaikan harga.”Dampakanya pasti ada terhadap kenaikan harga tetapi kami berusaha untuk tidak menaikan harga karena memang daya beli juga berpengaruh. Oleh karena itu kami berharap secepatnya jembatan Comal diselesaikan,” tandasnya.
Amblesnya jembatan tidak hanya berdampak pada transportasi barang, namun juga pada transpotasi penumpang. Sekretasi Organda Jateng Sugiri mengaku, kerugian terbesar di dapat dari pengeluaran untuk pembelian BBM.”Jalan pasti macet, sehingga cost BBM menjadi semakin besar, dan juga waktu tempuh semakin lama,” ujarnya.
Terpisah, Humas PT KAI Daop IV Semarang, Suprato mengatakan untuk merealisasikan distribusi barang melalui jalur KA dibutuhkan kerjasama dengan Pemerintah daerah.
"Kita memiliki lahan di Stasiun Alas Tuo yang bisa digunakan untuk pos bongkar muat, tetapi kan dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk percepatan. Pada dasarnya kami bisa menyediakan KA untuk distribusi barang," katanya.
(gpr)