PSAB Didesak Laporkan Keuangan yang Valid ke Regulator
A
A
A
JAKARTA - PT J Resources Asia Pacific Tbk (PSAB) didesak untuk melaporkan keuangannya yang valid kepada regulator, agar tidak merugikan investor.
Terlebih saat ini, perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan ini sedang terlibat sengketa kerja sama dengan KUD Dharma Tani Marisa.
Pengamat Pasar Modal Hasan Zein Mahmud meminta PSAB untuk melaporkan laporan keuangannya dengan benar. Pasalnya, banyak 'keajaiban' pergerakan saham di perusahaan tersebut.
"Harga emas dalam 4 tahun terakhir mengalami penurunan. Dengan begitu, saham perusahaan emas kan juga turun," ujar dia seperti dalam rilis, Rabu (10/12/2014).
Namun, lanjut dia, pada Oktober tahun ini pergerakan saham PSAB justru mengalami kenaikan. Padahal, komposisi kepemilikan saham lebih didominasi PSAB yaitu 5,4% dimiliki publik, sementara sisanya 94,6% dimiliki J Resources Mining Limited.
"Pemegang sahamnya kan cuma 5% dari publik masa bisa naik. Harusnya sahamnya itu jadi saham tidur. Lantaran, hanya menjual 5% ke publik. Ini berarti ada sesuatu yang aneh, biasanya saham tidur itu digoreng," kata Hasan.
Menurutnya, merupakan suatu kewajaran apabila perseroan yang sudah melakukan keterbukaan di publik mengalami kerugian. Untuk itu, dia meminta perseroan mengeluarkan laporan keuangan yang benar.
"Jangan sampai infonya merugikan investor. Tujuan saya itu cuma meminta perusahaan itu mempublikasikan laporan keuangannya yang benar," jelas dia.
Sekadar Informasi, pada akhir tahun buku 2013, aset PSAB bernilai sekitar USD805 juta. Dari nilai tersebut, 68% bersumber dari utang, sebesar USD546 juta.
Selama 5 tahun belakangan dari 2009-2013, PSAB hanya satu kali mencatat laba operasi, yaitu tahun 2012, dengan laba sekitar USD37 juta dengan ROA kurang dari 5%. Selama tahun buku 2013 perusahaan menderita kerugian operasi sebesar USD29 juta.
Perusahaan ini berdiri tahun 2002 dengan nama PT Pelita Sejahtera Abadi (dari situ kode PSAB berasal) dan menjadi perusahaaan publik setahun kemudian. Berganti nama menjadi PT J Resources Asia Pacific pada 2011 setelah mengambil alih 98,9% saham J Resources Nusantara (JRN).
Pada saat harga emas mencapai titik terendah Oktober 2013, saham saham perusahaan emas seperti Lionggold Resources, Blumont Group dan Asiason Capital mengalami penurunan hampir 90%, harga saham PSAB justru mengalami kenaikan, mencapai Rp4.000.
Terlebih saat ini, perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan ini sedang terlibat sengketa kerja sama dengan KUD Dharma Tani Marisa.
Pengamat Pasar Modal Hasan Zein Mahmud meminta PSAB untuk melaporkan laporan keuangannya dengan benar. Pasalnya, banyak 'keajaiban' pergerakan saham di perusahaan tersebut.
"Harga emas dalam 4 tahun terakhir mengalami penurunan. Dengan begitu, saham perusahaan emas kan juga turun," ujar dia seperti dalam rilis, Rabu (10/12/2014).
Namun, lanjut dia, pada Oktober tahun ini pergerakan saham PSAB justru mengalami kenaikan. Padahal, komposisi kepemilikan saham lebih didominasi PSAB yaitu 5,4% dimiliki publik, sementara sisanya 94,6% dimiliki J Resources Mining Limited.
"Pemegang sahamnya kan cuma 5% dari publik masa bisa naik. Harusnya sahamnya itu jadi saham tidur. Lantaran, hanya menjual 5% ke publik. Ini berarti ada sesuatu yang aneh, biasanya saham tidur itu digoreng," kata Hasan.
Menurutnya, merupakan suatu kewajaran apabila perseroan yang sudah melakukan keterbukaan di publik mengalami kerugian. Untuk itu, dia meminta perseroan mengeluarkan laporan keuangan yang benar.
"Jangan sampai infonya merugikan investor. Tujuan saya itu cuma meminta perusahaan itu mempublikasikan laporan keuangannya yang benar," jelas dia.
Sekadar Informasi, pada akhir tahun buku 2013, aset PSAB bernilai sekitar USD805 juta. Dari nilai tersebut, 68% bersumber dari utang, sebesar USD546 juta.
Selama 5 tahun belakangan dari 2009-2013, PSAB hanya satu kali mencatat laba operasi, yaitu tahun 2012, dengan laba sekitar USD37 juta dengan ROA kurang dari 5%. Selama tahun buku 2013 perusahaan menderita kerugian operasi sebesar USD29 juta.
Perusahaan ini berdiri tahun 2002 dengan nama PT Pelita Sejahtera Abadi (dari situ kode PSAB berasal) dan menjadi perusahaaan publik setahun kemudian. Berganti nama menjadi PT J Resources Asia Pacific pada 2011 setelah mengambil alih 98,9% saham J Resources Nusantara (JRN).
Pada saat harga emas mencapai titik terendah Oktober 2013, saham saham perusahaan emas seperti Lionggold Resources, Blumont Group dan Asiason Capital mengalami penurunan hampir 90%, harga saham PSAB justru mengalami kenaikan, mencapai Rp4.000.
(gpr)