Sisa Kuota Premium Jateng Tak Cukup Sampai Desember
A
A
A
SEMARANG - Penyaluran BBM bersubsidi di wilayah Jateng dan DIY hingga bulan Oktober 2014 sudah mencapai 2,7 juta kilo liter untuk premium dari kuota sebesar 3,1 juta kilo liter dan 1,5 juta kilo liter untuk solar bersubsidi dari kuota 1,9 juta kilo liter.
Dengan jumlah Premium yang sudah disalurkan artinya, kuota Premium hanya menyisakan sekitar 400 ribu kilo liter, yang harus digunakan selama dua bulan yakni November dan Desember.
Padahal jika dilihat dari konsumsi harian, mencapai 10.335 kilo liter. Itu artinya dua bulan (60 hari) membutuhkan premium mencapai 620,100 kilo liter. Dengan kata lain sisa kuota tidak akan mencukupi sampai akhir Desember.
Sementara untuk solar bersubsidi, masih relatif aman mengingat dari kuota masih menyisakan sekitar 400 ribu kilo liter, sementara konsumsi harian hanya 5318 kilo liter.
External Relation Marketing Operation Reg IV Roberth MV Dumatubun mengakui, kuota untuk premium bersubsidi memang tidak akan mencukup sampai akhir tahun. Paling tidak hanya sampai dengan minggu kedua bulan Desember. “Memang tidak akan mencukupi,” katanya, Rabu (19/11/2014).
Dia mengatakan, dengan kuota yang tersisa pihaknya menyerahkan kepada pemerintah pusat, terkait dengan kebijakan yang diambil. Kebijakan bisa berupa penambahan kuota, bisa juga dengan merubah mekanisme penyaluran untuk melakukan pengiritan.
Oleh karena itu pihak Pertamina berharap, dengan kenaikan harga BBM bersubsi yang mencapai Rp 2000 yang artinya memiliki selisih tidak terlalu tinggi dengan BBM non subsidi (Pertamax), masyarakat beralih ke pertamax. Dengan, beralih ke pertamax otomatis akan mengurangi konsumsi BBM bersubsidi.
Pertamina pun sudah menyiapkan tambahan pasokan BBM non subsidi untuk mengantisipasi peralihan pengguna premium ke pertamax.”Kalau untuk BBM non subsidi berapapun kebutuhannya akan dipenuhi,” tandasnya.
Pertamina melihat, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi akan ada dampaknya terhadap peningkatan konsumsi BBM non subsidi, namun untuk jumlahnya Robert mengaku belum bisa memperkirakan.
”Yang beralih pasti ada, tapi kemungkinan sampai berapa persen belum bisa diketahui, kan baru kemarin,” imbuhnya.
Dengan jumlah Premium yang sudah disalurkan artinya, kuota Premium hanya menyisakan sekitar 400 ribu kilo liter, yang harus digunakan selama dua bulan yakni November dan Desember.
Padahal jika dilihat dari konsumsi harian, mencapai 10.335 kilo liter. Itu artinya dua bulan (60 hari) membutuhkan premium mencapai 620,100 kilo liter. Dengan kata lain sisa kuota tidak akan mencukupi sampai akhir Desember.
Sementara untuk solar bersubsidi, masih relatif aman mengingat dari kuota masih menyisakan sekitar 400 ribu kilo liter, sementara konsumsi harian hanya 5318 kilo liter.
External Relation Marketing Operation Reg IV Roberth MV Dumatubun mengakui, kuota untuk premium bersubsidi memang tidak akan mencukup sampai akhir tahun. Paling tidak hanya sampai dengan minggu kedua bulan Desember. “Memang tidak akan mencukupi,” katanya, Rabu (19/11/2014).
Dia mengatakan, dengan kuota yang tersisa pihaknya menyerahkan kepada pemerintah pusat, terkait dengan kebijakan yang diambil. Kebijakan bisa berupa penambahan kuota, bisa juga dengan merubah mekanisme penyaluran untuk melakukan pengiritan.
Oleh karena itu pihak Pertamina berharap, dengan kenaikan harga BBM bersubsi yang mencapai Rp 2000 yang artinya memiliki selisih tidak terlalu tinggi dengan BBM non subsidi (Pertamax), masyarakat beralih ke pertamax. Dengan, beralih ke pertamax otomatis akan mengurangi konsumsi BBM bersubsidi.
Pertamina pun sudah menyiapkan tambahan pasokan BBM non subsidi untuk mengantisipasi peralihan pengguna premium ke pertamax.”Kalau untuk BBM non subsidi berapapun kebutuhannya akan dipenuhi,” tandasnya.
Pertamina melihat, dengan kenaikan harga BBM bersubsidi akan ada dampaknya terhadap peningkatan konsumsi BBM non subsidi, namun untuk jumlahnya Robert mengaku belum bisa memperkirakan.
”Yang beralih pasti ada, tapi kemungkinan sampai berapa persen belum bisa diketahui, kan baru kemarin,” imbuhnya.
(gpr)