Masih Perlukah Resolusi?
A
A
A
Beberapa kerabat yang mengetahui salah satu hobi saya menulis, bertanya, apa yang akan menjadi tulisan pertama saya pada 2015.
Sebagian menerka dan berharap saya menulis mengenai langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi 2015. Tak sedikit pula yang meminta menulis seputar resolusi di tahun yang baru ini. Namun, sebelum menulis artikel ini saya mencoba berpikir apa iya kita masih butuh resolusi? Seberapa pentingkah resolusi untuk hidup kita? Atau jangan-jangan kita hanya ikutikutan orang lain yang juga membuat resolusi?
Bahkan ada yang menyindir dan terkesan bercanda dengan membuat banyak gambar yang mengatakan resolusi 2015 hanyalah menyelesaikan resolusi 2014 atau dengan kata lain menjalankan sesuatu yang tertunda, dan yang lebih ironis yakni isi resolusi tersebut tidak lebih adalah rencana 2013 yang disusun saat 2012.
Ada orang yang menyusun resolusi, tapi selama 2014 justru kehidupannya masih sama seperti di tahun sebelumnya, tapi ada pula orang yang mungkin tidak menyusun resolusi, tapi mereka justru meraih banyak pencapaian di akhir tahun. Lalu di mana salahnya? Yakin masih butuh resolusi? Atau yang dibutuhkan justru mentalitas dan komitmen diri yang menjadi fondasi?
Evaluasi Diri
Kalau Anda sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan, coba periksa diri Anda, sudah sejauh mana Anda bertumbuh dari sisi karier, pengetahuan, pengalaman, dan pengembangan diri.
Sudah seberapa dekat Anda dengan mimpi-mimpi yang Anda susun. Sudah seberapa optimal Anda melakukan pekerjaan Anda. Sudah seberapa baik Anda melayani rekan kerja maupun pelanggan lewat kinerja Anda? Hal yang sama berlaku untuk kita semua, apa pun pekerjaan dan peran yang kita lakoni di masyarakat, baik itu pejabat publik, pemerintah, guru, dokter, mahasiswa, kepala rumah tangga.
Kita banyak terjebak dengan upaya untuk meraih hal yang besar, tapi lupa untuk melihat ke dalam diri. Kita menjadi begitu berambisi meraih mimpi yang besar, tapi mengabaikan evaluasi diri. Itulah mengapa banyak orang menjadi frustrasi atau tidak lagi percaya, bahkan cenderung tidak lagi peduli dengan resolusi, karena mereka lelah bahwa semua yang disusun tidak pernah tercapai.
Menyalahkan resolusi tapi enggan untuk berkaca diri. Luangkan waktu untuk melihat kembali pekerjaan Anda dari awal tahun sampai akhir 2014, mengapa ada tugas yang berhasil dan mengapa masih ada yang terbengkalai? Perlukah ada perubahan dari cara bekerja, perlukah ada penyesuaian strategi? Ketika resolusi belum tercapai, bukan dikubur atau diganti mimpi Anda, melainkan belajar mengevaluasi dan mengubah cara mencapainya.
Mengalahkan Kekhawatiran
Lupakan saja resolusi kalau kita mengawali hidup kita dengan sebuah kekhawatiran pada 2015 ini. Memang banyak prediksi atau ramalan yang bisa jadi membuat seseorang menjadi enggan melangkah, takut, sehingga menjadi resah dalam memasuki hari-hari di tahun 2015.
Apa yang terjadi pada 2014 memang penuh dengan suka maupun duka, tetapi apa yang terjadi di belakang kita seharusnya tidak menjadi penghambat untuk melangkah ke depan. Belajar dari pengalaman tahun lalu dan menatap tahun 2015 dengan sebuah keyakinan. Dale Carnegie pernah berkata, “Our fatigue is often caused not by work, but by worry and frustration.”
Kita menyerah bukan karena resolusinya sulit dicapai, tapi terkadang karena kita terlalu khawatir dalam proses pencapaiannya. Ketakutan hanya terjadi di pikiran kita dan seperti banyak pepatah mengatakan, apa yang kita ciptakan di pikiran kita bisa jadi hal tersebut menjadi realita.
Sudah memasuki hari keenam di tahun 2015, pikiran seperti apa yang Anda ciptakan, dan seberapa kuat keyakinan Anda untuk meraih apa yang sudah Anda targetkan pada 2015. Musuh terbesar bukanlah pesaing Anda, melainkan diri sendiri.
Keputusan Anda
Perlu tidaknya sebuah resolusi adalah keputusan pribadi. Secara pribadi saya berpikir bahwa resolusi tidak lebih sekadar sebuah peta yang dapat memandu kita untuk melihat pencapaian di setiap tahunnya.
Tapi peta ini akan menjadi siasia bila seseorang hanya membawanya tapi tanpa mau melihat, merencanakan, dan mencoba berjalan mengikuti peta tersebut. Kita boleh saja sibuk di akhir tahun membuat daftar resolusi, seolah kita sudah membuat rencana terbesar untuk tahun berikutnya. Namun, yang terpenting bukan berapa banyak jumlah resolusi Anda, tapi berapa banyak yang sudah Anda jalankan.
Kita cenderung rajin membuat resolusi, tapi lupa untuk memonitor di pertengahan tahun. Kita bangga sudah menyusun resolusi, tapi tidak pernah mengevaluasinya di akhir tahun. Kalau yang terjadi demikian, pantaslah kita bertanya masih perlukah resolusi untuk diri kita? Atau janganjangan yang dibutuhkan lebih berupa reformasi diri.
