Gedung Perkantoran Baru Terus Dikembangkan
A
A
A
Meski intensitasnya semakin menurun, pembangunan gedung perkantoran masih tetap marak di Jakarta dan beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini untuk mengakomodasi kebutuhan ruang kantor mengingat masih pesatnya perkembangan ekonomi dan wirausaha di Tanah Air.
Pembangunan gedung perkantoran pada tahun depan diprediksi memang tidak semarak pengembangan pada dua tahun sebelumnya.
Penurunan geliat pembangunan gedung kantor tidak hanya dirasakan di Jakarta tetapi juga di beberapa wilayah di Indonesia. Construction Outlook Report 2014/2015 yang dirilis BCI Asia menyebutkan nilai investasi yang dikucurkan pengembang pada tahun depan mengalami penurunan 24% dibandingkan dengan tahun ini.
Turunnya investasi pada proyek perkantoran disebabkan oleh suplai berlebih ruang kantor sejak dua tahun terakhir. Banyaknya pembangunan perkantoran pada 2013 hingga tahun ini, membuat pengembang akan menunggu tingkat okupansi hingga penuh, baru setelahnya melanjutkan tahapan pembangunan yang sempat direm.
Strategi pengembangan perkantoran akan mulai digenjot pada kuartal I/2016 di mana kuartal tersebut memiliki perencanaan pembangunan lebih tinggi dibandingkan kuartal setelahnya. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) misalnya, akan mengoperasikan gedung pencakar langit setinggi 50 lantai pada awal tahun 2017 mendatang. Gedung bernama The Tower ini dibangun di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat di atas lahan satu hektare berkualifikasi Grade A setinggi 50 lantai dan total luas bangunan 100.931 meter persegi.
Walau peresmiannya masih sekitar tiga tahun lagi, namun proyek konstruksinya secara keseluruhan direncanakan akan rampung pada September 2016. “Keseluruhan gedung termasuk pekerjaan konstruksi struktur, eksterior, dan interior, kami jadwalkan akan selesai pada September 2016. Pembeli ruang-ruang gedung tinggal mengerjakan fitting out . Sehingga pada awal 2017, The Tower sudah bisa dioperasikan,” ujar Hendra Kurniawan, sekretaris ASRI.
Sampai dengan saat ini, penjualan ruang perkantoran strata dan sewa ini sudah mencapai 50%. Untuk harganya sendiri berkisar antara Rp40-47 juta per meter persegi. Sebagian besar pembelinya sekarang ini merupakan para investor yang biasanya akan kembali menjual kembali ruang-ruang perkantoran tersebut ke pasar sekunder.
Hendra optimistis penjualan ruang gedung The Tower ini akan lebih kencang saat pembangunan untuk lantai-lantai bagian atas rampung dikerjakan. Dia juga membocorkan bahwa nilai investasi untuk pembangunan The Tower mencapai Rp700 miliar. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat kawasan harga lahan di kawasan Gatot Subroto berkisar antara Rp40 juta hingga Rp80 juta per meter perseginya.
“Tidak seluruhnya dijual. Sebagian akan kami keep dan sewakan. The Tower sampai saat ini masih dalam progres pembangunan struktur lantai empat,” jelas Hendra. The Tower merupakan properti perkantoran komersial ketiga yang dikembangkan ASRI. Proyek perkantoran sebelumnya adalah Synergy Building, yang sudah beroperasi.
Serta The Prominence Office saat ini dalam tahap tutup atap. Kedua perkantoran tersebut berlokasi di kawasan Alam Sutera, Tangerang. Kehadiran The Tower menambah semarak bisnis perkantoran di koridor Gatot Subroto. Selain The Tower, perkantoran lainnya yang sedang dalam tahap konstruksi adalah Capital Place, Telkom Landmark Tower, Wisma Mulia 2, Mangkuluhur City Office Tower, dan Centennial Tower.
Sementara itu, Grup Rajawali, kelompok usaha yang dikendalikan Peter Sondakh, membentuk perusahaan patungan (joint venture /JV) di bidang usaha properti bersama Government of Singapore Investment Corporation (GIC), perusahaan investasi milik pemerintah Singapura. Nilai investasi JV tersebut mencapai USD 500 juta atau sekitar Rp6 triliun.
