Penurunan Harga Premium Pengaruhi Penjualan Pertamax
A
A
A
BANTUL - Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kabupaten Bantul meminta SPBU di Bantul untuk mengantisipasi peningkatan permintaan di hari pertama paska penurunan harga BBM jenis premium.
Kepala Disperindagkop Bantul Sulistyanto mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari pemerintah ataupun Pertamina terkait penurunan tersebut.
Namun, pihaknya tetap tenang mengingat tidak akan ada gejolak di masyarakat paska penurunan ini.
"Saya rasa tidak akan ada gejolak. Dulu juga pernah ada penurunan, dan itu biasa-biasa saja," ujarnya, Rabu (31/12/2014).
Menurutnya, karena pemberlakuan penurunan harga tersebut baru dimulai pukul 00.00 pada Kamis (1/1/2015), maka ada jeda antara pengumuman dari pemerintah.
Sehingga, dimungkinkan masyarakat menahan pembelian BBM yang mereka butuhkan. Karena biasanya masyarakat ingin mendapatkan harga yang lebih murah dibanding harga saat ini.
Sulis memperkirakan, besok akan ada peningkatan permintaan BBM bersubsidi. Karena itu, dia mengimbau kepada SPBU untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan tersebut.
Terlebih penurunan tersebut bersamaan dengan malam pergantian tahun serta liburan panjang paska tahun baru.
"Yang jelas, konsumsi BBM akan naik karena mobilitas masyarakat meningkat selama liburan," katanya.
Untuk itu, Sulis berharap agar SPBU meningkatkan stok mereka sebanyak mungkin sesuai kemampuan mereka. Dia memprediksi akan ada peningkatan konsumsi BBM bersubsidi selama malam pergantian tahun dan libur panjang pekan ini hingg 10%-15% dibanding hari biasa.
Meski ada penurunan, pihaknya meyakini bahwa SPBU tidak akan mengalami kerugian. Karena memang sebelumnya sudah ada perjanjian dengan Pertamina untuk meminimalisir kerugian pengusaha SPBU.
Pertamina akan memberikan kebijakan khusus terkait pembelian stok sebelum penurunan harga BBM bersubsidi diberlakukan.
"Sudah ada kesepakatan. Jadi saya rasa, penurunan ini tidak ada permasalahan berarti," ujar Sulis.
Kepala Bagian Umum SPBU Bantul Kota, Dwi Antara Arif R mengaku meski dari media massa sudah ada pengumuman dari pemerintah perihal penurunan harga bbm bersubsidi tersebut, namun sampai saat ini pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi baik dari Pertamina ataupun Himpunan Swasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) terkait dengan penurunan tersebut.
"Biasanya ada surat atau fax ke meja kami. Ini belum ada," ucap Arif.
Dia meyakini, penurunan tersebut tidak akan disikapi apatis oleh masyarakat dengan melakukan penundaan pembelian. Karena dengan penurunan sebesar Rp900, masyarakat tidak akan melakukan penundaan.
Masyarakat tetap akan membeli BBM dengan harga berapapun demi kepentingan mereka bepergian.
Arif hanya memperkirakan, penurunan harga BBM akan sedikit mereduksi (mengurangi) penjualan BBM non subsidi lainnya, Pertamax.
Jika sebelumnya penjualan Pertamax mengalami peningkatan paska kenaikan BBM bersubsidi, maka dipastikan penjualan Pertamax akan turun dengan penurunan BBM bersubsidi ini.
"Turunnya berapa, kami belum bisa prediksi," pungkasnya.
Kepala Disperindagkop Bantul Sulistyanto mengatakan, sampai saat ini pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi dari pemerintah ataupun Pertamina terkait penurunan tersebut.
Namun, pihaknya tetap tenang mengingat tidak akan ada gejolak di masyarakat paska penurunan ini.
"Saya rasa tidak akan ada gejolak. Dulu juga pernah ada penurunan, dan itu biasa-biasa saja," ujarnya, Rabu (31/12/2014).
Menurutnya, karena pemberlakuan penurunan harga tersebut baru dimulai pukul 00.00 pada Kamis (1/1/2015), maka ada jeda antara pengumuman dari pemerintah.
Sehingga, dimungkinkan masyarakat menahan pembelian BBM yang mereka butuhkan. Karena biasanya masyarakat ingin mendapatkan harga yang lebih murah dibanding harga saat ini.
Sulis memperkirakan, besok akan ada peningkatan permintaan BBM bersubsidi. Karena itu, dia mengimbau kepada SPBU untuk mengantisipasi kemungkinan kenaikan tersebut.
Terlebih penurunan tersebut bersamaan dengan malam pergantian tahun serta liburan panjang paska tahun baru.
"Yang jelas, konsumsi BBM akan naik karena mobilitas masyarakat meningkat selama liburan," katanya.
Untuk itu, Sulis berharap agar SPBU meningkatkan stok mereka sebanyak mungkin sesuai kemampuan mereka. Dia memprediksi akan ada peningkatan konsumsi BBM bersubsidi selama malam pergantian tahun dan libur panjang pekan ini hingg 10%-15% dibanding hari biasa.
Meski ada penurunan, pihaknya meyakini bahwa SPBU tidak akan mengalami kerugian. Karena memang sebelumnya sudah ada perjanjian dengan Pertamina untuk meminimalisir kerugian pengusaha SPBU.
Pertamina akan memberikan kebijakan khusus terkait pembelian stok sebelum penurunan harga BBM bersubsidi diberlakukan.
"Sudah ada kesepakatan. Jadi saya rasa, penurunan ini tidak ada permasalahan berarti," ujar Sulis.
Kepala Bagian Umum SPBU Bantul Kota, Dwi Antara Arif R mengaku meski dari media massa sudah ada pengumuman dari pemerintah perihal penurunan harga bbm bersubsidi tersebut, namun sampai saat ini pihaknya belum menerima pemberitahuan resmi baik dari Pertamina ataupun Himpunan Swasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas) terkait dengan penurunan tersebut.
"Biasanya ada surat atau fax ke meja kami. Ini belum ada," ucap Arif.
Dia meyakini, penurunan tersebut tidak akan disikapi apatis oleh masyarakat dengan melakukan penundaan pembelian. Karena dengan penurunan sebesar Rp900, masyarakat tidak akan melakukan penundaan.
Masyarakat tetap akan membeli BBM dengan harga berapapun demi kepentingan mereka bepergian.
Arif hanya memperkirakan, penurunan harga BBM akan sedikit mereduksi (mengurangi) penjualan BBM non subsidi lainnya, Pertamax.
Jika sebelumnya penjualan Pertamax mengalami peningkatan paska kenaikan BBM bersubsidi, maka dipastikan penjualan Pertamax akan turun dengan penurunan BBM bersubsidi ini.
"Turunnya berapa, kami belum bisa prediksi," pungkasnya.
(izz)