Jenang Impor Potensi Gerus Pasar Domestik
A
A
A
KUDUS - Produk jenang, dodol atau yang sejenis dari luar negeri berpotensi menggerus pasar domestik yang selama ini dikuasai oleh produsen lokal. Ancaman ini muncul seiring berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015.
Ada sejumlah negara di kawasan ASEAN yang memiliki produk serupa jenang, dodol atau yang sejenis dengan buatan dalam negeri. Di Malaysia misalnya ada Jenang Malaka, sedang di Thailand terdapat Kamalea yang dominan dengan varian rasa durian. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari Durian Monthong asal Negeri Gajah Putih yang memang sudah dikenal di berbagai belahan dunia.
Komisaris Mubarookfood Cipta Delicia yang ada di Kudus, Jawa Tengah Muhammad Mufid mengatakan, pemberlakuan MEA tahun depan memang bisa menjadi peluang namun juga ancaman.
Menjadi peluang karena seiring kebijakan tersebut, maka produk asal Indonesia bisa menembus pasar ASEAN dengan lebih leluasa. Namun sebaliknya juga menjadi ancaman karena produk dari berbagai negara ASEAN juga akan lebih membanjiri pasar domestik.
Tak terkecuali pasar jenang, dodol atau sejenis yang selama ini diisi oleh produk-produk dari produsen lokal. Seperti Jenang Kudus Mubarok, Dodol Garut dan lain sebagainya.
“Penduduk ASEAN itu sekitar 600 juta jiwa jadi pasar yang sangat besar dan prospektif. Tinggal bagaimana kita menilainya. Kita harus terus bersiap karena MEA sudah di depan mata,” kata Mufid di sela-sela menerima rombongan Temu 5 S Nasional dan Internasional PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk di Mubarokfood Cipta Delicia Kudus, Rabu (12/11/2014).
Terkait hal itu, menurut Mufid harus dilakukan penguatan di berbagai bidang. Mulai dari sektor internal hingga eksternal. Tak kalah pentingnya penguatan konsep 5 S (sisih, susun, sasab, susuh dan suluh) yang diadopsi dari Negara Jepang dan sejauh ini sudah terbukti mampu meningkatkan meningkatkan produktivitas perusahaan.
“Jangan salah faktor internal juga sangat berpengaruh pada daya saing perusahaan. Yang pasti produk kita juga harus mampu bersaing dengan buatan negara lain,” tandasnya.
Ada sejumlah negara di kawasan ASEAN yang memiliki produk serupa jenang, dodol atau yang sejenis dengan buatan dalam negeri. Di Malaysia misalnya ada Jenang Malaka, sedang di Thailand terdapat Kamalea yang dominan dengan varian rasa durian. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari Durian Monthong asal Negeri Gajah Putih yang memang sudah dikenal di berbagai belahan dunia.
Komisaris Mubarookfood Cipta Delicia yang ada di Kudus, Jawa Tengah Muhammad Mufid mengatakan, pemberlakuan MEA tahun depan memang bisa menjadi peluang namun juga ancaman.
Menjadi peluang karena seiring kebijakan tersebut, maka produk asal Indonesia bisa menembus pasar ASEAN dengan lebih leluasa. Namun sebaliknya juga menjadi ancaman karena produk dari berbagai negara ASEAN juga akan lebih membanjiri pasar domestik.
Tak terkecuali pasar jenang, dodol atau sejenis yang selama ini diisi oleh produk-produk dari produsen lokal. Seperti Jenang Kudus Mubarok, Dodol Garut dan lain sebagainya.
“Penduduk ASEAN itu sekitar 600 juta jiwa jadi pasar yang sangat besar dan prospektif. Tinggal bagaimana kita menilainya. Kita harus terus bersiap karena MEA sudah di depan mata,” kata Mufid di sela-sela menerima rombongan Temu 5 S Nasional dan Internasional PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk di Mubarokfood Cipta Delicia Kudus, Rabu (12/11/2014).
Terkait hal itu, menurut Mufid harus dilakukan penguatan di berbagai bidang. Mulai dari sektor internal hingga eksternal. Tak kalah pentingnya penguatan konsep 5 S (sisih, susun, sasab, susuh dan suluh) yang diadopsi dari Negara Jepang dan sejauh ini sudah terbukti mampu meningkatkan meningkatkan produktivitas perusahaan.
“Jangan salah faktor internal juga sangat berpengaruh pada daya saing perusahaan. Yang pasti produk kita juga harus mampu bersaing dengan buatan negara lain,” tandasnya.
(gpr)