Kenaikan Harga Properti Melambat

Jum'at, 14 November 2014 - 10:41 WIB
Kenaikan Harga Properti Melambat
Kenaikan Harga Properti Melambat
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengindikasikan adanya perlambatan harga properti pada kuartal IV tahun ini.Perlambatan kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah, khususnya rumah tipe kecil.

Hal ini tecermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) pada kuartal III/2014 yang tumbuh sebesar 1,46% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,69% (qtq).

Untuk kuartal IV/2014, hasil survei memperkirakan harga properti residensial akan tumbuh 0,63% (qtq), melambat dibandingkan pertumbuhan pada kuartal III/2014. “Sejalan dengan perkembangan harganya, volume penjualan properti residensial juga melambat. Volume penjualan properti residensial pada triwulan III/2014 tumbuh 33,69%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 36,65% (qtq),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI, di kota besar pada kuartal III/2014 berada pada level 178,88 atau meningkat 1,46% (qtq), lebih rendah dari kuartal sebelumnya dari 1,69%. Menurut Tirta, kenaikan harga bahan bangunan (32%) dan kenaikan upah pekerja (22,77%) merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial.

Dia mengatakan, secara kuartalan, perlambatan harga paling tinggi terjadi pada rumah tipe kecil. “Sementara berdasarkan wilayah, Makassar tercatat mengalami perlambatan harga paling tinggi (2,55%), terutama pada rumah tipe menengah (1,53%) setelah mengalami pertumbuhan cukup tinggi pada dua kuartal sebelumnya,” ujarnya. Dia melanjutkan, perlambatan harga yang cukup tinggi juga terjadi di Balikpapan (1,18%), terutama pada rumah tipe kecil (0,63%).

Menurutnya, pertumbuhan kenaikan harga di wilayah tersebut merupakan yang terendah sepanjang periode survei. Kenaikan harga properti juga melambat secara tahunan. Pertumbuhan harga properti residensial secara tahunan tercatat sebesar 6,53%, melambat dibandingkan kenaikan harga pada kuartal II/2014 (7,4%). Dilihat berdasarkan tipe rumah, perlambatan kenaikan harga terjadi pada semua tipe rumah terutama tipe kecil.

Berdasarkan wilayah, perlambatan kenaikan harga paling tinggi terjadi di Denpasar dan Jabodebek-Banten. Dia mengungkapkan, secara umum wilayah yang disurvei menunjukkan perlambatan kecuali di Bandung dan Banjarmasin. Indeks harga properti residensial mengindikasikan pergerakan yang searah dengan perubahan indeks harga subkelompok biaya tempat tinggal dalam IHK-BPS.

Indeks harga subkelompok biaya tempat tinggal IHK-BPS pada kuartal III/2014 (Juli-September 2014) tercatat meningkat 0,77%, lebih rendah daripada kenaikan harga pada periode sebelumnya (0,79%). Tirta mengatakan, pertumbuhan penjualan properti residensial pada kuartal III/2014 melambat. Hasil survei menunjukkan bahwa penjualan properti residensial melambat dibandingkan kuartal sebelumnya dari 36,65% menjadi 33,69%.

“Perlambatan penjualan terutama terjadi pada rumah tipe besar. Sementara berdasarkan lokasi, perlambatan pertumbuhan rumah tipe besar tertinggi terjadi di Makassar,” papar dia. Kepala Ekonom BII Juniman mengatakan, perlambatan pada sektor properti ini terjadi karena dua tekanan. Pertama , dari sisi regulasi. Adanya aturan LTV membuat pembelian properti secara kredit atau KPR itu membuat konsumen alami kesulitan.

“Dan itu indikasinya membuat developer susah untuk menjual properti,” ujar Juniman kepada KORAN SINDO kemarin. Oleh karena itu, akibat susah untuk menjual maka pada akhirnya mereka (para developer) akan mengurangi pasokan di pasar. Kedua , daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat ini tertekan akibat kenaikan suku bunga tahun lalu dan efek kenaikan harga BBM.

“Akibat kenaikan suku bunga tahun dan kenaikan harga BBM pada tahun lalu, membuat daya beli masyarakat turun,” ujar dia. Sehingga pada akhirnya membuat pembelian untuk rumah alami perlambatan. Juniman mengungkapkan, akibat perlambatan pembelian, membuat permintaan turun sehingga menyebabkan suplai juga mengalami penurunan.

“Ini yang membuat sektor properti sekarang ini mengalami perlambatan signifikan dan pada akhirnya perlambatan ini berimplikasi pada kenaikan harga properti,” tukas dia. Dia memprediksi kuartal IV nanti masih akan terjadi kenaikan harga properti namun melambat.

“Kuartal IV nanti akan terjadi kenaikan, tapi growth -nya melambat. Misalkan sebelum ada aturan LTV dan kenaikan BBM naiknya bisa mencapai 10-15%, sekarang naiknya mencapai 8%. Tapi nanti kuartal IV diprediksi bisa naik lagi namun hanya sedikit, yakni sekitar 5%,” tutup dia.

Kunthi fahmar sandy
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3381 seconds (0.1#10.140)