Sultan: Mestinya Tak Ada Kelangkaan BBM
A
A
A
KULONPROGO - Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono mengatakan, kekosongan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sebenarnya tidak perlu terjadi asalkan setiap daerah melakukan perhitungan terhadap kebutuhan dan kuota yang ada. Hanya saja, ada daerah yang tidak menjabarkan sampai
akhir tahun, terkait kebutuhan BBM bersubsidi.
“Kalau tidak dijabarkan, sampai Oktober bisa habis,” terang Sultan di sela syawalan di Kabupaten Kulonprogo, Selasa (26/8/2014).
Pemda DIY, kata dia, hanya dijatah sekitar 50 juta kilo liter (kl) pada tahun ini. Pihaknya juga telah melakukan perhitungan berapa kebutuhan itu. Bahkan pada long weekend dan hari libur juga dilakukan penambahan. Sehingga bisa dihitung kebutuhan harian pada Senin sampai dengan Kamis. “Kuota itu sebenarnya pasti ada, problemnya Pertamina mengurangi jatah,” terangnya.
Di Kabupaten Kulonprogo, kekosongan BBM bersubsidi masih saja terjadi. Sejumlah SPBU tidak memiliki stok untuk premium dan solar. Mereka hanya memiliki pertamax dan solar non subsidi. Karena tidak ada stok, banyak pembeli yang terpaksa membeli pertamax.
Tidak sedikit para pembeli pertamax inipun harus mengular. “Gimana lagi, daripada motor ini macet,” ujar Wakijan, ketika mengantre di SPBU Wates.
Pertamax juga menjadi pilihan bagi pedagang eceran, untuk melayani konsumen. Sejak langka, mereka hanya bisa mendapatkan premium 20 liter per hari. Padahal mereka harus antre berjam-jam. Daripada tidak jualan, ada sejumlah pedagang yang melakukan spekulasi kulakan pertamax. “Karena premium tidak ada, banyak yang mau pertamax,” ujar Sugiyanto, pedagang bensin eceran.
Sementara itu, pengelola SPBU Wates Sulistyo mengatakan, dalam dua hari belakangan ini penjualan pertamax mengalami lonjakan yang signifikan. Jika pada kondisi normal hanya bisa menjual 1.500 liter, kini melonjak hingga 4.500 liter. “Lumayan kenaikannya, dan sekali pasokan bisa habis satu hari,” terangnya.
akhir tahun, terkait kebutuhan BBM bersubsidi.
“Kalau tidak dijabarkan, sampai Oktober bisa habis,” terang Sultan di sela syawalan di Kabupaten Kulonprogo, Selasa (26/8/2014).
Pemda DIY, kata dia, hanya dijatah sekitar 50 juta kilo liter (kl) pada tahun ini. Pihaknya juga telah melakukan perhitungan berapa kebutuhan itu. Bahkan pada long weekend dan hari libur juga dilakukan penambahan. Sehingga bisa dihitung kebutuhan harian pada Senin sampai dengan Kamis. “Kuota itu sebenarnya pasti ada, problemnya Pertamina mengurangi jatah,” terangnya.
Di Kabupaten Kulonprogo, kekosongan BBM bersubsidi masih saja terjadi. Sejumlah SPBU tidak memiliki stok untuk premium dan solar. Mereka hanya memiliki pertamax dan solar non subsidi. Karena tidak ada stok, banyak pembeli yang terpaksa membeli pertamax.
Tidak sedikit para pembeli pertamax inipun harus mengular. “Gimana lagi, daripada motor ini macet,” ujar Wakijan, ketika mengantre di SPBU Wates.
Pertamax juga menjadi pilihan bagi pedagang eceran, untuk melayani konsumen. Sejak langka, mereka hanya bisa mendapatkan premium 20 liter per hari. Padahal mereka harus antre berjam-jam. Daripada tidak jualan, ada sejumlah pedagang yang melakukan spekulasi kulakan pertamax. “Karena premium tidak ada, banyak yang mau pertamax,” ujar Sugiyanto, pedagang bensin eceran.
Sementara itu, pengelola SPBU Wates Sulistyo mengatakan, dalam dua hari belakangan ini penjualan pertamax mengalami lonjakan yang signifikan. Jika pada kondisi normal hanya bisa menjual 1.500 liter, kini melonjak hingga 4.500 liter. “Lumayan kenaikannya, dan sekali pasokan bisa habis satu hari,” terangnya.
(gpr)