Nasib Petani Bahan Baku Dollar di Sulut Memprihatinkan
A
A
A
MANADO - Nasib petani pisang abaka, bahan baku uang dollar di Desa Esang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara (Sulut) terkatung-katung. Mereka (petani), sejak 2012 lalu pemerintah menjanjikan akan ada perusahaan yang akan menangani hal tersebut, namun buktinya hingga hari ini masih sebatas janji.
"Kami hanya menerima janji manis dari pemerintah. Buktinya, hingga saat ini kami tidak tahu mau jual ke mana lagi serat pisang rote (pisang abaka). Padahal produksi terus dikembangkan," jelasnya Nomli Unsong, petani pisang abaka, Senin, (8/9/2014).
Amrin, kata dia, adalah satu-satunya pedagang yang menjadi tulang punggung masyarakat untuk menjual serat abaka. Kini Amrin sudah tidak ada lagi sejak mendengar adanya perusahaan yang mau menangani pisang abaka ini.
"Mungkin dia (Amrin) merasa tersisi setelah mendengar dari mulut para petani akan ada perusahaan yang akan menangani. Sejak saat itu, seluruh peralatan gratis milik Amrin untuk petani, seperti kendaraan dan mesin giling serat, kini semuanya sudah ditarik kembali olehnya (Amrin)," ujarnya.
Padahal kata dia, dari dua mata pencaharian masyarakat di desa itu, yakni nelayan dan petani abaka, kini telah pincang satu. "Pisang abaka merupakan salah satu pokok penunjang kehidupan kami. Jika hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan di laut, menjualnya lagi ke mana jika bukan di daerah kami sendiri. Mau ke Manado, butuh waktu du hari satu malam," jelasnya didampingi rekannya Arwan Rapitan, dan petani abaka lainnya.
Sementara Ellen Pakasi, Ekonom dari Universitas Sam Ratulangi mengatakan, pemerintah seharusnya membuka mata selebar-lebarnya. Abaka adalah aset Sulut bahkan negara, yang sangat berharga. Mengenai investasi tidak usah dipertanyakan, yang pasti melangit.
"Ini yang sepantasnya menjadi perhatian khusus pemerintah. Ada aset ko malah diabaikan. Kasihan nasib petani di sana," ungkapnya.
Diketahui, lahan pisang abaka yang ada di Kepulauan Talaud ini merupakan kualitas terbaik dunia dari beberapa pendapat tim ahli yang pernah meneliti serat abaka di daerah tersebut.
Tak hanya itu, luas lahan pun adalah urutan kedua dunia setelah negara tetangganya yang bisa disembrangi tidak lebih dari lima jam itu, yakni Filipina.
Pisang abaka selain bisa digunakan bahan baku kertas uang dollar, karpet kualitas terbaik dunia dari Dubai pun menggunakan bahan dasar serat pisang abaka. Tissu, tali kapal pelni, kantong teh celup, aneka tekstil, dan masih banyak lagi lainnya yang menggunakan bahan baku pisang abaka ini.
"Kami hanya menerima janji manis dari pemerintah. Buktinya, hingga saat ini kami tidak tahu mau jual ke mana lagi serat pisang rote (pisang abaka). Padahal produksi terus dikembangkan," jelasnya Nomli Unsong, petani pisang abaka, Senin, (8/9/2014).
Amrin, kata dia, adalah satu-satunya pedagang yang menjadi tulang punggung masyarakat untuk menjual serat abaka. Kini Amrin sudah tidak ada lagi sejak mendengar adanya perusahaan yang mau menangani pisang abaka ini.
"Mungkin dia (Amrin) merasa tersisi setelah mendengar dari mulut para petani akan ada perusahaan yang akan menangani. Sejak saat itu, seluruh peralatan gratis milik Amrin untuk petani, seperti kendaraan dan mesin giling serat, kini semuanya sudah ditarik kembali olehnya (Amrin)," ujarnya.
Padahal kata dia, dari dua mata pencaharian masyarakat di desa itu, yakni nelayan dan petani abaka, kini telah pincang satu. "Pisang abaka merupakan salah satu pokok penunjang kehidupan kami. Jika hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan di laut, menjualnya lagi ke mana jika bukan di daerah kami sendiri. Mau ke Manado, butuh waktu du hari satu malam," jelasnya didampingi rekannya Arwan Rapitan, dan petani abaka lainnya.
Sementara Ellen Pakasi, Ekonom dari Universitas Sam Ratulangi mengatakan, pemerintah seharusnya membuka mata selebar-lebarnya. Abaka adalah aset Sulut bahkan negara, yang sangat berharga. Mengenai investasi tidak usah dipertanyakan, yang pasti melangit.
"Ini yang sepantasnya menjadi perhatian khusus pemerintah. Ada aset ko malah diabaikan. Kasihan nasib petani di sana," ungkapnya.
Diketahui, lahan pisang abaka yang ada di Kepulauan Talaud ini merupakan kualitas terbaik dunia dari beberapa pendapat tim ahli yang pernah meneliti serat abaka di daerah tersebut.
Tak hanya itu, luas lahan pun adalah urutan kedua dunia setelah negara tetangganya yang bisa disembrangi tidak lebih dari lima jam itu, yakni Filipina.
Pisang abaka selain bisa digunakan bahan baku kertas uang dollar, karpet kualitas terbaik dunia dari Dubai pun menggunakan bahan dasar serat pisang abaka. Tissu, tali kapal pelni, kantong teh celup, aneka tekstil, dan masih banyak lagi lainnya yang menggunakan bahan baku pisang abaka ini.
(gpr)