Perekonomian Domestik Lemah Sebabkan Rupiah Loyo
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Hendri Saparini mengatakan, rupiah ambruk akibat fundamental ekonomi domestik tahun ini lemah.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir mengalami pelemahan cukup tajam hingga menembus angka di atas Rp12.900 per USD.
Faktor eksternal, kata Hendri, pelemahan tersebut terjadi akibat menguatnya sentimen global terhadap perbaikan kondisi ekonomi AS yang diperkirakan akan mendorong The Fed menaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Dia menilai, kondisi tersebut mendorong terjadinya peningkatan nilai tukar USD terhadap mata uang lain dalam beberapa pekan terakhir.
"Transaksi berjalan, terus mengalami defisit sejak kuartal akhir tahun 2011 sampai 2014, kecuali kuartal ke III tahun 2012," ujarnyadi Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Meskipun pada periode yang sama, neraca modal dan finansial mengalami peningkatan, namun surplus pada neraca pembayaran sangat rendah.
Menurutnya, posisi rupiah saat ini lebih ditopang capital inflow yang didominasi oleh investasi portofolio. "Situasi ini tentu sangat rentan, terhadap sektor finansial," jelas Hendri.
Akibatnya, jika terjadi external shock, sebagaimana saat ini, kebijakan otoritas moneter untuk mengendalikan rupiah semakin berat.
Seperti diketahui, nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir mengalami pelemahan cukup tajam hingga menembus angka di atas Rp12.900 per USD.
Faktor eksternal, kata Hendri, pelemahan tersebut terjadi akibat menguatnya sentimen global terhadap perbaikan kondisi ekonomi AS yang diperkirakan akan mendorong The Fed menaikan suku bunga lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Dia menilai, kondisi tersebut mendorong terjadinya peningkatan nilai tukar USD terhadap mata uang lain dalam beberapa pekan terakhir.
"Transaksi berjalan, terus mengalami defisit sejak kuartal akhir tahun 2011 sampai 2014, kecuali kuartal ke III tahun 2012," ujarnyadi Jakarta, Selasa (16/12/2014).
Meskipun pada periode yang sama, neraca modal dan finansial mengalami peningkatan, namun surplus pada neraca pembayaran sangat rendah.
Menurutnya, posisi rupiah saat ini lebih ditopang capital inflow yang didominasi oleh investasi portofolio. "Situasi ini tentu sangat rentan, terhadap sektor finansial," jelas Hendri.
Akibatnya, jika terjadi external shock, sebagaimana saat ini, kebijakan otoritas moneter untuk mengendalikan rupiah semakin berat.
(dmd)