Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Hanya 5,1%

Minggu, 28 Desember 2014 - 14:16 WIB
Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Hanya 5,1%
Pertumbuhan Ekonomi RI Diprediksi Hanya 5,1%
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga penghujung tahun ini diprediksi hanya akan tumbuh 5,1%, yang berarti terendah dalam 10 tahun terakhir, kecuali saat krisis global tahun 2009 yang tumbuh 4,6%.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan, pilihan kebijakan fiskal yang kontraktif ditambah dengan kebijakan moneter yang relatif ketat ikut berkontribusi pada perlambatan ekonomi tahun ini.

"Kebijakan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga tinggi sejak kenaikan harga BBM pada 2013 telah mendorong suku bunga kredit meningkat hingga 12%, sehingga ikut memperlambat laju investasi," kata Hendri.

Dari sisi permintaan, dia menjelaskan, kebijakan‎ pelarangan ekspor mineral oleh pemerintah di saat menurunnya harga komoditas global, selain berdampak pada penurunan ekspor, juga berdampak pada melemahnya pertumbuhan fixed investment.

Selain itu, konsumsi swasta menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi tahun ini. Inflasi yang terendah dalam 10 bulan pertama, serta pemilihan umum yang dilangsungkan tahun ini memberikan stimulus pada peningkatan belanja masyarakat.

Hendri menjelaskan, hingga kuartal III/2014, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,5%, terutama disumbangkan oleh konsumsi non-pangan yang tumbuh 6,4%.

"Tekanan pada pertumbuhan konsumsi terjadi pada masyarakat yang bergelut di sektor pertambangan dan industri manufaktur, serta di akhir tahun akibat kenaikan BBM pada pertengahan November lalu," terangnya.

Dia melanjutkan, belanja‎ pemerintah tahun ini hanya tumbuh di kisaran 2,5% meskipun pada umumnya pertumbuhan lebih tinggi terjadi di tahun pemilu.

Sementara itu, investasi modal tetap tahun ini diperkirakan hanya tumbuh 5% atau di bawah rata-rata historisnya sebesar 8%. Menurut dia, investasi konstruksi sebagaimana tahun-tahun sebelumnya masih menjadi penyumbang utama dengan pertumbuhan 6,5%.

"Investasi mesin dan peralatan, pada periode yang sama juga mengalami pertumbuhan hingga 4,9%," ungkapnya.

Dia mengatakan, pertumbuhan investasi tersebut sedikit terhambat oleh pelemahan rupiah dan juga‎ perlambatan yang terjadi pada beberapa subsektor industri manufaktur, seperti industri logam, alat angkutan, mesin, serta industri tekstil, dan alas kaki.

Sementara itu, anjloknya kegiatan investasi di sektor pertambangan membuat pengadaan alat angkutan mengalami kontraksi hingga 10%.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9363 seconds (0.1#10.140)