Jabar Santai Hadapi Relokasi Industri ke Jateng
A
A
A
BANDUNG - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Ferry Sofwan Arief menegaskan, kepindahan atau relokasi beberapa pelaku industri di Jabar ke Jawa Tengah karena kebijakan perusahaan.
Dia memperkirakan relokasi industri tersebut memang memiliki jaringan di daerah lain dan melakukan efisiensi.
"Relokasi ini kembali kepada holding company. Mungkin saja perusahaan yang pindah itu memiliki induk perusahaan di Jakarta. Kemudian karena alasan efisiensi, mereka relokasi ke Jateng," katanya kepada wartawan, Rabu (8/10/2014).
Dia mengakui, rencana tata ruang serta pengelolaan tenaga kerja di Jateng lebih menarik perhatian para pengusaha.
Sehingga, beberapa industri dari kawasan Barat seperti Bekasi, Karawang, dan Bogor merelokasi usahanya ke Jateng.
Sebenarnya, lanjut dia, rencana tata ruang wilayah di masing-masing daerah sudah ada.
"Forum Ekonomi Jabar juga sudah melakukan kajian untuk membuat kawasan industri baru di Majalengka. Di samping proyek pembangunan bandara di Kertajati terus dilangsungkan," paparnya.
Namun, semuanya dikembalikan lagi pada perusahaan masing-masing. Apakah Jabar masih menarik bagi mereka untuk mengembangkan kawasan industri dan menanamkan investasinya di Jabar.
Pihaknya menilai, kemungkinan rencana pengembangan perusahaan yang sudah relokasi ke Jateng itu berbeda dengan rencana pengembangan kawasan industri di Jabar.
"Kita tak perlu khawatir, karena berdasarkan informasi dari API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia) sudah ada belasan perusahaan tekstil yang membebaskan lahan di Majalengka," tuturnya.
Dia mengatakan, hal ini mengindikasikan masih ada banyak perusahaan yang memiliki niat untuk mengembangkan kawasan industri di Majalengka.
Artinya, lanjut Ferry, rencana pengembangan kawasan aerocity di dekat Bandara Kertajati masih menarik minat para pengusaha.
Pihaknya terus melakukan sosialisasi terkait rencana pengembangan kawasan industri di Majalengka.
Kesiapan kabupaten/kota apa yang diinginkan pelaku industri juga terus ditingkatkan.
"Supaya ke depan makin banyak pelaku industri yang ikut membangun dan mengembangkan kawasan industri di Majalengka," pungkasnya.
Dia memperkirakan relokasi industri tersebut memang memiliki jaringan di daerah lain dan melakukan efisiensi.
"Relokasi ini kembali kepada holding company. Mungkin saja perusahaan yang pindah itu memiliki induk perusahaan di Jakarta. Kemudian karena alasan efisiensi, mereka relokasi ke Jateng," katanya kepada wartawan, Rabu (8/10/2014).
Dia mengakui, rencana tata ruang serta pengelolaan tenaga kerja di Jateng lebih menarik perhatian para pengusaha.
Sehingga, beberapa industri dari kawasan Barat seperti Bekasi, Karawang, dan Bogor merelokasi usahanya ke Jateng.
Sebenarnya, lanjut dia, rencana tata ruang wilayah di masing-masing daerah sudah ada.
"Forum Ekonomi Jabar juga sudah melakukan kajian untuk membuat kawasan industri baru di Majalengka. Di samping proyek pembangunan bandara di Kertajati terus dilangsungkan," paparnya.
Namun, semuanya dikembalikan lagi pada perusahaan masing-masing. Apakah Jabar masih menarik bagi mereka untuk mengembangkan kawasan industri dan menanamkan investasinya di Jabar.
Pihaknya menilai, kemungkinan rencana pengembangan perusahaan yang sudah relokasi ke Jateng itu berbeda dengan rencana pengembangan kawasan industri di Jabar.
"Kita tak perlu khawatir, karena berdasarkan informasi dari API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia) sudah ada belasan perusahaan tekstil yang membebaskan lahan di Majalengka," tuturnya.
Dia mengatakan, hal ini mengindikasikan masih ada banyak perusahaan yang memiliki niat untuk mengembangkan kawasan industri di Majalengka.
Artinya, lanjut Ferry, rencana pengembangan kawasan aerocity di dekat Bandara Kertajati masih menarik minat para pengusaha.
Pihaknya terus melakukan sosialisasi terkait rencana pengembangan kawasan industri di Majalengka.
Kesiapan kabupaten/kota apa yang diinginkan pelaku industri juga terus ditingkatkan.
"Supaya ke depan makin banyak pelaku industri yang ikut membangun dan mengembangkan kawasan industri di Majalengka," pungkasnya.
(izz)