Laba Bersih PermataBank Tumbuh 7%, Capai Rp1,24 T
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Permata Tbk (BNLI) berhasil mencatatkan pendapatan operasionalnya (konsolidasi dan tidak diaudit) di kuartal tiga sebesar Rp5,32 triliun. Nilai ini meningkat 7% year-on-year (yoy) dari Rp4,98 triliun dalam periode yang sama pada tahun 2013. Kinerja positif ini mendorong laba bersih setelah pajak yang mencapai Rp1,24 triliun.
Direktur Keuangan BNLI Sandeep Jain mengatakan peningkatan pendapatan operasional tersebut didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih (NIM) yang tipis mengingat tekanan pada biaya pendanaan yang tinggi. Namun juga di sisi lain didukung pertumbuhan yang kuat pada pendapatan berbasis biaya (fee based income).
"Pendapatan berbasis biaya naik 28% yoy menjadi Rp1,2 triliun. Didukung kinerja yang lebih kuat di bisnis Bancassurance dan Trade Finance serta aktivitas transaksi berbasis biaya lainnya," ujar Sandeep dalam siaran pers, Rabu (29/10/2014).
Dia mengatakanm pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 2% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp4,1 triliun. Ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 12% (yoy) meskipun di-offset dengan penurunan margin.
Di kuartal ketiga 2014 ini, industri perbankan tetap dihadapkan pada tantangan atas biaya pendanaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan bisnis yang lebih lambat.
"Kami akan terus memonitor perkembangan kondisi ekonomi makro dan menyesuaikan strategi kami agar dapat menghasilkan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan," ujarnya.
Rencana pertumbuhan dipersiapkan dengan investasi perseroan pada pengembangan sumber daya manusia, teknologi, jaringan dan kantor cabang. Sehingga biaya operasional membengkak mencapai Rp3,3 triliun, yang meningkat 9% yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
Ekapansi kredit termasuk pembiayaan syariah berhasil tumbuh 12% yoy (10% yoy bila tidak termasuk dampak dari depresiasi rupiah) menjadi Rp130 triliun pada akhir September 2014.
Pertumbuhan kredit tetap didorong oleh pertumbuhan dalam sektor UKM dan local and middle market corporates melalui bisnis Trade Finance dan produk-produk pinjaman Bank.
Dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2013, kredit tumbuh 10% yang mencerminkan kondisi likuiditas yang masih ketat. Total aset per 30 September 2014 mencapai Rp185 triliun dibandingkan Rp155 triliun pada tahun sebelumnya.
Perlambatan pertumbuhan kredit dimanfaatkan perseroan untuk mendapatkan pendanaan. Hal ini demi mengelola likuiditas dengan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 20% yoy (18% yoy bila tidak termasuk dampak dari depresiasi Rupiah) menjadi Rp147 triliun, sehingga rasio likuiditas (Loan-to-Deposit (LDR) membaik menjadi 88,1% dibandingkan 94,5% tahun lalu.
PermataBank mempertahankan tingkat permodalan yang baik terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan mengakhiri periode dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 13,2%. Ekuitas tumbuh 22% yoy menjadi Rp16,7 triliun pada akhir September 2014, didorong oleh tuntasnya Rights Issue pada awal 2014.
Dalam rangka memperkuat permodalannya, PermataBank pada bulan Oktober 2014 menyelesaikan penerbitan Obligasi Subordinasi yang sejalan dengan ketentuan Basel-3 (Subordinated Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Permata Tahap II Tahun 2014); dan memperoleh total dana bruto (gross) sebesar Rp 700 miliar.
Secara pro-forma, hasil dari Obligasi Subordinasi akan meningkatkan posisi rasio CAR Bank pada posisi September 2014 sebesar sekitar 50 bps.
