Ini Alasan Jero Kuota BBM Bersubsidi Jebol
A
A
A
JAKARTA - Ini Alasan Jero Kuota BBM Bersubsidi Jebol
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menjelaskan mengenai kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi beberapa waktu ini dikarenakan banyaknya pertambahan kendaraan bermotor.
"Ini kan tadinya kuotanya kita 48 juta kilo liter (KL) 2014, 2013 riilnya ada 46,2 juta kilo liter. Nah, sekarang 2014 kami menargetkan 48 juta kilo liter. Karena pertambahan mobil 1,2 juta, pertambahan motor 9 juta, mungkin turun jadi 46,2 juta kilo liter," ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Senin (25/8/2014).
Dia menjelaskan, pihaknya mengusulkan waktu itu di kisaran 48 juta KL, tapi dengan diskusi bersama komisi VII DPR mengenai situasi anggaran, pemerintah setuju subsidi BBM terlalu tinggi, harus dikurangi.
"Semua orang mengatakan itu, semua setuju subsidi BBM terlalu tinggi, habis sudah uang ke situ. Semua dana untuk infrastruktur, sekolah, habis semua dan kesedot ke sana. Kita sepakat semua harus turunkan," ujarnya.
Jero menambahkan, untuk penurunannya sendiri caranya ada beberapa yang sudah dilakukan. "Cari jalan macam-macam. Salah satunya adalah solarnya kita pakai dengan B10 ditambah dengan biodiesel 10%. Itu sudah jalan. Sekarang kita mau tambah jadi 20%. Kalau 20% kita gunakan biofuel, itu akan mengurangi 20% impornya," ujarnya.
Cara lain adalah diketatkannya BBM bersubsidi. Solar dan premium sangat diperketat. Menurutnya, kalau normal, maka kuota yang 46 juta KL itu hanya cukup sampai pertengahan Desember.
"Sehingga untuk menambah nafas, agar cukup, saya minta kepada BPH migas untuk mengadakan pengendalian. Tapi saya minta satu, nelayan miskin, bawah, jangan kena. Tetap harus dapat solar subsidi. Yang harus kena itu kapal-kapal besar," ujarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik menjelaskan mengenai kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang terjadi beberapa waktu ini dikarenakan banyaknya pertambahan kendaraan bermotor.
"Ini kan tadinya kuotanya kita 48 juta kilo liter (KL) 2014, 2013 riilnya ada 46,2 juta kilo liter. Nah, sekarang 2014 kami menargetkan 48 juta kilo liter. Karena pertambahan mobil 1,2 juta, pertambahan motor 9 juta, mungkin turun jadi 46,2 juta kilo liter," ujarnya di gedung DPR, Jakarta, Senin (25/8/2014).
Dia menjelaskan, pihaknya mengusulkan waktu itu di kisaran 48 juta KL, tapi dengan diskusi bersama komisi VII DPR mengenai situasi anggaran, pemerintah setuju subsidi BBM terlalu tinggi, harus dikurangi.
"Semua orang mengatakan itu, semua setuju subsidi BBM terlalu tinggi, habis sudah uang ke situ. Semua dana untuk infrastruktur, sekolah, habis semua dan kesedot ke sana. Kita sepakat semua harus turunkan," ujarnya.
Jero menambahkan, untuk penurunannya sendiri caranya ada beberapa yang sudah dilakukan. "Cari jalan macam-macam. Salah satunya adalah solarnya kita pakai dengan B10 ditambah dengan biodiesel 10%. Itu sudah jalan. Sekarang kita mau tambah jadi 20%. Kalau 20% kita gunakan biofuel, itu akan mengurangi 20% impornya," ujarnya.
Cara lain adalah diketatkannya BBM bersubsidi. Solar dan premium sangat diperketat. Menurutnya, kalau normal, maka kuota yang 46 juta KL itu hanya cukup sampai pertengahan Desember.
"Sehingga untuk menambah nafas, agar cukup, saya minta kepada BPH migas untuk mengadakan pengendalian. Tapi saya minta satu, nelayan miskin, bawah, jangan kena. Tetap harus dapat solar subsidi. Yang harus kena itu kapal-kapal besar," ujarnya.
(gpr)