RI Tak Terlalu Terdampak Surplus Perdagangan Jerman
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menuturkan, surplus perdagangan Jerman yang anjlok tidak terlalu berdampak pada kondisi ekspor Indonesia kedepan. Sebab, menurutnya volume ekspor Indonesia yang terkait euro tidak terlalu besar.
"Saya bisa katakan bahwa volume yang terkait dengan ekspor Indonesia itu tidak terlalu besar terhadap Euro," ujar dia di Gedung Sekretariat Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia di satu sisi memang mengalami tekanan dengan terjadinya penurunan harga komoditi, yang merupakan andalan ekspor Indonesia. Namun di sisi lain, kondisi ekspor manufaktur Indonesia pun terus mengalami perkembangan.
"Selama beberapa saat ini terus terjadi penurunan harga komoditi. Sehingga harga komoditi yang merupakan andalan ekspor Indonesia, itu cukup tertekan, sehingga ekspor Indonesia cukup tertekan. Tapi kita melihat bahwa ekspor manufaktur Indonesia, tetap berkembang dengan baik selama satu tahun ini," imbuh dia.
Selain itu, lanjut Agus, Indonesia juga memiliki tekanan di bidang impor. Terutama impor bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
"Oleh karena itu kita perlu memberikan perhatian untuk perbaikan dari neraca perdagangan. Dan kita harapkan, salah satu perhatian yang diberikan adalah pada impor BBM," pungkas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, laporan dari Kantor Statistik Federal (Federal Statistics Office/FSO), mengumumkan ekspor Jerman Agustus 2014 terkontraksi hingga 5,8%.
Dalam laporan bulanannya, FSO mengumumkan data surplus perdagangan Agustus 2014 sebesar 17,5 miliar euro, menurun 5,8% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai surplus 22,2 miliar euro.
"Saya bisa katakan bahwa volume yang terkait dengan ekspor Indonesia itu tidak terlalu besar terhadap Euro," ujar dia di Gedung Sekretariat Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia di satu sisi memang mengalami tekanan dengan terjadinya penurunan harga komoditi, yang merupakan andalan ekspor Indonesia. Namun di sisi lain, kondisi ekspor manufaktur Indonesia pun terus mengalami perkembangan.
"Selama beberapa saat ini terus terjadi penurunan harga komoditi. Sehingga harga komoditi yang merupakan andalan ekspor Indonesia, itu cukup tertekan, sehingga ekspor Indonesia cukup tertekan. Tapi kita melihat bahwa ekspor manufaktur Indonesia, tetap berkembang dengan baik selama satu tahun ini," imbuh dia.
Selain itu, lanjut Agus, Indonesia juga memiliki tekanan di bidang impor. Terutama impor bahan bakar minyak (BBM) subsidi.
"Oleh karena itu kita perlu memberikan perhatian untuk perbaikan dari neraca perdagangan. Dan kita harapkan, salah satu perhatian yang diberikan adalah pada impor BBM," pungkas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, laporan dari Kantor Statistik Federal (Federal Statistics Office/FSO), mengumumkan ekspor Jerman Agustus 2014 terkontraksi hingga 5,8%.
Dalam laporan bulanannya, FSO mengumumkan data surplus perdagangan Agustus 2014 sebesar 17,5 miliar euro, menurun 5,8% dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai surplus 22,2 miliar euro.
(gpr)