Nilai Impor Bali September Meningkat 93,37%

Senin, 03 November 2014 - 15:57 WIB
Nilai Impor Bali September...
Nilai Impor Bali September Meningkat 93,37%
A A A
DENPASAR - Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, nilai impor pada September 2014 mencapai USD60,71 juta, atau naik 93,37% dibanding September 2013 yang sebesar USD31,39 juta.

Sementara, jika dibanding Agustus 2014, meningkat cukup tajam yakni 493,82% dibanding keadaan Agustus 2014, yang sebesar USD10,22 juta.

Menurut negara asal, sebagian besar impor pada September 2014 berasal dari negara Finlandia, China, Singapura, Amerika Serikat, dan Korea Selatan, dengan persentase masing-masing sebesar 85,54%, 5,32%, 1,65%, 1,46%, dan 1,16%.

Kepala BPS Provinsi Bali Panusunan Siregar mengatakan, melonjaknya angka impor ke Bali tersebut akibat pembelian mesin atau peralatan listrik dan dengan persentase 85,54% dari total keseluruhan impor September 2014.

"Total impor terbanyak itu dari Finlandia dengan nilai mencapai USD51.93 juta. Komoditas yang diimpor adalah produk mesin atau peralatan listrik," ujarnya di Denpasar, Senin (3/11/2014).

Sementara, nilai ekspor barang asal Provinsi Bali yang dikirim lewat beberapa pelabuhan di Indonesia, pada September 2014 mencapai USD47,07 juta.

Angka ini meningkat 16,40% dibanding nilai ekspor September 2013 yang mencapai USD40,43 juta, dan meningkat 20,97% jika dibanding Agustus 2014 yang mencapai USD38,90 juta.

Dari sepuluh produk utama, ada empat jenis produk yang diekspor ke Amerika Serikat, yaitu produk kayu, barang dari kayu, produk perabot, penerangan rumah, produk daging dan ikan olahan, serta produk benda dari batu, gips dan semen, dengan persentase masing-masing 30,41%, 17,88%, 52,60%, dan 19,36%.

Produk ikan dan udang, sebagian besar diekspor ke negara Jepang dengan persentase sebesar 24,53%. Produk perhiasan/permata, dan produk barang-barang rajutan, dikirim paling banyak ke Singapura dengan persentase masing-masing sebesar 29,17%, dan 27,80%.

Produk pakaian jadi bukan rajutan paling banyak dikirim ke Australia, yaitu sebesar 21,36%. Produk mesin/pesawat mekanik paling banyak diekspor ke negara China sebesar 62,08%.

Arus perdagangan ekspor impor tersebut, kata Panusunan sangat disayangkan tidak masuk melalui pelabuhan yang dimiliki Bali melainkan dari pelabuhan luar daerah. Sehingga, bisa dikatakan devisanya malah masuk ke luar daerah.

"Makanya saya usulkan agar di Bali segera dibangun pelabuhan representatif. Kalau tidak, jadinya seperti ini. Kebutuhan kita di Bali besar. Arus barangnya malah masuk dari daerah lain. Jadinya transaksi berlangsung di pelabuhannya. Begitu sampai di Bali sudah tidak terkontrol lagi, nilainya jadi tidak terambil," tutur dia.

Berdasarkan data yang dihimpun BPS Bali, angkutan barang lewat pelabuhan laut Benoa Denpasar pada September 2014 mengalami penurunan yaitu 12,07% dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 58.842 ton menjadi 51.741 ton.

Sementara, dari pelabuhan selain Benoa Denpasar mengalami peningkatan sebesar 10,83% yaitu dari 98.974 ton menjadi 109.696 ton.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7561 seconds (0.1#10.140)