Industri Konstruksi Bertahan di Tengah Pelemahan Rupiah
A
A
A
JAKARTA - Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) menyatakan, industri konstruksi di Tanah Air masih bisa bertahan di tengah tekanan depresiasi rupiah terhadap dolar AS (USD) yang berada di atas Rp12.000.
Ketua Umum LPJKN Tri Widjayanto mengatakan, melemahnya rupiah masih bisa diatasi sebab ongkos kontruksi yang terkait dengan bahan impor masih berada di kisaran 5%.
"Saya kira tidak memberi dampak signifikan ya. Keluhan tetap ada, tetapi masih bisa diminimalisir kalangan usaha konstruksi," ujarnya kepada Sindo, Jumat (26/12/2014).
Dia menyebutkan bisnis konstruksi merupakan usaha dengan putaran yang sangat cepat sehingga profitnya cukup besar.
"Saya kira dalam mengatasi dampak rupiah pada sektor usaha konstruksi, kalangan usaha banyak meminimalisir risiko dengan menyiasati penggunaan material impor ke lokal tanpa mengurangi kualitas konstruksi bangunan maupun jalan," jelasnya.
Dia menambahkan, pelemahan rupiah terhadap USD menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga tidak akan berdampak banyak. Sebab, kalangan usaha masih menganggap pelemahan rupiah tidak bersifat permanen.
"Kalau kita melihatnya, depresiasi rupiah terhadap dolar ini bukan permanen. Karena kondisi yang sama juga dialami negara-negara ASEAN lainnya," tandas Tri.
Ketua Umum LPJKN Tri Widjayanto mengatakan, melemahnya rupiah masih bisa diatasi sebab ongkos kontruksi yang terkait dengan bahan impor masih berada di kisaran 5%.
"Saya kira tidak memberi dampak signifikan ya. Keluhan tetap ada, tetapi masih bisa diminimalisir kalangan usaha konstruksi," ujarnya kepada Sindo, Jumat (26/12/2014).
Dia menyebutkan bisnis konstruksi merupakan usaha dengan putaran yang sangat cepat sehingga profitnya cukup besar.
"Saya kira dalam mengatasi dampak rupiah pada sektor usaha konstruksi, kalangan usaha banyak meminimalisir risiko dengan menyiasati penggunaan material impor ke lokal tanpa mengurangi kualitas konstruksi bangunan maupun jalan," jelasnya.
Dia menambahkan, pelemahan rupiah terhadap USD menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga tidak akan berdampak banyak. Sebab, kalangan usaha masih menganggap pelemahan rupiah tidak bersifat permanen.
"Kalau kita melihatnya, depresiasi rupiah terhadap dolar ini bukan permanen. Karena kondisi yang sama juga dialami negara-negara ASEAN lainnya," tandas Tri.
(dmd)