Kawasan CBD Lokasi Favorit Perkantoran
A
A
A
SETELAH sebelumnya sempat mengalami perlambatan, pasar perkantoran di Indonesia bisa dibilang pulih meski belum berjalan sesuai ekspektasi.
Sempat melambatnya sektor properti secara umum rupanya juga berimbas pada koridor pasar perkantoran. Pasar perkantoran Indonesia memang masih dinilai menjanjikan keuntungan lewat tingkat hunian gedung perkantoran yang berada di atas level 90%. Hal tersebut karena masih banyak perusahaan domestik, multinasional, dan investor pribadi yang berminat membeli atau menyewa ruang-ruang perkantoran. Dengan demikian, peluang bisnis perkantoran kerap dinilai sangat besar.
Salah satunya, menurut riset Jones Lang Lasale (JLL), tingkat penyerapan kantor yang ada di bilangan kawasan central business district (CBD) Jakarta yang tumbuh positif di angka 33%. Kendati demikian, pertumbuhan ini tak hanya terjadi di segmen tingkat hunian, melainkan juga harga sewa. Hingga menyebabkan harga sewa rerata perkantoran Jakarta tumbuh melesat.
Seperti untuk gedung gradeA, berada pada level USD30 per meter persegi per bulan, grade B USD27 per meter persegi per bulan, dan gradeC USD19 per meter persegi per bulan. Namun, hasil riset DTZ masih memperlihatkan harga sewa rerata perkantoran Jakarta memang melesat 9% selama paruh pertama 2014. Menurut konsultan properti yang berbasis di Inggris, pencapaian ini juga menjadikan pasar perkantoran Jakarta masih memuncaki persaingan di tingkat global, jauh di atas Shanghai, Mumbai, bahkan New York, dan San Francisco.
Walau pasar perkantoran saat ini bisa dibilang pulih dalam perlambatannya pada 2013 dan mampu memberikan peluang besar, menjanjikan, hingga berada di puncak persaingan secara tingkat global atau, nyatanya pasar perkantoran kini memang masih belum berjalan sesuai dengan ekspektasi. Sejak awal tahun sampai September 2014 tingkat serapan hanya pada level 200.000 meter persegi, sementara proyeksi 400.000 meter persegi.
Menurut Senior Associate Director Office Service Colliers International Indonesia Sutrisno R Soetarmo, ini disebabkan anjloknya harga sewa dan kemerosotan permintaan yang akan terus berlangsung hingga akhir tahun ini. Terdapat koreksi dalam menyesuaikan harga pasaran gedung perkantoran baik tingkat hunian maupun sewa.
Rehdian khartika
Sempat melambatnya sektor properti secara umum rupanya juga berimbas pada koridor pasar perkantoran. Pasar perkantoran Indonesia memang masih dinilai menjanjikan keuntungan lewat tingkat hunian gedung perkantoran yang berada di atas level 90%. Hal tersebut karena masih banyak perusahaan domestik, multinasional, dan investor pribadi yang berminat membeli atau menyewa ruang-ruang perkantoran. Dengan demikian, peluang bisnis perkantoran kerap dinilai sangat besar.
Salah satunya, menurut riset Jones Lang Lasale (JLL), tingkat penyerapan kantor yang ada di bilangan kawasan central business district (CBD) Jakarta yang tumbuh positif di angka 33%. Kendati demikian, pertumbuhan ini tak hanya terjadi di segmen tingkat hunian, melainkan juga harga sewa. Hingga menyebabkan harga sewa rerata perkantoran Jakarta tumbuh melesat.
Seperti untuk gedung gradeA, berada pada level USD30 per meter persegi per bulan, grade B USD27 per meter persegi per bulan, dan gradeC USD19 per meter persegi per bulan. Namun, hasil riset DTZ masih memperlihatkan harga sewa rerata perkantoran Jakarta memang melesat 9% selama paruh pertama 2014. Menurut konsultan properti yang berbasis di Inggris, pencapaian ini juga menjadikan pasar perkantoran Jakarta masih memuncaki persaingan di tingkat global, jauh di atas Shanghai, Mumbai, bahkan New York, dan San Francisco.
Walau pasar perkantoran saat ini bisa dibilang pulih dalam perlambatannya pada 2013 dan mampu memberikan peluang besar, menjanjikan, hingga berada di puncak persaingan secara tingkat global atau, nyatanya pasar perkantoran kini memang masih belum berjalan sesuai dengan ekspektasi. Sejak awal tahun sampai September 2014 tingkat serapan hanya pada level 200.000 meter persegi, sementara proyeksi 400.000 meter persegi.
Menurut Senior Associate Director Office Service Colliers International Indonesia Sutrisno R Soetarmo, ini disebabkan anjloknya harga sewa dan kemerosotan permintaan yang akan terus berlangsung hingga akhir tahun ini. Terdapat koreksi dalam menyesuaikan harga pasaran gedung perkantoran baik tingkat hunian maupun sewa.
Rehdian khartika
(ars)