Tantangan kondisi ekonomi makro yang dihadapi sejak 2013 turut berdampak pada rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan (NPL). Atau tercermin pada rasio NPL Gross dan NPL Net yang meningkat dari 1,1% dan 0,3% tahun lalu menjadi 1,4% dan 0,8% pada akhir September 2014.
Direktur Keuangan BNLI Sandeep Jain mengatakan peningkatan pendapatan operasional tersebut didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih (NIM) yang tipis mengingat tekanan pada biaya pendanaan yang tinggi. Namun juga di sisi lain didukung pertumbuhan yang kuat pada pendapatan berbasis biaya (fee based income).
"Pendapatan berbasis biaya naik 28% yoy menjadi Rp1,2 triliun. Didukung kinerja yang lebih kuat di bisnis Bancassurance dan Trade Finance serta aktivitas transaksi berbasis biaya lainnya," ujar Sandeep dalam siaran pers, Rabu (29/10/2014).
Dia mengatakanm pendapatan bunga bersih hanya tumbuh 2% dibanding periode sama tahun lalu (year on year/yoy) menjadi Rp4,1 triliun. Ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 12% (yoy) meskipun di-offset dengan penurunan margin.
Di kuartal ketiga 2014 ini, industri perbankan tetap dihadapkan pada tantangan atas biaya pendanaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan bisnis yang lebih lambat.
"Kami akan terus memonitor perkembangan kondisi ekonomi makro dan menyesuaikan strategi kami agar dapat menghasilkan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan," ujarnya.
Rencana pertumbuhan dipersiapkan dengan investasi perseroan pada pengembangan sumber daya manusia, teknologi, jaringan dan kantor cabang. Sehingga biaya operasional membengkak mencapai Rp3,3 triliun, yang meningkat 9% yoy dibandingkan periode yang sama tahun 2013.
Ekapansi kredit termasuk pembiayaan syariah berhasil tumbuh 12% yoy (10% yoy bila tidak termasuk dampak dari depresiasi rupiah) menjadi Rp130 triliun pada akhir September 2014.
Pertumbuhan kredit tetap didorong oleh pertumbuhan dalam sektor UKM dan local and middle market corporates melalui bisnis Trade Finance dan produk-produk pinjaman Bank.
Dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2013, kredit tumbuh 10% yang mencerminkan kondisi likuiditas yang masih ketat. Total aset per 30 September 2014 mencapai Rp185 triliun dibandingkan Rp155 triliun pada tahun sebelumnya.
Perlambatan pertumbuhan kredit dimanfaatkan perseroan untuk mendapatkan pendanaan. Hal ini demi mengelola likuiditas dengan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 20% yoy (18% yoy bila tidak termasuk dampak dari depresiasi Rupiah) menjadi Rp147 triliun, sehingga rasio likuiditas (Loan-to-Deposit (LDR) membaik menjadi 88,1% dibandingkan 94,5% tahun lalu.
PermataBank mempertahankan tingkat permodalan yang baik terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) dan mengakhiri periode dengan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 13,2%. Ekuitas tumbuh 22% yoy menjadi Rp16,7 triliun pada akhir September 2014, didorong oleh tuntasnya Rights Issue pada awal 2014.
Dalam rangka memperkuat permodalannya, PermataBank pada bulan Oktober 2014 menyelesaikan penerbitan Obligasi Subordinasi yang sejalan dengan ketentuan Basel-3 (Subordinated Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Permata Tahap II Tahun 2014); dan memperoleh total dana bruto (gross) sebesar Rp 700 miliar.
Secara pro-forma, hasil dari Obligasi Subordinasi akan meningkatkan posisi rasio CAR Bank pada posisi September 2014 sebesar sekitar 50 bps.
Tantangan kondisi ekonomi makro yang dihadapi sejak 2013 turut berdampak pada rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan (NPL). Atau tercermin pada rasio NPL Gross dan NPL Net yang meningkat dari 1,1% dan 0,3% tahun lalu menjadi 1,4% dan 0,8% pada akhir September 2014.
(gpr)