Ekspor Batam Masih dalam Tren Negatif
A
A
A
BATAM - Penurunan permintaan produk elektronik dan pipa besi baja di Batam, Kepulauan Riau (Kepri) memasuki semester II/2014 menunjukkan penurunan.
Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra mengatakan, penurunan itu berujung menekan kinerja ekspor kawasan ini hingga melanjutkan tren kontraksi dengan pertumbuhan negatif sejak awal 2014. Padahal, kinerja ekspor sempat menguat pada kuartal II/2014 menjadi negatif 2,6% dari periode tiga bulan pertama 2014 negatif 4,3%.
Kontraksi ekspor terjadi terutama pada ekspor non-migas, yang turun signifikan, mendorong kinerja ekspor menjadi negatif 4,1% pada kuartal III/2014 dari negatif 2,6% pada periode sebelumnya.
"Ekspor mencatatkan penurunan yang cukup dalam. Kami melihat penurunan ini karena kelihatannya proyek pengerjaannya sudah diselesaikan pada kuartal II/2014, sehingga tidak ada pengerjaan yang siginifikan selama Juli hingga September," ujar Gusti, akhir pekan ini.
Berdasarkan survei Liaison BI, beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa penurunan ekspor produk elektronik, antara lain dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap bagian elektronik lama yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan, dan juga dipengaruhi oleh penghentian operasi beberapa pabrik elektronik di Kota Batam.
Adapun penurunan ekspor pada besi dan baja, antara lain dipengaruhi oleh penyelesaian sejumlah proyek konstruksi migas di triwulan kedua yang ditandai dengan angka pertumbuhan ekspor produk besi dan baja yang tinggi sebesar 50,6% (yoy), sehingga ekspor cenderung akan menurun di kuartal III.
Meski begitu, kontraksi ekspor masih tertolong oleh kinerja ekspor migas yang mengalami peningkatan terutama gas alam yang tumbuh 29,5%. Gusti menilai, jika tak ekspor migas maka kinerja ekspor kawasan ini bisa semakin terjerembab.
Di samping itu, BI juga menyoroti kinerja impor kawasan ini yang semakin menguat perlu menjadi perhatian. Data pada kuartal III/2014 menunjukkan, konten impor terutama untuk elektronik dan mesin di kawasan perdagangan bebas Kepri masih sangat tinggi.
"Kebalikan dari ekspor, impor justru menunjukkan penguatan dari negatif 4,8% jadi negatif 2,6%. Kinerja impor ini membuat penguatan net ekspor kita semakin melambat. Hal ini juga menandakan peningkatan nilai tambah tidak banyak terjadi di industri Kepri," ujarnya.
Dia menegaskan, indikator ini menjadi tantangan ke depannya bagaimana pemerintah bisa mengurangi ketergantungan impor, sehingga bisa memperkecil defisit neraca transaksi berjalan yang hendak ditekan.
Sementara itu, Dosen Bisnis Internasional Universitas Putera Batam Suyono Saputra memandang keyakinan investasi di Kepri mencerminkan kepercayaan global terhadap kawasan FTZ Batam sudah meningkat. Namun tren positif itu tetap harus dipertahankan dengan berbagai cara.
"Ini menandakan Batam masih punya daya tarik investasi. Tren positif ini menjadi tantangan bagi BP Batam untuk mempertahankan kondisi seperti ini, antara lain dengan memberi jaminan ketersediaan lahan dan ketersediaan tenaga kerja," kata dia.
Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra mengatakan, penurunan itu berujung menekan kinerja ekspor kawasan ini hingga melanjutkan tren kontraksi dengan pertumbuhan negatif sejak awal 2014. Padahal, kinerja ekspor sempat menguat pada kuartal II/2014 menjadi negatif 2,6% dari periode tiga bulan pertama 2014 negatif 4,3%.
Kontraksi ekspor terjadi terutama pada ekspor non-migas, yang turun signifikan, mendorong kinerja ekspor menjadi negatif 4,1% pada kuartal III/2014 dari negatif 2,6% pada periode sebelumnya.
"Ekspor mencatatkan penurunan yang cukup dalam. Kami melihat penurunan ini karena kelihatannya proyek pengerjaannya sudah diselesaikan pada kuartal II/2014, sehingga tidak ada pengerjaan yang siginifikan selama Juli hingga September," ujar Gusti, akhir pekan ini.
Berdasarkan survei Liaison BI, beberapa perusahaan mengungkapkan bahwa penurunan ekspor produk elektronik, antara lain dipengaruhi oleh penurunan permintaan terhadap bagian elektronik lama yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan, dan juga dipengaruhi oleh penghentian operasi beberapa pabrik elektronik di Kota Batam.
Adapun penurunan ekspor pada besi dan baja, antara lain dipengaruhi oleh penyelesaian sejumlah proyek konstruksi migas di triwulan kedua yang ditandai dengan angka pertumbuhan ekspor produk besi dan baja yang tinggi sebesar 50,6% (yoy), sehingga ekspor cenderung akan menurun di kuartal III.
Meski begitu, kontraksi ekspor masih tertolong oleh kinerja ekspor migas yang mengalami peningkatan terutama gas alam yang tumbuh 29,5%. Gusti menilai, jika tak ekspor migas maka kinerja ekspor kawasan ini bisa semakin terjerembab.
Di samping itu, BI juga menyoroti kinerja impor kawasan ini yang semakin menguat perlu menjadi perhatian. Data pada kuartal III/2014 menunjukkan, konten impor terutama untuk elektronik dan mesin di kawasan perdagangan bebas Kepri masih sangat tinggi.
"Kebalikan dari ekspor, impor justru menunjukkan penguatan dari negatif 4,8% jadi negatif 2,6%. Kinerja impor ini membuat penguatan net ekspor kita semakin melambat. Hal ini juga menandakan peningkatan nilai tambah tidak banyak terjadi di industri Kepri," ujarnya.
Dia menegaskan, indikator ini menjadi tantangan ke depannya bagaimana pemerintah bisa mengurangi ketergantungan impor, sehingga bisa memperkecil defisit neraca transaksi berjalan yang hendak ditekan.
Sementara itu, Dosen Bisnis Internasional Universitas Putera Batam Suyono Saputra memandang keyakinan investasi di Kepri mencerminkan kepercayaan global terhadap kawasan FTZ Batam sudah meningkat. Namun tren positif itu tetap harus dipertahankan dengan berbagai cara.
"Ini menandakan Batam masih punya daya tarik investasi. Tren positif ini menjadi tantangan bagi BP Batam untuk mempertahankan kondisi seperti ini, antara lain dengan memberi jaminan ketersediaan lahan dan ketersediaan tenaga kerja," kata dia.
(rna)