Manajemen GIC Pte Ltd mengungkapkan, perusahaan baru tersebut akan menjadi pengembang sejumlah proyek properti di kawasan pusat bisnis (central business district /CBD) di Jakarta. Perusahaan itu akan menjalankan proyek-proyek perkantoran, ritel, residensial, dan mixed use.
Kerja sama ini terbentuk setelah kami berkolaborasi dalam proyek menara perkantoran Capital Place di Gatot Subroto, yang merupakan jantung kota Jakarta. Capital Place merupakan menara setinggi 47 lantai yang digunakan sebagai kawasan terpadu. Kawasan tersebut terdiri atas hotel mewah The St Regis dan area komersial untuk toko-toko makanan serta minuman.
Adapun proses konstruksi Capital Place sedang berlangsung saat ini. Pembangunan menara tersebut ditargetkan selesai pada akhir 2015. Chief Executive Officer (CEO) Rajawali Property Shirley Tan mengatakan, pendirian perusahaan patungan merupakan langkah awal dari kemitraan jangka panjang dengan GIC. Melalui kerja sama tersebut, perusahaan berharap dapat menjadi pengembang properti ikonik di Jakarta.
“Visi kami adalah membangun proyekproyek groundbreaking di Indonesia, khususnya yang dapat menjadi landmark di Ibu Kota,” ucapnya. Sementara itu, Co- Head GIC Real Estate Asia Loh Wai Keong mengatakan, pihaknya menyambut baik proyek kerja sama dengan Grup Rajawali. Dia optimistis nilai tambah perusahaan akan dapat diciptakan melalui akuisisi aset di sejumlah lokasi strategis.
“Kami yakin dengan potensi pertumbuhan jangka panjang Indonesia. Salah satu strategi yang akan kami lakukan adalah akuisisi dan pengelolaan aset-aset secara aktif,” kata Loh Wai. GIC merupakan salah satu perusahaan global terbesar di dunia. GIC mengelola aset senilai lebih dari USD100 miliar, yang tersebar di 40 negara.
Rendra hanggara
Pembangunan gedung perkantoran pada tahun depan diprediksi memang tidak semarak pengembangan pada dua tahun sebelumnya.
Penurunan geliat pembangunan gedung kantor tidak hanya dirasakan di Jakarta tetapi juga di beberapa wilayah di Indonesia. Construction Outlook Report 2014/2015 yang dirilis BCI Asia menyebutkan nilai investasi yang dikucurkan pengembang pada tahun depan mengalami penurunan 24% dibandingkan dengan tahun ini.
Turunnya investasi pada proyek perkantoran disebabkan oleh suplai berlebih ruang kantor sejak dua tahun terakhir. Banyaknya pembangunan perkantoran pada 2013 hingga tahun ini, membuat pengembang akan menunggu tingkat okupansi hingga penuh, baru setelahnya melanjutkan tahapan pembangunan yang sempat direm.
Strategi pengembangan perkantoran akan mulai digenjot pada kuartal I/2016 di mana kuartal tersebut memiliki perencanaan pembangunan lebih tinggi dibandingkan kuartal setelahnya. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) misalnya, akan mengoperasikan gedung pencakar langit setinggi 50 lantai pada awal tahun 2017 mendatang. Gedung bernama The Tower ini dibangun di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat di atas lahan satu hektare berkualifikasi Grade A setinggi 50 lantai dan total luas bangunan 100.931 meter persegi.
Walau peresmiannya masih sekitar tiga tahun lagi, namun proyek konstruksinya secara keseluruhan direncanakan akan rampung pada September 2016. “Keseluruhan gedung termasuk pekerjaan konstruksi struktur, eksterior, dan interior, kami jadwalkan akan selesai pada September 2016. Pembeli ruang-ruang gedung tinggal mengerjakan fitting out . Sehingga pada awal 2017, The Tower sudah bisa dioperasikan,” ujar Hendra Kurniawan, sekretaris ASRI.
