Jerman dan Prancis Segera Luncurkan Rencana Reformasi Ekonomi

Selasa, 25 November 2014 - 11:19 WIB
Jerman dan Prancis Segera Luncurkan Rencana Reformasi Ekonomi
Jerman dan Prancis Segera Luncurkan Rencana Reformasi Ekonomi
A A A
BERLIN - Jerman dan Prancis akan meluncurkan rencana reformasi ekonomi bersama pada Kamis (27/11) mendatang.

Dalam rencana itu Paris akan membekukan gaji selama tiga tahun dan Berlin menaikkan investasi publik. “Prancis akan membuat sejumlah kebijakan tenaga kerja baru, termasuk 35 jam kerja per pekan, fleksibilitas yang lebih besar di berbagai sektor, dan membekukan gaji selama tiga tahun untuk membuat perusahaan lebih kompetitif,” ungkap laporan Der Spiegel kemarin.

Sesuai proposal itu, Jerman akan meningkatkan belanja infrastruktur hingga dua kali lipat menjadi USD25 miliar pada 2018 dan akan mengubah aturan imigrasi serta mendorong perempuan memasuki dunia kerja. “Rencana untuk dua negara ekonomi terbesar di Eropa ini akan disajikan di Paris oleh Menteri Ekonomi Jerman Sigmar Gabriel dan Menteri Ekonomi Prancis Emmanuel Macron pada Kamis (27/11) mendatang,” papar laporan Der Spiegel.

Proposal itu berdasarkan studi yang didukung pemerintah oleh Kepala Jacques Delors Institute Henrik Enderlein di Berlin dan Kepala Strategi Ekonomi Perdana Menteri Prancis Minister Manuel Valls, Jean Pisani-Ferry. Rencana itu akan dikompromikan antara Berlin dan Paris. Saat ini Jerman melakukan disiplin fiskal untuk merespons krisis ekonomi yang menerjang Uni Eropa. Adapun, Prancis sedang menghadapi tingginya pengangguran dan membengkaknya defisit anggaran serta mendorong untuk meningkatkan stimulus.

Sementara, ancaman semakin meningkat untuk dapat memulihkan ekonomi Eropa yang terus melemah. Saat para pemimpin UE bertemu pada 18- 19 Desember mendatang, mereka memiliki peluang meluncurkan langkah bersama untuk mengatasi stagnasi ekonomi dan tingginya pengangguran yang memicu unjuk rasa anti- UE. 18 negara zona euro harus bekerja keras untuk keluar dari krisis utang yang semakin memburuk akibat dampak konflik dengan Rusia terkait masalah Ukraina.

Inflasi dan pertumbuhan ekonomi berada di bawah 1% dan tingkat pengangguran mencapai 11,5%, serta lebih dari dua kali lipat di Spanyol dan Yunani. Bahkan, mesin ekonomi UE, Jerman, juga mengalami penurunan ekonomi. Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Larry Summers menjelaskan, Eropa menghadapi risiko stagnasi ekonomi jangka panjang, seperti yang terjadi setelah Depresi Besar pada 1930-an.

Ekonomi Prancis yang flat, Italia yang kembali mengalami resesi, dan kedua negara yang gagal memangkas defisit anggaran serta utang sesuai aturan UE, menciptakan ketegangan antara Brussels dan Berlin. “Tanpa lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi, ide Eropa juga dalam bahasa,” ungkap Presiden Dewan Eropa yang akan segera melepas jabatannya, Herman Van Rompuy, dikutip kantor berita Reuters .

Penggantinya asal Polandia, Donald Tusk, memiliki tugas untuk mencapai kesepakatan dalam kebijakan ekonomi baru.

Syarifudin
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4451 seconds (0.1#10.140)