BI Bantu Kelompok Tani Tingkatkan Produksi Padi
A
A
A
SRAGEN - Sejalan dengan tugas Bank Indonesia (BI) dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, BI melalui kantor perwakilan di daerah melaksanakan kegiatan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan pendekatan klaster yang difokuskan pada komoditas terkait ketahanan pangan.
Hal ini mengingat komoditas pangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi di berbagai daerah. Bank Indonesia memberikan bantuan berupa dua unit mesin combine harvester atau mesin pemanen terkombinasi kepada dua kelompok petani di Sragen.
Kedua kelaompok tani itu, yakni Kelompok Tani Tani Maju di Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen; dan Kelompok Tani Gemah Ripah Loh Jinawi di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, mesin ini mampu melakukan tiga pekerjaan sekaligus, yakni memotong, mengumpulkan, dan merontokkan padi.
"Dengan mesin ini, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi salah satu permasalahan. Salah satunya, banyaknya bulir padi yang hilang saat panen dilakukan secara manual," ungkap Perry di Sragen, Jawa Tengah, Minggu (19/10/2014).
Dia melanjutkan, adanya mesin combine harvester dapat meminimalisir bulir padi yang hilang saat panen hingga 3-5%. Sementara dengan teknologi pemanenan yang tersedia sekarang, bulir padi yang hilang saat panen masih relatif tinggi, sekitar 15-20%.
Dua mesin tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani, sehingga mampu melakukan panen dengan lebih efektif dan efisien, dan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas hasil panen.
Mengingat kebutuhan beras nasional didominasi oleh jenis beras konvensional (non organik dan semi organik), sementara padi organik hanya memiliki segmen konsumen yang sangat terbatas, maka kegiatan pengembangan klaster usaha padi dalam rangka pengembangan klaster ketahanan pangan tersebut dilaksanakan dengan sasaran pada lokasi pusat penghasil padi konvensional.
Menurutnya, pendekatan klaster yang diterapkan dalam pengembangan usaha komoditas pangan terbukti mampu membantu meningkatkan produksi komoditas tersebut.
"Tahun ini dengan keberhasilan klaster, kita lakukan fokus pada 5 komoditas, seperti cabai merah, bawang merah, beras, daging, serta peternakan (ayam dan telor) dan itu serentak dilakukan di seluruh kantor perwakilan di Indonesia dan produksi juga serentak meningkat," tukasnya.
Hal ini mengingat komoditas pangan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan inflasi di berbagai daerah. Bank Indonesia memberikan bantuan berupa dua unit mesin combine harvester atau mesin pemanen terkombinasi kepada dua kelompok petani di Sragen.
Kedua kelaompok tani itu, yakni Kelompok Tani Tani Maju di Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen; dan Kelompok Tani Gemah Ripah Loh Jinawi di Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Sragen.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, mesin ini mampu melakukan tiga pekerjaan sekaligus, yakni memotong, mengumpulkan, dan merontokkan padi.
"Dengan mesin ini, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi salah satu permasalahan. Salah satunya, banyaknya bulir padi yang hilang saat panen dilakukan secara manual," ungkap Perry di Sragen, Jawa Tengah, Minggu (19/10/2014).
Dia melanjutkan, adanya mesin combine harvester dapat meminimalisir bulir padi yang hilang saat panen hingga 3-5%. Sementara dengan teknologi pemanenan yang tersedia sekarang, bulir padi yang hilang saat panen masih relatif tinggi, sekitar 15-20%.
Dua mesin tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani, sehingga mampu melakukan panen dengan lebih efektif dan efisien, dan akhirnya dapat meningkatkan produktivitas hasil panen.
Mengingat kebutuhan beras nasional didominasi oleh jenis beras konvensional (non organik dan semi organik), sementara padi organik hanya memiliki segmen konsumen yang sangat terbatas, maka kegiatan pengembangan klaster usaha padi dalam rangka pengembangan klaster ketahanan pangan tersebut dilaksanakan dengan sasaran pada lokasi pusat penghasil padi konvensional.
Menurutnya, pendekatan klaster yang diterapkan dalam pengembangan usaha komoditas pangan terbukti mampu membantu meningkatkan produksi komoditas tersebut.
"Tahun ini dengan keberhasilan klaster, kita lakukan fokus pada 5 komoditas, seperti cabai merah, bawang merah, beras, daging, serta peternakan (ayam dan telor) dan itu serentak dilakukan di seluruh kantor perwakilan di Indonesia dan produksi juga serentak meningkat," tukasnya.
(rna)