FTZ Batam Tak Khawatir Rupiah Melemah
A
A
A
BATAM - Badan Pengusahaan (BP) Batam mengaku tidak khawatir adanya pelemahan rupiah, karena ada bantalan mayoritas penanam modal usaha di FTZ yang merupakan afiliasi dengan Singapura dan asing.
Kepala BP Batam Mustofa Widjaja mengatakan, industri di Batam tidak bisa disamakan dengan daerah lain di Indonesia, karena letaknya yang berdekatan dengan negara Jiran itu.
Keuntungan itu juga diklaim justru menguntungkan investor setempat yang selama ini mengandalkan impor barang modal untuk ekspor. Investasi langsung sebagai tumpuan pemacu pertumbuhan ekonomi juga diyakini tidak terganggu.
Bahkan, dia juga mengaku tetap optimis di tengah situasi ancaman krisis moneter, menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan hengkangnya penanam modal asing dari Indonesia.
"Kami tetap optimis, apa pun yang terjadi. Semua peristiwa ada mudarat ada juga manfaatnya," katanya, Rabu (17/12/2014).
Mustofa menguraikan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar justru berpotensi menaikkan investasi asing ke Batam, didorong biaya produksi yang turun.
"Tapi kami juga tidak mau melihatnya sebagai 'blessing in disguise'. Lihat apa kata BI," ujarnya.
Sebelumnya Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra memproyeksikan investasi langsung di Kepri akan meningkat tahun depan, melihat meningkatnya pendaftaran investasi pada 2014 yang akan terealisasi pada tahun depan.
Kinerja investasi yang menunjukkan penguatan pertumbuhan pada 2014 diharapkan dapat tetap stabil bahkan meningkat pada 2015 dengan asumsi bahwa iklim investasi dan iklim usaha tetap terjaga dengan baik di Kepri.
"Pemda harus bisa enjaga iklim investasi dan usaha agar terus kondusif demi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sembari tetap meningkatkan kandungan lokal untuk ekspor," terang dia.
Dosen bisnis internasional Suyono Saputra menilai penurunan nilai tukar rupiah justru menguntungkan industri di Batam. "Karena industri di Batam tujuannya ekspor. Ini justru menguntungkan," ucapnya.
Meski demikian, dia menilai keuntungan itu tidak akan terlalu signifikan karena penurunan nilai mata uang hanya bersifat temporer, akibat sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika.
Krisis global yang terjadi juga tidak memengaruhi Batam karena struktur ekonomi di kawasan itu sudah lebih baik dengan investasi yang terus tumbuh dan inflasi yang rendah. "Batam tidak akan terpengaruh krisis," tegasnya.
Kepala BP Batam Mustofa Widjaja mengatakan, industri di Batam tidak bisa disamakan dengan daerah lain di Indonesia, karena letaknya yang berdekatan dengan negara Jiran itu.
Keuntungan itu juga diklaim justru menguntungkan investor setempat yang selama ini mengandalkan impor barang modal untuk ekspor. Investasi langsung sebagai tumpuan pemacu pertumbuhan ekonomi juga diyakini tidak terganggu.
Bahkan, dia juga mengaku tetap optimis di tengah situasi ancaman krisis moneter, menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan hengkangnya penanam modal asing dari Indonesia.
"Kami tetap optimis, apa pun yang terjadi. Semua peristiwa ada mudarat ada juga manfaatnya," katanya, Rabu (17/12/2014).
Mustofa menguraikan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar justru berpotensi menaikkan investasi asing ke Batam, didorong biaya produksi yang turun.
"Tapi kami juga tidak mau melihatnya sebagai 'blessing in disguise'. Lihat apa kata BI," ujarnya.
Sebelumnya Kepala BI Kepri Gusti Raizal Eka Putra memproyeksikan investasi langsung di Kepri akan meningkat tahun depan, melihat meningkatnya pendaftaran investasi pada 2014 yang akan terealisasi pada tahun depan.
Kinerja investasi yang menunjukkan penguatan pertumbuhan pada 2014 diharapkan dapat tetap stabil bahkan meningkat pada 2015 dengan asumsi bahwa iklim investasi dan iklim usaha tetap terjaga dengan baik di Kepri.
"Pemda harus bisa enjaga iklim investasi dan usaha agar terus kondusif demi peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sembari tetap meningkatkan kandungan lokal untuk ekspor," terang dia.
Dosen bisnis internasional Suyono Saputra menilai penurunan nilai tukar rupiah justru menguntungkan industri di Batam. "Karena industri di Batam tujuannya ekspor. Ini justru menguntungkan," ucapnya.
Meski demikian, dia menilai keuntungan itu tidak akan terlalu signifikan karena penurunan nilai mata uang hanya bersifat temporer, akibat sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika.
Krisis global yang terjadi juga tidak memengaruhi Batam karena struktur ekonomi di kawasan itu sudah lebih baik dengan investasi yang terus tumbuh dan inflasi yang rendah. "Batam tidak akan terpengaruh krisis," tegasnya.
(izz)