Hunian di Serpong Paling Diburu

Rabu, 07 Januari 2015 - 09:44 WIB
Hunian di Serpong Paling Diburu
Hunian di Serpong Paling Diburu
A A A
Serpong semakin berkembang sebagai area hunian di kawasan penyangga di Barat Jakarta. Selain kedekatannya dengan Ibu Kota, kemudahan akses dengan pembukaan beberapa ruas jalan tol baru sangat berpengaruh bagi pertumbuhan properti di daerah tersebut.

Seperti diketahui, pertumbuhan properti selalu mengikuti perkembangan infrastruktur. Jika infrastruktur hancur, proyek properti hampir dipastikan babak belur.

Sebaliknya, pembangunan infrastruktur yang baik bakal terus memicu pengembangan beragam produk properti. Artinya, perkembangan infrastruktur yang baik di suatu kawasan akan memicu aktivitas bisnis pengembang properti. Ini wajar sebab keberadaan fasilitas infrastruktur yang baik akan melambungkan harga tanah, yang imbasnya akan menarik minat pengembang untuk membangun proyek.

Membaiknya infrastruktur terjadi di beberapa wilayah penyangga Jakarta, seperti di daerah Tangerang Selatan (Tangsel) misalnya daerah Serpong, Bintaro, Pemulang, dan Ciputat. Geliat infrastruktur di daerah dengan luas area 147,19 kilometer persegi ini sudah membuat pengembang tergiur menjadikan kawasan itu sebagai lahan bisnis.

Sebagai kawasan penyangga ibu kota, properti di daerah tersebut berkembang pesat. Kawasan Serpong menjadi yang paling pesat pertumbuhannya, khususnya kawasan BSD City. Sebelum BSD City hadir, Serpong adalah kawasan yang terdiri dari kampung-kampung terpencil, dan masih banyak perkebunan rakyat. Kendati letaknya dekat dari Jakarta, untuk menjangkau Ibu Kota Jakarta warga di sekitar Serpong harus menempuh akses transportasi yang tidak mudah.

Di atas lahan seluas 6.000 hektare, PT BSD akhirnya mulai membangun kota mandiri yang kini populer dengan nama BSD City. Sukses BSD ini baru diikuti pengembang besar lainnya, seperti Lippo Group dan Summarecon Serpong. Sudah ribuan ruko maupun rumah yang telah sukses dikembangkan manajemen BSD City. Memang bukan hal aneh jika perkembangan Serpong begitu pesat.

Meski di pinggir Jakarta, kawasan ini sudah lengkap oleh aneka fasilitas, mulai dari sarana hiburan seperti mal, fasilitas rekreasi dan kuliner, sekolah dan universitas, juga jalur transportasi ke arah Jakarta yang relatif lengkap. Jalur kereta api listrik (KRL) ke arah Jakarta tersedia. Begitu pula ruas jalan tol.

Daya jual kawasan Serpong kemungkinan bakal kian menawan seiring rencana pembangunan ruas jalan tol Serpong-Balaraja yang menghubungkan Tangerang dan Tangerang Selatan. Hunian vertikal seperti apartemen dan kondominium juga tetap diburu karena ke depan daerah pinggiran akan semakin berkembang menjadi wilayah ekonomi sendiri bahkan bisa saja tidak lagi banyak tergantung dengan aktivitas di pusat kota.

Lambat laun kawasan tengah kota bakal jenuh dengan harga unit properti di sana juga kian tak terjangkau untuk kegiatan bisnis. Melihat kenyataan itulah, perusahaan pengembang properti, PT PP Properti, menggelar ekspansi bisnis ke kawasan Serpong dengan meluncurkan proyek apartemen bernama The Ayoma Serpong senilai Rp270 miliar.

Direktur PT PP Properti Indaryanto mengatakan, meski sektor properti masih berjalan lamban, kebutuhan akan hunian terus meningkat. Apalagi melihat backlog yang masih tinggi, pihak perseroan memutuskan untuk menggarap proyek apartemen ini.

