Ekspor Rumput Laut Sulsel Oktober 95.462 Ton

Kamis, 20 November 2014 - 04:28 WIB
Ekspor Rumput Laut Sulsel Oktober 95.462 Ton
Ekspor Rumput Laut Sulsel Oktober 95.462 Ton
A A A
MAKASSAR - Sektor kelautan dan perikanan Sulsel hingga triwulan III terus bergairah, seiring dengan terbukanya pasar ekspor yang menanti hasil produksi khususnya rumput laut disejumlah negara tujuan.

Sesuai data yang diperoleh di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulsel sampai dengan Oktober 2014 ekspor rumput laut mencapai 95.462ton dengan nilai dalam dollah mencapai USD 114,718.

Menurut Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Sulsel Sulkaf S. Latief, pencapaian tersebut dapat terus meningkat hingga akhir tahun mencapai USD 120 juta, bahkan dapat memenuhi target pencapaian hingga USD 180 juta.

Dari besaran ekspor tersebut, daerah terbesar pemberi kontribusi berada di Ambon, Nusa Tenggara Timur (NTT) dan di seluruh wilayah Sulawesi.

“Dengan besarnya daerah penghasil rumput laut di kawasan Indonesia timur semakin membuat ekspor Sulsel meningkat hingga USD 300 juta pada 2018 mendatang, dimana target tersebut melampau dari yang diprediksi sebelumnya,” ujarnya, Rabu (19/11/2014).

Dia menjelaskan, tahun lalu komoditas rumput laut Sulsel mencapai 2,4 juta ton dan tahun ini diharapkan produksi mencapai 3 juta ton, sedangkan untuk ekspor tahun lalu mencapai USD 86 juta dengan negara tujuan ekspor Cina, Eropa, Jepang, Korea, Filipina dan masih banyak lagi.

Dikatakan Sulkaf sapaan akrabnya, berdasarkan sasaran produksi Sulsel Budidaya Perikanan tahun 2014-2018 sesuai target Rencana Pemerintah Jangka Menengah (RPJMD) untuk produksi rumput laut E. Cottoni dan gracillaria ditargetkan mencapai 2,3 juta ton, kemudian tahun 2015 sebanyak 2,5 juta ton dan di 2016 capaiannya 2,6 juta ton hingga 2018 mencapai 3 juta ton.

“Rumput laut jenis Gracillaria produksinya hanya pada jenis kering atau dicuci, dan rata-rata dibawa ke Jawa untuk diolah karena belum ada pengolahan rumput laut jenis Gracillaria di Sulsel. Sedangkan, untuk rumput laut jenis E Cottoni masih diolah di Makssar di beberapa pabrik, seperti di Maros, dua pabrik di Kawasan Industri Makassar (KIMA), dan Takalar.

Sulkaf mengaku optimis, akan tetap mempertahankan ekspor rumput laut Sulsel agar tetap jalan, apalagi ke depannya akan mempertahankan bagaimana produktivitas tetap jalan.

Sementara itu, kenaikan BBM beberpaa hari ini dinilai tidak tertalu berpengaruh terhadap ekspor rumput laut ini.

“Pasti berpengaruh, awalnya tidak terlalu. Petani rumput laut kan sekarang tidak lagi jalan kaki, sudah banyak yang memakai mesin untuk menuju arah lokasi rumput laut. Namun, ada daerah tertentu seperti Bone yang harus mengkonsumsi lebih banyak BBM. Tetapi dalam pengembangan rumput laut, jika harga tetap seperti sekarang, pengaruhnya tidak terlalu besar,” tuturnya.

Sulkaf mengungkapkan, kenaikan BBM hanya kecil pengaruhnya terhadap ekspor BBM asalkan harga rumput laut tidak mengalami penurunan dan masih stabil dengan harganya yang saat ini.

“Harga pokok produk (HPP)nya kita hitung sekitar Rp7.000 hingga Rp8.000 dengan harga jual Rp12.000 untuk jenis Cottoni dan untuk jenis gracillaria HPPnya hanya Rp4.000 sampai Rp5.000 dijual dengan harga Rp8.000 sampai Rp9.500 per kg-nya” urainya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6367 seconds (0.1#10.140)