Prospek Peringkat Mayora Direvisi Jadi Negatif
A
A
A
JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) merevisi prospek peringkat PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dari stabil menjadi negatif.
Analis Pefindo Martin Pandiangan mengatakan, revisi peringkat tersebut dilakukan untuk mengantisipasi melemahnya rasio struktur permodalan dan proteksi arus kas perusahaan dari proyeksi akibat melemahnya marjin profitabilitas.
"Hal itu juga dibarengi dengan utang yang lebih besar dari yang diproyeksikan," kata dia dalam rilisnya, Senin (8/12/2014).
Adapun marjin profitabilitas perseroan yang disajikan dengan marjin laba kotor turun menjadi 16,5% pada akhir kuartal III tahun ini dari tahun lalu sebesar 24,3% karena meningkatnya biaya bahan baku dan pembungkus.
Penggunaan biaya bahan baku dan pembungkus, yang mewakili 84% dari biaya pokok penjualan meningkat 40,8% pada sembilan bulan pertama tahun ini dibanding tahun sebelumnya, sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan modal kerja yang berasal dari pinjaman.
Dia menuturkan, peringkat tersebut dapat direvisi menjadi stabil jika perusahaan dapat memperbaiki marjin profitabilitas secara berkelanjutan, didukung peningkatan profil keuangan.
Sementara peringkat MYOR dan Obligasi IV/2012, dan Sukuk Mudharabah II/2012 dipertahankan pada idAA- dan idAA-(sy). Menurut Martin. Peringkat itu juga dapat diturunkan jika marjin profitabilitas tidak membaik dalam waktu dekat.
"Peringkat juga bisa berada di bawah tekanan jika perusahaan menambah utang secara signifikan," imbuh dia.
Peringkat yang diberikan mencerminkan posisi perusahaan yang kuat di pasar makanan dalam kemasan di Indonesia, produk yang terdiserfikasi dengan kontribusi yang meningkat di pasar ekspor, dan perlindungan arus kas yang kuat.
Kendati demikian, peringkat produsen usaha makanan dalam kemasan di Tanah Air ini dibatasi risiko fluktuasi biaya bahan baku dan kompetisi yang ketat pada industri.
Analis Pefindo Martin Pandiangan mengatakan, revisi peringkat tersebut dilakukan untuk mengantisipasi melemahnya rasio struktur permodalan dan proteksi arus kas perusahaan dari proyeksi akibat melemahnya marjin profitabilitas.
"Hal itu juga dibarengi dengan utang yang lebih besar dari yang diproyeksikan," kata dia dalam rilisnya, Senin (8/12/2014).
Adapun marjin profitabilitas perseroan yang disajikan dengan marjin laba kotor turun menjadi 16,5% pada akhir kuartal III tahun ini dari tahun lalu sebesar 24,3% karena meningkatnya biaya bahan baku dan pembungkus.
Penggunaan biaya bahan baku dan pembungkus, yang mewakili 84% dari biaya pokok penjualan meningkat 40,8% pada sembilan bulan pertama tahun ini dibanding tahun sebelumnya, sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan modal kerja yang berasal dari pinjaman.
Dia menuturkan, peringkat tersebut dapat direvisi menjadi stabil jika perusahaan dapat memperbaiki marjin profitabilitas secara berkelanjutan, didukung peningkatan profil keuangan.
Sementara peringkat MYOR dan Obligasi IV/2012, dan Sukuk Mudharabah II/2012 dipertahankan pada idAA- dan idAA-(sy). Menurut Martin. Peringkat itu juga dapat diturunkan jika marjin profitabilitas tidak membaik dalam waktu dekat.
"Peringkat juga bisa berada di bawah tekanan jika perusahaan menambah utang secara signifikan," imbuh dia.
Peringkat yang diberikan mencerminkan posisi perusahaan yang kuat di pasar makanan dalam kemasan di Indonesia, produk yang terdiserfikasi dengan kontribusi yang meningkat di pasar ekspor, dan perlindungan arus kas yang kuat.
Kendati demikian, peringkat produsen usaha makanan dalam kemasan di Tanah Air ini dibatasi risiko fluktuasi biaya bahan baku dan kompetisi yang ketat pada industri.
(rna)