Kriteria Menpera Ideal versi Apersi
A
A
A
BANDUNG - Asosiasi Pengembang Perumahan Rakyat Seluruh Indonesia (Apersi) mengusulkan beberapa nama untuk masuk bursa calon menteri perumahan rakyat (Menpera) di masa pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla periode 2014-2019.
Calon-calon tersebut bukan merupakan orang baru di dunia perumahan. Pasalnya, menpera ke depan harus memiliki sense of crisis perumahan yang tinggi.
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Apersi Ferry Sandhyana menilai, kondisi perumahan rakyat saat ini sudah darurat. Indikasinya, backlog rumah (defisit rumah dibanding dengan jumlah keluarga) sudah lebih dari 15 juta.
"Permasalahan perumahan kami nilai cukup serius, sehingga menpera yang baru harus punya kemampuan mumpuni untuk mencari dan memilihkan alternatif solusi penyelesaian," ujarnya di sela-sela acara Diskusi Heri Perumahan Nasional 2014 bertema Menyoal Sosok Menpera Ideal Menghadapi Darurat Perumahan Rakyat di Hotel Gino Ferruci, Bandung, Kamis (28/8/2014).
Ada empat nama yang muncul dari diskusi dan aspirasi para anggota Apersi, satu di antaranya Wali Kota Bandung saat ini M Ridwan Kamil. Dia masuk bursa calon karena melihat rekam jejaknya sehingga dianggap memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menduduki kursi menpera.
"Tiga nama lainnya yang juga memiliki visi dan misi untuk mengembangkan perumahan rakyat yakni Zulfi Syarif Koto, Enggar Triasto Lukita dan Johansyah Siregar," katanya.
Perlu diketahui, tiga nama tersebut bukan muka baru di dunia perumahan. Zulfi pernah menjabat Deputi Perumahan Formal Kemenpera dan saat menjadi ketua HUD institute. Enggartiasto juga demikian, dia merupakan tokoh pengembang yang juga anggota DPR beberapa periode.
"Beliau (Enggartiasto) dikenal kritis dalam menyikapi kebijakan-kebijakan perumahan. Sedangkan Jeihansyah adalah pakar perumahan dari ITB yang konsep-konsepnya tentang perumahan rakyat banyak dijadikan acuan oleh berbagai pihak," katanya.
Empat sosok itu, kata dia, merupakan orang-orang yang profesional karena mengetahui serta memahami bidang perumahan rakyat.
"Roadmap keempatnya bagus dalam pembangunan perumahan yang jelas serta piawai melakukan lobi-lobi politik," katanya.
Calon-calon tersebut bukan merupakan orang baru di dunia perumahan. Pasalnya, menpera ke depan harus memiliki sense of crisis perumahan yang tinggi.
Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Apersi Ferry Sandhyana menilai, kondisi perumahan rakyat saat ini sudah darurat. Indikasinya, backlog rumah (defisit rumah dibanding dengan jumlah keluarga) sudah lebih dari 15 juta.
"Permasalahan perumahan kami nilai cukup serius, sehingga menpera yang baru harus punya kemampuan mumpuni untuk mencari dan memilihkan alternatif solusi penyelesaian," ujarnya di sela-sela acara Diskusi Heri Perumahan Nasional 2014 bertema Menyoal Sosok Menpera Ideal Menghadapi Darurat Perumahan Rakyat di Hotel Gino Ferruci, Bandung, Kamis (28/8/2014).
Ada empat nama yang muncul dari diskusi dan aspirasi para anggota Apersi, satu di antaranya Wali Kota Bandung saat ini M Ridwan Kamil. Dia masuk bursa calon karena melihat rekam jejaknya sehingga dianggap memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menduduki kursi menpera.
"Tiga nama lainnya yang juga memiliki visi dan misi untuk mengembangkan perumahan rakyat yakni Zulfi Syarif Koto, Enggar Triasto Lukita dan Johansyah Siregar," katanya.
Perlu diketahui, tiga nama tersebut bukan muka baru di dunia perumahan. Zulfi pernah menjabat Deputi Perumahan Formal Kemenpera dan saat menjadi ketua HUD institute. Enggartiasto juga demikian, dia merupakan tokoh pengembang yang juga anggota DPR beberapa periode.
"Beliau (Enggartiasto) dikenal kritis dalam menyikapi kebijakan-kebijakan perumahan. Sedangkan Jeihansyah adalah pakar perumahan dari ITB yang konsep-konsepnya tentang perumahan rakyat banyak dijadikan acuan oleh berbagai pihak," katanya.
Empat sosok itu, kata dia, merupakan orang-orang yang profesional karena mengetahui serta memahami bidang perumahan rakyat.
"Roadmap keempatnya bagus dalam pembangunan perumahan yang jelas serta piawai melakukan lobi-lobi politik," katanya.
(izz)