Pemerintah Harus Ada di Tengah Eksportir dan Importir
A
A
A
JAKARTA - Mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution melihat fenomena nilai tukar rupiah yang saat ini di angka Rp12.200, pemerintah harus berada di tengah-tengah antara eksportir dan importir.
"Itu kan memang positifnya ada, jika kurs di atas Rp12 ribu itu eksportir akan senang. Negatifnya importirnya merugi. Nah, pemerintah itu sebenarnya posisinya di tengah. Dia enggak bisa meninggalkan salah satu untuk membela yang lain," ujar dia di Epiwalk, Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Oleh karena itu, Darmin menilai selain ekspor dan impor, ada permasalahan lain yang menyangkut dengan istilah orang pasar modal yang biasa disebut sentimen pasar. Sehingga sebetulnya, ada langkah lain yang bisa ditempuh, tapi sifatnya tidak fundamental.
"Kalau ya, ditanya soal rupiah idealnya berapa, dulu sih teman-teman di BI idealnya selalu berkembang sesuai dengan situasi," ujarnya.
Dia menambahkan, jika sudah begini seharusnya mesti ditanyakan ke sektor dunia usaha di Indonesia. Karena mereka selama ini yang merasakan dampak langsung dari kekarut-marutan nilai rupiah.
"Importir itu yang terutamanya. Gimana sih mereka merasakan ini. Eksportir sih senang saja, lha mereka kan untung kalau dolarnya segitu," pungkasnya.
"Itu kan memang positifnya ada, jika kurs di atas Rp12 ribu itu eksportir akan senang. Negatifnya importirnya merugi. Nah, pemerintah itu sebenarnya posisinya di tengah. Dia enggak bisa meninggalkan salah satu untuk membela yang lain," ujar dia di Epiwalk, Jakarta, Kamis (16/10/2014).
Oleh karena itu, Darmin menilai selain ekspor dan impor, ada permasalahan lain yang menyangkut dengan istilah orang pasar modal yang biasa disebut sentimen pasar. Sehingga sebetulnya, ada langkah lain yang bisa ditempuh, tapi sifatnya tidak fundamental.
"Kalau ya, ditanya soal rupiah idealnya berapa, dulu sih teman-teman di BI idealnya selalu berkembang sesuai dengan situasi," ujarnya.
Dia menambahkan, jika sudah begini seharusnya mesti ditanyakan ke sektor dunia usaha di Indonesia. Karena mereka selama ini yang merasakan dampak langsung dari kekarut-marutan nilai rupiah.
"Importir itu yang terutamanya. Gimana sih mereka merasakan ini. Eksportir sih senang saja, lha mereka kan untung kalau dolarnya segitu," pungkasnya.
(dmd)