Harga Minyak Global Menurun Dipicu Prediksi Iran
A
A
A
MELBOURNE - Harga minyak mentah global jenis brent dan West Texas Intermediate (WTI) mengalami penurunan lanjutan setelah Iran memprediksi harga minyak dunia akan terus mengalami koreksi jika soliditas negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak terbina.
Kontrak berjangka (futures) di London merosot sebesar 1,6%. Pejabat Kementerian Minyak Iran memperkirakan minyak mintah bisa jatuh hingga USD40 per barel jika terjadi perang harga atau muncul golongan kepentingan baru di OPEC.
Minyak diperdagangkan dalam tren penurunan karena OPEC pada 27 November lalu sepakat tidak memangkas produksi demi memaksa perlambatan produksi di AS, yang telah naik ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Adapun Arab Saudi dan Irak bulan ini menambah diskon ekspor minyak mentah ke pelanggan mereka di Asia, memperkuat spekulasi bahwa negara tersebut ingin merebut pangsa pasar.
"OPEC tampak seperti ikatan keluarga disfungsional. Tanpa ada pengurangan produksi minyak Amerika Serikat (AS), ditambah kekhawatiran geopolitik global, maka harga minyak akan semakin terpuruk," jelas Kepala Strategi di CMC Market Sydney Michael McCarthy seperti dilansir Bloomberg, Rabu (10/12/2014).
Brent di London ICE Futures Europe Exchange untuk pengiriman Januari turun USD1,06 ke USD65,78 per barel dan berada di USD65,82 pada pukul 13.29 siang waktu Sydney. Kontrak naik 65 sen menjadi USD66,84, kemarin.
Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadao WTI diperdagangkan sebesar USD2,94. Harga minyak brent sepanjang tahun ini turun 41%.
Sementara WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Januari turun USD1 atau 1,6% ke USD62,82 per barel, turun dibanding kemarin USD63,82. Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 13% di bawah rata-rata 100-hari.
Aspects Ltd mengingatkan sebaiknya OPEC, yang memasok 40% minyak dunia melakukan pertemuan luar biasa pada kuartal I tahun depan demi menghindari harga makin merosot.
Kontrak berjangka (futures) di London merosot sebesar 1,6%. Pejabat Kementerian Minyak Iran memperkirakan minyak mintah bisa jatuh hingga USD40 per barel jika terjadi perang harga atau muncul golongan kepentingan baru di OPEC.
Minyak diperdagangkan dalam tren penurunan karena OPEC pada 27 November lalu sepakat tidak memangkas produksi demi memaksa perlambatan produksi di AS, yang telah naik ke level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Adapun Arab Saudi dan Irak bulan ini menambah diskon ekspor minyak mentah ke pelanggan mereka di Asia, memperkuat spekulasi bahwa negara tersebut ingin merebut pangsa pasar.
"OPEC tampak seperti ikatan keluarga disfungsional. Tanpa ada pengurangan produksi minyak Amerika Serikat (AS), ditambah kekhawatiran geopolitik global, maka harga minyak akan semakin terpuruk," jelas Kepala Strategi di CMC Market Sydney Michael McCarthy seperti dilansir Bloomberg, Rabu (10/12/2014).
Brent di London ICE Futures Europe Exchange untuk pengiriman Januari turun USD1,06 ke USD65,78 per barel dan berada di USD65,82 pada pukul 13.29 siang waktu Sydney. Kontrak naik 65 sen menjadi USD66,84, kemarin.
Premi minyak mentah patokan Eropa ini terhadao WTI diperdagangkan sebesar USD2,94. Harga minyak brent sepanjang tahun ini turun 41%.
Sementara WTI di New York Mercantile Exchange untuk pengiriman Januari turun USD1 atau 1,6% ke USD62,82 per barel, turun dibanding kemarin USD63,82. Semua volume berjangka yang diperdagangkan sekitar 13% di bawah rata-rata 100-hari.
Aspects Ltd mengingatkan sebaiknya OPEC, yang memasok 40% minyak dunia melakukan pertemuan luar biasa pada kuartal I tahun depan demi menghindari harga makin merosot.
(rna)