Keyakinan Bisnis di Kepri Kuartal III Meningkat
A
A
A
BATAM - Keyakinan bisnis di kawasan perdagangan bebas Kepulauan Riau (Kepri) pada kuartal III/2014 berbalik meningkat untuk kali pertama dalam tujuh bulan terakhir.
Indikator investasi sepanjang kuatal III/2014 yang melihat kinerja pembentukan modal tetap bruto menunjukkan keyakinan usaha terakselerasi ke 10,6% sepanjang kuartal III sejak kuartal I, yang stagnan di 9,9%. Namun penguatan tersebut masih lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,6% (yoy).
Sementara otoritas moneter BI Kepri meramalkan kondisi indikator investasi itu akan terus menguat menjadi kekuatan ekonomi kawasan ini bersama konsumsi rumah tangga, asal kondisi aksi unjuk rasa dan faktor eksternal ekonomi global tidak berkepanjangan.
"Peningkatan investasi indikasi ekspektasi positif pelaku usaha terhadap kondisi bisnis di Kepri. Tapi resiko demo semoga tidak berkepanjangan," ujar Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra, akhir pekan ini.
Adapun total impor barang modal senilai USD424,91 juta, atau tumbuh sebesar sebesar 34,5% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 16,3% (yoy).
Peningkatan impor barang modal merupakan indikasi positif adanya peluang peningkatan kapasitas produksi dan diharapkan dalam beberapa waktu ke depan akan mendorong peningkatan output sektor industri.
Selain kepercayaan investor dan peningkatan impor barang modal, BI juga melansir pembiayaan investasi melalui kredit perbankan juga meningkat. Kredit investasi pada akhir periode kuartalan tercatat sebesar Rp9,2 triliun atau tumbuh 21,6% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan kuartal sebelumnya.
"Kredit investasi juga naik lebih tinggi dari sebelumnya. Periode sebelumnya hanya tumbuh 18,5%," ujar Gusti.
Gusti menjelaskan, penguatan pertumbuhan investasi di Kepri juga diyakini masih akan berlanjut pada kuartal IV. Kondisi sosial politik dan ekonomi yang tetap kondusif pasca pelantikan presiden dan kabinetnya akan menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan investasi.
Selain itu, sejumlah kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis (DPCLS) di Kota Batam telah terbebas dari status hutan lindung dengan diterbitkannya SK Menhut No.867 tahun 2014 yang merevisi SK Menhut Nomor 463 tahun 2014.
Sebelumnya, melalui survei maupun focus group discussion (FGD), investor seringkali mengungkapkan bahwa status hutan lindung yang ditetapkan pada beberapa kawasan DPCLS di Kepri menurut SK Menhut No.463/2013 telah menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan investasi.
Indikator investasi sepanjang kuatal III/2014 yang melihat kinerja pembentukan modal tetap bruto menunjukkan keyakinan usaha terakselerasi ke 10,6% sepanjang kuartal III sejak kuartal I, yang stagnan di 9,9%. Namun penguatan tersebut masih lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 11,6% (yoy).
Sementara otoritas moneter BI Kepri meramalkan kondisi indikator investasi itu akan terus menguat menjadi kekuatan ekonomi kawasan ini bersama konsumsi rumah tangga, asal kondisi aksi unjuk rasa dan faktor eksternal ekonomi global tidak berkepanjangan.
"Peningkatan investasi indikasi ekspektasi positif pelaku usaha terhadap kondisi bisnis di Kepri. Tapi resiko demo semoga tidak berkepanjangan," ujar Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra, akhir pekan ini.
Adapun total impor barang modal senilai USD424,91 juta, atau tumbuh sebesar sebesar 34,5% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada kuartal sebelumnya sebesar 16,3% (yoy).
Peningkatan impor barang modal merupakan indikasi positif adanya peluang peningkatan kapasitas produksi dan diharapkan dalam beberapa waktu ke depan akan mendorong peningkatan output sektor industri.
Selain kepercayaan investor dan peningkatan impor barang modal, BI juga melansir pembiayaan investasi melalui kredit perbankan juga meningkat. Kredit investasi pada akhir periode kuartalan tercatat sebesar Rp9,2 triliun atau tumbuh 21,6% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan kuartal sebelumnya.
"Kredit investasi juga naik lebih tinggi dari sebelumnya. Periode sebelumnya hanya tumbuh 18,5%," ujar Gusti.
Gusti menjelaskan, penguatan pertumbuhan investasi di Kepri juga diyakini masih akan berlanjut pada kuartal IV. Kondisi sosial politik dan ekonomi yang tetap kondusif pasca pelantikan presiden dan kabinetnya akan menjadi salah satu faktor penopang pertumbuhan investasi.
Selain itu, sejumlah kawasan yang dikategorikan sebagai kawasan berdampak penting dan cakupan luas bernilai strategis (DPCLS) di Kota Batam telah terbebas dari status hutan lindung dengan diterbitkannya SK Menhut No.867 tahun 2014 yang merevisi SK Menhut Nomor 463 tahun 2014.
Sebelumnya, melalui survei maupun focus group discussion (FGD), investor seringkali mengungkapkan bahwa status hutan lindung yang ditetapkan pada beberapa kawasan DPCLS di Kepri menurut SK Menhut No.463/2013 telah menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan investasi.
(rna)