“Kawasan Serpong memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat cepat. Terlebih perkembangan di koridor Simatupang ikut menunjang prospek properti yang ada di kawasan ini. Dengan begitu, semakin banyak konsumen yang membutuhkan hunian yang nyaman dan dekat dengan akses tempat bekerja,” tandasnya.

Menurut Indaryanto, apartemen The Ayoma Serpong dibangun di atas lahan seluas 7.000 meter persegi, dengan tiga menara yang mencapai 400 unit apartemen. Sampai saat ini sudah ada 50 unit yang sudah jual. “Meski belum resmi di-launchingke pasar, apartemen ini telah mendapat sambutan positif dan sudah terjual sebanyak 50 unit,” imbuhnya.

Dia mengemukakan, apartemen The Ayoma rencananya akan dijual dengan harga di bawah Rp1,5 miliar per unit dan mulai dibangun (groundbreaking) pada kuartal I/2015. “Sasaran kami adalah untuk kelas menengah atas karena kawasan Serpong ini adalah kelas masyarakat berbeda dengan kawasan lainnya di Jabodetabek,” sebut Indartyanto.

Indaryanto optimistis apartemen The Ayoma Serpong bakal diterima pasar dengan baik. Apalagi, PT PP Property sebagai pengembang yang sudah berpengalaman dalam bidang konstruksi lebih menjaga kualitas dan layanan prima kepada konsumen. “Saya yakin, dalam waktu dekat bisa terserap pasar karena selain harga tidak terlalu mahal, kawasan Serpong ini juga sebagai kawasan kota mandiri yang terus tumbuh menjadi kota satelit,” ujarnya.

Tidak mau kalah, setelah melakukan peluncuran pada Juni 2014 lalu, PT Pohon Artha Makmur–anak usaha Pohon Group–memulai pembangunan TreePark Apartment & Commercial Serpong. Proyek di atas lahan 4.700 meter persegi ini dibangun dengan investasi berkisar Rp300–400 miliar. TreePark merupakan apartemen lifestyle pertama di Serpong yang berada di kawasan BSD City.

Mengusung konsep “everything is just a step away”, TreePark menawarkan 643 unit apartemen di menara setinggi 29 lantai. “Antusias terhadap proyek ini terlihat dari penjualannya yang telah mencapai 90% sejak diluncurkan Juni lalu,” jelas Norman Eka Saputra, Presiden Direktur PT Pohon Artha Makmur. Dia mengungkapkan, untuk pembangunan proyek ini, pihaknya menggandeng Pulau Intan sebagai kontraktor.

“Kami menargetkan serah terima unit bisa dilakukan pada Maret 2017,” kata Norman. Sementara, Manajer Marketing PT Pohon Artha Makmur Yoga Lim menuturkan, TreePark menawarkan tiga tipe unit yaitu studio, 1 kamar tidur, dan 2 kamar tidur. Dengan luas unit mulai 22 meter persegi hingga 52 meter persegi, hunian vertikal ini dipasarkan mulai Rp457–900 juta.

“Kami optimistis semua unit akan terjual habis akhir tahun nanti,” tukas Yoga. Selain unit apartemen, TreePark juga memasarkan 10 unit ruko setinggi 2 dan 3 lantai. “Harga ruko berkisar Rp4 miliar hingga Rp6 miliar. Saat ini ruko telah terjual 6 unit,” imbuh Yoga. Meski Tangsel sangat potensial dikembangkan dan sangat menarik bagi industri properti, tentu masih banyak kendala yang dihadapi pengembang maupun pelaku industri properti lainnya.

Misalnya, soal perizinan yang birokratis dan tumpang tindih, infrastruktur yang belum optimal seperti jalan rusak, serta masuknya listrik dan air yang relatif belum bagus, menjadi pekerjaan rumah tersendiri, terutama Pemkot Tangsel.

Rendra hanggara
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7485 seconds (0.1#10.140)