MUK KUANG
Professional Trainer, Speaker Author-Messages of Hope, Amazing Life, Think and Act Like A Winner Email : [email protected] @mukkuang
Sebagian menerka dan berharap saya menulis mengenai langkah apa saja yang harus dilakukan untuk menghadapi 2015. Tak sedikit pula yang meminta menulis seputar resolusi di tahun yang baru ini. Namun, sebelum menulis artikel ini saya mencoba berpikir apa iya kita masih butuh resolusi? Seberapa pentingkah resolusi untuk hidup kita? Atau jangan-jangan kita hanya ikutikutan orang lain yang juga membuat resolusi?
Bahkan ada yang menyindir dan terkesan bercanda dengan membuat banyak gambar yang mengatakan resolusi 2015 hanyalah menyelesaikan resolusi 2014 atau dengan kata lain menjalankan sesuatu yang tertunda, dan yang lebih ironis yakni isi resolusi tersebut tidak lebih adalah rencana 2013 yang disusun saat 2012.
Ada orang yang menyusun resolusi, tapi selama 2014 justru kehidupannya masih sama seperti di tahun sebelumnya, tapi ada pula orang yang mungkin tidak menyusun resolusi, tapi mereka justru meraih banyak pencapaian di akhir tahun. Lalu di mana salahnya? Yakin masih butuh resolusi? Atau yang dibutuhkan justru mentalitas dan komitmen diri yang menjadi fondasi?
Evaluasi Diri
Kalau Anda sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan, coba periksa diri Anda, sudah sejauh mana Anda bertumbuh dari sisi karier, pengetahuan, pengalaman, dan pengembangan diri.
Sudah seberapa dekat Anda dengan mimpi-mimpi yang Anda susun. Sudah seberapa optimal Anda melakukan pekerjaan Anda. Sudah seberapa baik Anda melayani rekan kerja maupun pelanggan lewat kinerja Anda? Hal yang sama berlaku untuk kita semua, apa pun pekerjaan dan peran yang kita lakoni di masyarakat, baik itu pejabat publik, pemerintah, guru, dokter, mahasiswa, kepala rumah tangga.
Kita banyak terjebak dengan upaya untuk meraih hal yang besar, tapi lupa untuk melihat ke dalam diri. Kita menjadi begitu berambisi meraih mimpi yang besar, tapi mengabaikan evaluasi diri. Itulah mengapa banyak orang menjadi frustrasi atau tidak lagi percaya, bahkan cenderung tidak lagi peduli dengan resolusi, karena mereka lelah bahwa semua yang disusun tidak pernah tercapai.
Menyalahkan resolusi tapi enggan untuk berkaca diri. Luangkan waktu untuk melihat kembali pekerjaan Anda dari awal tahun sampai akhir 2014, mengapa ada tugas yang berhasil dan mengapa masih ada yang terbengkalai? Perlukah ada perubahan dari cara bekerja, perlukah ada penyesuaian strategi? Ketika resolusi belum tercapai, bukan dikubur atau diganti mimpi Anda, melainkan belajar mengevaluasi dan mengubah cara mencapainya.
Mengalahkan Kekhawatiran
Lupakan saja resolusi kalau kita mengawali hidup kita dengan sebuah kekhawatiran pada 2015 ini. Memang banyak prediksi atau ramalan yang bisa jadi membuat seseorang menjadi enggan melangkah, takut, sehingga menjadi resah dalam memasuki hari-hari di tahun 2015.
Apa yang terjadi pada 2014 memang penuh dengan suka maupun duka, tetapi apa yang terjadi di belakang kita seharusnya tidak menjadi penghambat untuk melangkah ke depan. Belajar dari pengalaman tahun lalu dan menatap tahun 2015 dengan sebuah keyakinan. Dale Carnegie pernah berkata, “Our fatigue is often caused not by work, but by worry and frustration.”
Kita menyerah bukan karena resolusinya sulit dicapai, tapi terkadang karena kita terlalu khawatir dalam proses pencapaiannya. Ketakutan hanya terjadi di pikiran kita dan seperti banyak pepatah mengatakan, apa yang kita ciptakan di pikiran kita bisa jadi hal tersebut menjadi realita.
Sudah memasuki hari keenam di tahun 2015, pikiran seperti apa yang Anda ciptakan, dan seberapa kuat keyakinan Anda untuk meraih apa yang sudah Anda targetkan pada 2015. Musuh terbesar bukanlah pesaing Anda, melainkan diri sendiri.
Keputusan Anda
Perlu tidaknya sebuah resolusi adalah keputusan pribadi. Secara pribadi saya berpikir bahwa resolusi tidak lebih sekadar sebuah peta yang dapat memandu kita untuk melihat pencapaian di setiap tahunnya.
Tapi peta ini akan menjadi siasia bila seseorang hanya membawanya tapi tanpa mau melihat, merencanakan, dan mencoba berjalan mengikuti peta tersebut. Kita boleh saja sibuk di akhir tahun membuat daftar resolusi, seolah kita sudah membuat rencana terbesar untuk tahun berikutnya. Namun, yang terpenting bukan berapa banyak jumlah resolusi Anda, tapi berapa banyak yang sudah Anda jalankan.
Kita cenderung rajin membuat resolusi, tapi lupa untuk memonitor di pertengahan tahun. Kita bangga sudah menyusun resolusi, tapi tidak pernah mengevaluasinya di akhir tahun. Kalau yang terjadi demikian, pantaslah kita bertanya masih perlukah resolusi untuk diri kita? Atau janganjangan yang dibutuhkan lebih berupa reformasi diri.
MUK KUANG
Professional Trainer, Speaker Author-Messages of Hope, Amazing Life, Think and Act Like A Winner Email : [email protected] @mukkuang
(ars)