Fitra: Kenaikan Listrik 2015, Pil Pahit Rakyat
A
A
A
JAKARTA - Koordinator Advokasi & Investigasi Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi menilai, rencana pemerintah menaikan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun depan sebagai pil pahit yang harus ditelan rakyat Indonesia.
"Biasanya, alasan pemerintah untuk menaikan TDL tergantung pada harga minyak dunia, dan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS (USD)," ujar Uchok dalam rilisnya, Selasa (30/12/2014).
Alasan tersebut, dia menjelaskan, selalu diprogandakan agar masyarakat yakin dan menerima kenaikan TDL sama dengan adanya pengurangan subsidi listrik, sehingga rakyat harus membayar lebih mahal untuk TDL.
"Padahal, kenaikan TDL bukan hanya tergantung pada harga minyak dunia, dan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar," ungkapnya.
Uchok berpendapat, kenaikan TDL pada tahun depan akan sangat membebani rakyat. Sementara kebijakan penaikan TDL dilakukan agar PLN mampu membayar utangnya.
"Misalnya saja, bunga utang PLN yang harus dibayar pada tahun 2013 sebesar Rp28,6 triliun dan 2012 sebesar Rp28,6 triliun. Sedangakan utang PLN jangka panjang diperkirakan sebesar Rp374,3 triliun," tandasnya.
"Biasanya, alasan pemerintah untuk menaikan TDL tergantung pada harga minyak dunia, dan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar AS (USD)," ujar Uchok dalam rilisnya, Selasa (30/12/2014).
Alasan tersebut, dia menjelaskan, selalu diprogandakan agar masyarakat yakin dan menerima kenaikan TDL sama dengan adanya pengurangan subsidi listrik, sehingga rakyat harus membayar lebih mahal untuk TDL.
"Padahal, kenaikan TDL bukan hanya tergantung pada harga minyak dunia, dan nilai tukar rupiah yang mengalami depresiasi terhadap dolar," ungkapnya.
Uchok berpendapat, kenaikan TDL pada tahun depan akan sangat membebani rakyat. Sementara kebijakan penaikan TDL dilakukan agar PLN mampu membayar utangnya.
"Misalnya saja, bunga utang PLN yang harus dibayar pada tahun 2013 sebesar Rp28,6 triliun dan 2012 sebesar Rp28,6 triliun. Sedangakan utang PLN jangka panjang diperkirakan sebesar Rp374,3 triliun," tandasnya.
(rna)