India Naikkan Impor CPO 1 Juta Ton

Senin, 01 Desember 2014 - 12:45 WIB
India Naikkan Impor...
India Naikkan Impor CPO 1 Juta Ton
A A A
BANDUNG - China dan India tetap menjadi pasar utama minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) Indonesia. Bahkan, India tahun depan akan menambah volume impornya hingga 1 juta ton.

“Prediksi ini akan menjadi kenyataan apabila Pemerintah Indonesia menerapkan bea keluar (BK) ekspor CPO sebesar 0% seperti sekarang ini,” ujar Dorab Mistry, analis dari Godrej International Ltd, ketika menjadi pembicara pada 10th Indonesian Palm Oil Conference and 2015 Price Outlook di Bandung, Jumat (28/11).

Menurut Dorab, negaranya masih tetap membutuhkan CPO karena India banyak terdapat industri refinery yang membutuhkan bahan baku minyak nabati, terutama CPO. “Kalau masuk dalam bentuk CPO, maka Indonesia akan menang. Apalagi kalau pemerintah Indonesia tidak menerapkan BK ekspor CPO,” katanya. Seperti diketahui, sejak Oktober lalu, BK ekspor CPO ditetapkan 0%.

Ini sebagai akibat pergerakan harga CPO yang terus anjlok hingga di bawah USD750 per metrik ton. Tarif BK progresif untuk CPO ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No 223/PMK.011/ 2008 tentang penetapan barang ekspor yang dikenai bea keluar dan tarif bea keluar. Tarif BK CPO terendah adalah 7,5% untuk harga referensi USD750-800 per ton.

Di bawah USD750 per metrik ton, BK CPO otomatis nol. Sedangkan BK tertinggi adalah 22,5% untuk harga referensi di atas USD1.250 ton. Untuk 32 produk turunannya, BK telah ditetapkan 0-15%. Terkait dengan tarif tersebut, November dan Desember ini pemerintah juga menetapkan BK CPO sebesar 0%.

Hal ini disebabkan harga referensi CPO USD733,16 per metrik ton yang turun USD3,16 atau 0,43% dari bulan sebelumnya, yaitu USD736,32 per metrik ton. Sebagai dampaknya, Oktober lalu, sebagaimana data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), volume ekspor CPO dan turunannya meningkat 45,8% jika dibandingkan dengan ekspor September, atau dari 1,695 juta ton menjadi 2,471 juta ton pada Oktober.

Peningkatan ini terutama adanya permintaan dari China dan India yang meningkat tajam mencapai 390% dibandingkan dengan September, atau dari 56.260 ton menjadi 275.850 ton. Sementara itu, India meningkatkan permintaan akan CPO dan turunannya dari Indonesia sebesar 140% atau dari 305.330 ton pada September menjadi 733.630 ton pada Oktober.

Pada kesempatan itu, Dorab juga mengatakan bahwa Indonesia dapat mengendalikan harga CPO dunia pada 2015 dengan catatan pemerintah harus tegas dalam mengimplementasikan program mandatori biodiesel 10% atau B10. Dia menyebut harga CPO tahun depan bisa mencapai 2.300-2.500 Ringgit Malaysia apabila kebijakan B10 yang saat ini baru terserap 50% dari target dapat diimplementasikan secara maksimal.

“Indonesia akan memegang peranan harga pada tahun depan. Tapi kalau tidak serius (dalam menerapkan mandatori biodiesel) maka prediksi saya ini tidakakanadaartinya,” katanya. Dorab mengatakan, dengan terus memaksimalkan penggunaan B10 dan mencapai target yang lebih tinggi untuk tahun depan, dapat merangsang permintaan minyak sawit yang membuat harga naik.

“Syaratnya Indonesia harus tegas, apapun itu untuk memaksa mereka menggunakan biodiesel. Meskipun Pertamina akan berat karena harga yang tinggi dalam prosesnya,” katanya. Menurutnya, sejumlah kondisi juga memengaruhi perkiraan harga itu, misalnya kondisi di Brasil dan Argentina sebagai produsen kedelai dunia, permintaan CPO dari China dan India, serta harga minyak mentah yang memiliki kedekatan dengan harga kelapa sawit.

James Fry, analis LMC International Ltd, mengatakan bahwa harga minyak mentah dunia akan berhubungan langsung dengan harga minyak kelapa sawit. Apabila harga minyak mentah berada pada USD80, harga CPO akan mencapai USD665 pada tahun depan. “Jika harga minyak mentah USD70 maka harga CPO USD595, dan jika harga minyak mentah USD60 maka CPO akan berada pada USD520,” katanya.

Berdasarkan data Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), penyerapan biodiesel baru terserap 1,65 juta kiloliter (kl) dari target awal yang mencapai 3 juta kl sampai Oktober tahun ini. Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Gapki Darwin Indigo mengestimasi penambahan kuota B10 sebanyak 1 juta ton di dalam negeri akan berkontribusi dalam mengangkat harga CPO hingga USD96 per ton.

Dia mengatakan, pendapatan pajak pemerintah Indonesia akan tumbuh mencapai USD1,2 miliar melalui kombinasi pajak-pajak ekspor dan pajak-pajak perusahaan. Selain itu, perusahaan perkebunan dan pekebun akan mendapatkan tambahan pendapatan sebesar USD1,5 miliar yang mendorong ekspansi perkebunan kelapa sawit serta pembangunan perekonomian.

Adapun implementasi dari pencampuran B20 yang ditargetkan terealisasi pada 2016 akan menghemat devisa negara hingga USD5,6 miliar dari impor BBM.

Sudarsono
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6778 seconds (0.1#10.140)