Wamen ESDM Sebut Kinerja ESDM Jadi Sorotan

Kamis, 02 Oktober 2014 - 10:33 WIB
Wamen ESDM Sebut Kinerja...
Wamen ESDM Sebut Kinerja ESDM Jadi Sorotan
A A A
JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hari ini memeringati Hari Ulang Tahun (HUT) Pertambangan dan Energi ke-69 bertajuk "Dengan Semangat Hari Jadi Pertambangan dan Energi, Kita Wujudkan Ketahanan dan Kemandirian Energi Nasional untuk Kesejahteraan Rakyat".

Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo dalam sambutannya mengatakan bahwa kinerja Kementerian ESDM selalu menjadi sorotan banyak pihak sebab energi merupakan hajat hidup orang banyak.

"Yang kita hadapi saat ini, ini tantangan bukan main. Tuntutan masyarakat dan negara terhadap kita, kinerja disorot, dipelototin, dibahas di mana-mana, di talkshow, TV, dan DPR karena energi dan sumber daya mineral merupakan hajat hidup rakyat Indonesia," ujar dia di kantor Kementerian ESDM Jakarta, Kamis (2/10/2014).

Dia mengklaim bahwa pihaknya yang bisa menentukan negara Indonesia akan lebih maju atau terpuruk.

"Indonesia will be most powerful country in the world. Itu bisa dicapai hanya dari ESDM. Think about it," tambah dia.

Dalam kesempatan tersebut, Susilo juga menyinggung mengenai catur dharma energi yang sedianya perlu kerja keras untuk mewujudkannya.

"Pertama, tingkatkan produksi migas. Emangnya gampang, susah tuh," tuturnya.

Kedua, mengurangi impor minyak mentah dan gas elpiji. Saat ini, impor minyak Indonesia telah mencapai 850 ribu barel per hari, sementara impor elpiji sebanyak 3,6 juta ton atau USD3,6 miliar per tahun.

"Secara masif kembangkan EBTKE (energi baru dan terbarukan) dalam pembangunan, pengembangan listrik karena target 2022 sebesar 125.000 megawatt (MW). Kita bisa capai kalau kita kembangkan listrik kita dengan gas, PLTA, batu bara," sebut Susilo.

Penghematan, lanjut Susilo, juga jadi pekerjaan rumah Kementerian ESDM melalui pembelajaran kepada masyarakat untuk menghemat penggunaan BBM dan listrik.

Dia menegaskan, dalam sektor mineral dan batu bara (minerba) tantangannya cukup berat. Pasalnya, pihaknya harus mengurusi sebanyak 4500 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan menyelesaikan renegosiasi.

"Susah, kalang kabut, menyelesaikan renegosiasi. Mungkin kita akan capai tapi tidak semua. Tapi that's it sudah maksimal. Ini semua memerlukan persamaan," tandas dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2329 seconds (0.1#10.140)