BI: Indeks Keyakinan Konsumen Meningkat di Oktober
A
A
A
JAKARTA - Hasil survei konsumen Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa keyakinan konsumen pada bulan Oktober 2014 meningkat dari bulan sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2014 tercatat 120,6, sedikit lebih tinggi dari 119,8 dibandingkan pada September 2014.
Peningkatan keyakinan konsumen ini didorong oleh meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi, terutama membaiknya kegiatan usaha dan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, faktor yang mendorong peningkatan optimisme responden adalah perkiraan kondisi ekonomi yang semakin membaik dan peningkatan proyek pembangunan infrastuktur yang dilakukan pemerintah.
"Secara regional, penguatan IKK terjadi di 10 kota dengan peningkatan indeks tertinggi terjadi di Semarang 15 poin dan Padang 8,6 poin," kata dia dalam rilisnya, Rabu (4/11/2014).
Sedangkan berdasarkan tingkat pengeluarannya, peningkatan IKK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp3 juta-Rp4 juta per bulan.
Dia mengungkapkan, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 bulan sebelumnya mengalami pelemahan. Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) bulan Oktober 2014 sebesar 2,5 poin menjadi 113,3.
Pelemahan IKE disebabkan oleh penurunan seluruh indeks komponen pembentuknya dengan penurunan terbesar terjadi pada indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 4,8 poin, diikuti oleh indeks penghasilan saat ini 1,5 poin dan indeks ketepatan waktu pemberlian barang tahan lama 1,4 poin.
Dia menyebut, pelemahan IKE terjadi di 11 kota, dengan penurunan terbesar terjadi di Manado 18,4 poin dan Bandar Lampung 16,1 poin. Sementara itu, berdasarkan tingkat pengeluaran, penurunan IKE terdalam terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp1 juta-Rp2 juta per bulan.
Menurut Peter, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang semakin menguat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Oktober sebesar 128,0 lebih tinggi dari 123,7 pada bulan sebelumnya dan menjadi level tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
"Peningkatan IEK didorong oleh kenaikan indeks ekspektasi kegiatan usaha 6 bulan mendatang sebesar 8,6 poin menjadi 129,9 dan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja sebesar 4,5 poin menjadi 118,7," tukas dia.
Peningkatan optimisme ekspektasi kegiatan usaha dan ketersedian lapangan lapangan kerja 6 bulan mendatang didorong oleh perkiraan semakin membaiknya kondisi ekonomi, semakin banyaknya proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, dan semakin mudahnya mendapatkan pembiayaan dari perbankan.
Secara regional, penguatan IEK terjadi di 11 kota dengan peningkatan tertinggi terjadi di Semarang (29,1 poin) dan Pontianak (10,3 poin). Sementara berdasarkan tingkat pengeluarnya, peningkatan IEK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp3 juta-Rp4 juta per bulan.
Konsumen memperkirakan, tekanan kenaikan harga pada Januari 2015 tidak setinggi Desember 2014. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang sebesar 174,0 turun 3,2 poin dari bulan sebelumnya.
Menurut dia, melemahnya tekanan kenaikan harga diperkirakan terjadi pada seluruh barang dan jasa dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan.
"Kembali normalnya permintaan pasca natal dan tahun baru 2015 ditengarai mendorong kembali normalnya harga barang dan jasa pada tahun 2015," kata Peter.
Peningkatan keyakinan konsumen ini didorong oleh meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi, terutama membaiknya kegiatan usaha dan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini.
Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan, faktor yang mendorong peningkatan optimisme responden adalah perkiraan kondisi ekonomi yang semakin membaik dan peningkatan proyek pembangunan infrastuktur yang dilakukan pemerintah.
"Secara regional, penguatan IKK terjadi di 10 kota dengan peningkatan indeks tertinggi terjadi di Semarang 15 poin dan Padang 8,6 poin," kata dia dalam rilisnya, Rabu (4/11/2014).
Sedangkan berdasarkan tingkat pengeluarannya, peningkatan IKK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp3 juta-Rp4 juta per bulan.
Dia mengungkapkan, persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dibandingkan 6 bulan sebelumnya mengalami pelemahan. Hal ini tercermin dari penurunan Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) bulan Oktober 2014 sebesar 2,5 poin menjadi 113,3.
Pelemahan IKE disebabkan oleh penurunan seluruh indeks komponen pembentuknya dengan penurunan terbesar terjadi pada indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 4,8 poin, diikuti oleh indeks penghasilan saat ini 1,5 poin dan indeks ketepatan waktu pemberlian barang tahan lama 1,4 poin.
Dia menyebut, pelemahan IKE terjadi di 11 kota, dengan penurunan terbesar terjadi di Manado 18,4 poin dan Bandar Lampung 16,1 poin. Sementara itu, berdasarkan tingkat pengeluaran, penurunan IKE terdalam terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp1 juta-Rp2 juta per bulan.
Menurut Peter, optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi 6 bulan mendatang semakin menguat. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Oktober sebesar 128,0 lebih tinggi dari 123,7 pada bulan sebelumnya dan menjadi level tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
"Peningkatan IEK didorong oleh kenaikan indeks ekspektasi kegiatan usaha 6 bulan mendatang sebesar 8,6 poin menjadi 129,9 dan indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja sebesar 4,5 poin menjadi 118,7," tukas dia.
Peningkatan optimisme ekspektasi kegiatan usaha dan ketersedian lapangan lapangan kerja 6 bulan mendatang didorong oleh perkiraan semakin membaiknya kondisi ekonomi, semakin banyaknya proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, dan semakin mudahnya mendapatkan pembiayaan dari perbankan.
Secara regional, penguatan IEK terjadi di 11 kota dengan peningkatan tertinggi terjadi di Semarang (29,1 poin) dan Pontianak (10,3 poin). Sementara berdasarkan tingkat pengeluarnya, peningkatan IEK tertinggi terjadi pada kelompok responden dengan tingkat pengeluaran Rp3 juta-Rp4 juta per bulan.
Konsumen memperkirakan, tekanan kenaikan harga pada Januari 2015 tidak setinggi Desember 2014. Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang sebesar 174,0 turun 3,2 poin dari bulan sebelumnya.
Menurut dia, melemahnya tekanan kenaikan harga diperkirakan terjadi pada seluruh barang dan jasa dengan penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan.
"Kembali normalnya permintaan pasca natal dan tahun baru 2015 ditengarai mendorong kembali normalnya harga barang dan jasa pada tahun 2015," kata Peter.
(rna)