Logika Keuangan

Minggu, 02 November 2014 - 12:55 WIB
Logika Keuangan
Logika Keuangan
A A A
Pintar mencari uang dan bijak dalam menggunakannya adalah dua hal berbeda. Buktinya, ada cukup banyak orang tetap kesulitan kas dan justru semakin tidak dapat menyimpan uang ketika penghasilannya meningkat.

Sewaktu penghasilannya masih rendah, mereka sangat disiplin mengelolanya dengan selalu berhitung. Tetapi dengan naiknya penghasilan, mereka menjadi begitu bebasnya membelanjakan uangnya tanpa kalkulasi terlebih dahulu. Bagaimana agar Anda menjadi bijak dalam keputusan keuangan, berikut tip dari saya. Misalkan Anda baru saja dipromosikan menjadi manajer.

Untuk posisi ini, Anda mendapatkan fasilitas mobil baru berharga Rp300 juta. Anda dapat memilih hanya sebatas pemakai mobil atau sebagai pemilik setelah menggunakannya selama lima tahun. Apa pun pilihan Anda, mobil untuk transportasi Anda ini akan diganti dengan yang baru setelah lima tahun. Jika alternatif pertama (pemakai), semua biaya kendaraan akan menjadi tanggungan kantor.

Jika alternatif kedua (skema pemilikan), semua biaya yang ditimbulkan mobil itu, kecuali bahan bakar, juga menjadi beban perusahaan. Setelah lima tahun, mobil menjadi milik Anda dengan hanya membayar bea balik nama (BBN). Alternatif mana yang akan Anda pilih?

Mobil Kantor

Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum memutuskan adalah identifikasi perbedaan antara kedua alternatif di atas menggunakan analisis biaya-manfaat. Ternyata perbedaannya hanya satu. Tidak menanggung biaya bahan bakar kendaraan dan mobil tidak dapat dimiliki atau mengeluarkan biaya ini tetapi mobil menjadi punya Anda pada akhir tahun kelima.

Sepintas lalu, pilihan kedua lebih menarik karena aset Anda akan bertambah cukup signifikan pada akhir tahun kelima. Namun demikian, biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan setiap bulan hitungannya juga tidak sedikit. Yang cerdas akan menghitung total nilai akan datang (FV) dari biay a bulanan bahan bakar mobil dalam lima tahun . Bandingkan angka ini dengan nilai pasar mobil pada saat yang sama.

Asumsikan nilai mobil turun sebesar 10% (dari harga awal) untuk setiap tahun. Dengan demikian, nilai mobil hanya sekitar 50% atau Rp150 juta saat Anda nanti memilikinya. Jika BBN sekitar 2% dan harus ditanggung sendiri, berarti nilai bersih mobil itu akan sekitar Rp147 juta. Jika Anda langsung memilih alternatif kedua tanpa berhitung terlebih dahulu, sangat mungkin nilai mobil yang menjadi referensi Anda adalah tetap Rp300 juta.

Nilai acuan ini tidak tepat karena nilai mobil mengalami depresiasi dan harga pasarnya 5 tahun lagi akan jauh di bawah angka ini. Kriteria keputusan yang benar adalah , selama FV dari pengeluaran Anda untuk bahan bakar mobil lebih kecil dari Rp147 juta, skema pemilikan l e b i h menar ik . D e n g a n asumsi pengeluaran bulanan bahan bakar mobil Anda adalah Rp2,2 juta (200 liter pertamax x Rp11.000) dan suku bunga 0,75% per bulan atau 9% p.a., pengeluaran bulanan Anda ini akan bernilai Rp165,9 juta [=FV(0.75%, 60, - 2.2)] 60 bulan ke depan.

Ternyata nilai bersih mobil lebih rendah daripada akumulasi dana yang dapat Anda peroleh jika tidak jadi dikeluarkan untuk biaya bahan bakar, sehingga alternatif pertama lebih menarik. Jika nilai bersih mobil adalah Rp165,9 juta lima tahun lagi, keduanya sama menariknya. Jika nilai bersih mobil atau kas neto yang dapat diterima dari hasil penjualan mobil 5 tahun lagi di atas Rp165,9 juta, barulah kita dapat mengatakan alternatif kedua yang lebih menguntungkan.

Jika suku bunga tidak 0,75% per bulan atau pengeluaran bulanan untuk bahan bakar bukan Rp2,2 juta, hitungannya sudah tentu ikut berubah. Dengan logika keuangan, Anda pastinya mampu menghitungnya sendiri. Bahwa mobil akan menjadi milik Anda tidak serta merta membuat alternatif ini lebih menarik karena ada biaya yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Mau contoh lain lagi?

Biaya Pendidikan

Untuk biaya pendidikan anak Anda selama setahun di sebuah sekolah swasta unggulan, Anda ditawari untuk membayar 11 bulan saja jika melunasinya di bulan pertama sekolah (Juli). Ada diskon atau potongan 1 bulan untuk pelunasan 1 tahun sekaligus. Sebagai kas surplus, Anda pun tahu kalau dana lebih Anda itu dapat diinvestasikan di ORI dengan yield sekitar 9%.

Menarikkah tawaran ini? Untuk dapat menjawabnya, sejatinya kita harus mampu menghitung yield atau bunga efektif yang diberikan alternatif pelunasan sekaligus itu dan membandingkannya dengan yield ORI yang 9%. Jika yield pelunasan lebih tinggi dari 9%, alternatif ini menjadi lebih menarik. Ketika ditanyakan soal ini, ada yang langsung menjawab kalau yield adalah 1/12 atau 8,3%.

Ada juga yang menjawab 1/11 atau 9,09%. Kedua angka ini jauh dari tepat karena yield yang benar adalah 19,5% dan kasus ini tidak lain adalah kasus mencari yield dari sebuah anuitas di muka dengan A atau PMT = -1, n = 12, dan PV = 11. Yang kritis akan bertanya, “Mengapa anuitas di muka?” Jawabnya, karena angsuran mulai bulan Juli dan bukan Agustus. Perbedaan kedua alternatif adalah hanya untuk pembayaran biaya pendidikan 11 bulan berikutnya, yang dapat diangsur bulanan atau dibayar sekaligus dengan potongan 1 bulan.

Dalam lokakarya dan kelas keuangan yang saya berikan, hampir tidak ada peserta yang mampu menjawab dengan benar kasus aktual yang saya alami sendiri ini. Tips dari saya, untuk tidak salah dalam pengambilan keputusan keuangan, sebaiknya Anda pandai berhitung. Dengan bekal ini, Anda dapat begitu mudah menilai dan menyikapi produk investasi, perbankan, dan asuransi yang sarat trik dan inovasi.

Sadarlah bahwa logika keuangan itu penting dan tidak sulit, jika Anda suka. Untuk membantu Anda menyukai sekaligus mudah memahami logika finansial ini, saya menulis ratusan artikel tentang ekonomi dan keuangan di kolom ini. Semoga Anda memperoleh manfaat nyata dari artikelartikel itu. ●

BUDI FRENSIDY
Staf Pengajar FEUI dan Perencana Keuangan fund-and-fun @BudiFrensidy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1560 seconds (0.1#10.140)