Instrumen Obligasi Perlahan Mendominasi Ekonomi RI
A
A
A
JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, instrumen obligasi perlahan mendominasi perekonomian Indonesia.
Dalam sambutannya saat peluncuran Indonesia Bond Indexes (INDObex), Muliaman menjelaskan, bahwa pasar obligasi dan sukuk menjadi alternatif penting sebagai sumber pendanaan.
"Instrumen obligasi perlahan akan berdominasi terhadap ekonomi Indonesia. Ini dikarenakan pemerintah masih membutuhkan pendanaan. Pemerintah membutuhkan dana lain selain pajak dengan obligasi dan sukuk yang dikeluarkan pemerintah," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (21/11/2014).
Dia mengatakan, pasar surat utang obligasi sudah berkembang dalam lima tahun terkahir. Walaupun begitu, jumlah tersebut masih di bawah beberapa negara di ASEAN, seperti Singapura dan Malaysia.
"Pasar obligasi sudah berkembang, dalam lima tahun terkahir kapitalisasi stabil. Sepanjang 2014 sebesar Rp464.77 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp282.2 triliun. Angka ini harus tumbuh lebih besar lagi karena masih di bawah Singapura dan Malaysia," jelasnya.
Dia menyebut beberapa kendala yang terjadi sehingga obligasi belum tumbuh maksimal.
"Kendalanya jumlah investor yang masuk ke obligasi kecil, mengakibatkan inefiesiensi, dan permintaan tingkat kupon terlalu tinggi oleh investor," pungkasnya.
Dalam sambutannya saat peluncuran Indonesia Bond Indexes (INDObex), Muliaman menjelaskan, bahwa pasar obligasi dan sukuk menjadi alternatif penting sebagai sumber pendanaan.
"Instrumen obligasi perlahan akan berdominasi terhadap ekonomi Indonesia. Ini dikarenakan pemerintah masih membutuhkan pendanaan. Pemerintah membutuhkan dana lain selain pajak dengan obligasi dan sukuk yang dikeluarkan pemerintah," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (21/11/2014).
Dia mengatakan, pasar surat utang obligasi sudah berkembang dalam lima tahun terkahir. Walaupun begitu, jumlah tersebut masih di bawah beberapa negara di ASEAN, seperti Singapura dan Malaysia.
"Pasar obligasi sudah berkembang, dalam lima tahun terkahir kapitalisasi stabil. Sepanjang 2014 sebesar Rp464.77 triliun, naik dari tahun sebelumnya Rp282.2 triliun. Angka ini harus tumbuh lebih besar lagi karena masih di bawah Singapura dan Malaysia," jelasnya.
Dia menyebut beberapa kendala yang terjadi sehingga obligasi belum tumbuh maksimal.
"Kendalanya jumlah investor yang masuk ke obligasi kecil, mengakibatkan inefiesiensi, dan permintaan tingkat kupon terlalu tinggi oleh investor," pungkasnya.
(izz)