Sampai dengan saat ini, penjualan ruang perkantoran strata dan sewa ini sudah mencapai 50%. Untuk harganya sendiri berkisar antara Rp40-47 juta per meter persegi. Sebagian besar pembelinya sekarang ini merupakan para investor yang biasanya akan kembali menjual kembali ruang-ruang perkantoran tersebut ke pasar sekunder.
Hendra optimistis penjualan ruang gedung The Tower ini akan lebih kencang saat pembangunan untuk lantai-lantai bagian atas rampung dikerjakan. Dia juga membocorkan bahwa nilai investasi untuk pembangunan The Tower mencapai Rp700 miliar. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat kawasan harga lahan di kawasan Gatot Subroto berkisar antara Rp40 juta hingga Rp80 juta per meter perseginya.
“Tidak seluruhnya dijual. Sebagian akan kami keep dan sewakan. The Tower sampai saat ini masih dalam progres pembangunan struktur lantai empat,” jelas Hendra. The Tower merupakan properti perkantoran komersial ketiga yang dikembangkan ASRI. Proyek perkantoran sebelumnya adalah Synergy Building, yang sudah beroperasi.
Serta The Prominence Office saat ini dalam tahap tutup atap. Kedua perkantoran tersebut berlokasi di kawasan Alam Sutera, Tangerang. Kehadiran The Tower menambah semarak bisnis perkantoran di koridor Gatot Subroto. Selain The Tower, perkantoran lainnya yang sedang dalam tahap konstruksi adalah Capital Place, Telkom Landmark Tower, Wisma Mulia 2, Mangkuluhur City Office Tower, dan Centennial Tower.
Sementara itu, Grup Rajawali, kelompok usaha yang dikendalikan Peter Sondakh, membentuk perusahaan patungan (joint venture /JV) di bidang usaha properti bersama Government of Singapore Investment Corporation (GIC), perusahaan investasi milik pemerintah Singapura. Nilai investasi JV tersebut mencapai USD 500 juta atau sekitar Rp6 triliun.
Manajemen GIC Pte Ltd mengungkapkan, perusahaan baru tersebut akan menjadi pengembang sejumlah proyek properti di kawasan pusat bisnis (central business district /CBD) di Jakarta. Perusahaan itu akan menjalankan proyek-proyek perkantoran, ritel, residensial, dan mixed use.
Kerja sama ini terbentuk setelah kami berkolaborasi dalam proyek menara perkantoran Capital Place di Gatot Subroto, yang merupakan jantung kota Jakarta. Capital Place merupakan menara setinggi 47 lantai yang digunakan sebagai kawasan terpadu. Kawasan tersebut terdiri atas hotel mewah The St Regis dan area komersial untuk toko-toko makanan serta minuman.
Adapun proses konstruksi Capital Place sedang berlangsung saat ini. Pembangunan menara tersebut ditargetkan selesai pada akhir 2015. Chief Executive Officer (CEO) Rajawali Property Shirley Tan mengatakan, pendirian perusahaan patungan merupakan langkah awal dari kemitraan jangka panjang dengan GIC. Melalui kerja sama tersebut, perusahaan berharap dapat menjadi pengembang properti ikonik di Jakarta.
“Visi kami adalah membangun proyekproyek groundbreaking di Indonesia, khususnya yang dapat menjadi landmark di Ibu Kota,” ucapnya. Sementara itu, Co- Head GIC Real Estate Asia Loh Wai Keong mengatakan, pihaknya menyambut baik proyek kerja sama dengan Grup Rajawali. Dia optimistis nilai tambah perusahaan akan dapat diciptakan melalui akuisisi aset di sejumlah lokasi strategis.
“Kami yakin dengan potensi pertumbuhan jangka panjang Indonesia. Salah satu strategi yang akan kami lakukan adalah akuisisi dan pengelolaan aset-aset secara aktif,” kata Loh Wai. GIC merupakan salah satu perusahaan global terbesar di dunia. GIC mengelola aset senilai lebih dari USD100 miliar, yang tersebar di 40 negara.
Rendra hanggara
(ars)