Industri Gula Diarahkan ke Indonesia Timur

Jum'at, 09 Januari 2015 - 10:36 WIB
Industri Gula Diarahkan...
Industri Gula Diarahkan ke Indonesia Timur
A A A
JAKARTA - Pengembangan industri gula nasional diarahkan ke kawasan timur Indonesia (KTI). Ini sejalan dengan target untuk swasembada gula dalam tiga tahun ke depan.

Untuk mendukung program ini, Kementerian Pertanian (Kementan) akan mengembangkan sejumlah kawasan di luar pulau Jawa untuk pembangunan 10 pabrik gula baru.

Dalam hal ini Kementan melibatkan stakeholder terkait termasuk Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). Wakil Ketua Bidang Investasi, Pendanaan dan Pembiayaan, Komite Koordinator Bidang Perekonomian Kawasan Timur Kadin Habe mengatakan, 10 pabrik gula tersebut akan dibangun hingga lima tahun ke depan.

Sehingga, pada periode pemerintahan berikutnya diharapkan hasil produksinya sudah bisa diekspor. Sebagai permulaan, Kadin akan mendorong pendirian empat pabrik gula di kawasan Indonesia timur yaitu di Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Pihaknya masih menyeleksi sejumlah investor yang telah menyatakan minatnya.

“Kita juga siapkan perizinannya dari sekarang dan diharapkan tahun depan sudah bisa dibangun setidaknya satu pabrik dulu,” ujarnya kepada KORAN SINDO di sela-sela diskusi terkait Percepatan Pembangunan Kawasan Indonesia Timur di Menara Kadin Jakarta kemarin.

Wakil Ketua Bidang Investasi, Keuangan dan Pendanaan Komite Koordinator Bidang Perekonomian Kawasan Timur Kadin Dewi Caroline menambahkan, untuk membangun satu pabrik gula dengan kapasitas 10.000 ton cane per day (TCD) dibutuhkan investasi lebih dari Rp1 triliun dengan lahan sekitar 25.000 hektare (ha).

Menurutnya, untuk mendapat lahan seluas itu di Indonesia timur relatif lebih mudah dibanding di pulau Jawa. Ketua Komite Koordinator Bidang Perekonomian Kawasan Timur Kadin Nasruddin Tueka menambahkan, program lain yang akan dijalankan bersama instansi terkait di bawah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah pengembangan komoditas unggulan dari Indonesia Timur.

Salah satunya usaha perkebunan dan industri pengolahan singkong di sejumlah daerah. “Kita proyeksikan investasi yang dibutuhkan sekitar Rp11 triliun untuk 2015. Lokasilokasinya juga akan kita standarkan,” ungkapnya. Menurutnya, singkong dan produk dari singkong selama ini sebagian besar memang digunakan untuk pasar domestik. Namun, dalam program ini akan didorong agar hasilnya bisa diekspor sehingga meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat di kawasan timur.

“Kita berusaha menjamin kualitasnya dan kita akan ekspor ke luar negeri seperti Kanada. Kita juga akan roadshow ke Korea, Jepang, Selandia Baru dan Australia, untuk membicarakan bisnis ini,” ungkapnya. Menurutnya, ekspor dalam bentuk barang setengah jadi dan barang jadi seperti chips , tapioka dan gluten.

“Untuk gluten pangsa pasarnya lebih banyak ke Eropa,” pungkasnya. Di sisi lain, Deputi Bidang Produksi Kementerian Koperasi dan UKM I Wayan Dipta mengatakan, terkait gula rafinasi yang merembes ke pasar, pihaknya berharap peran koperasi sebagai distributor bisa ditingkatkan.

“Sekarang kontribusi koperasi sebagai distributor baru 11%, juga pengecer baru 5%. Ke depan kita tingkatkan menjadi 25%. Mudah-mudahan tahun ini kita bisa realisasikan itu. Kalau bisa di setiap kabupaten ada satu saja distributor koperasi supaya subsidi langsung kepada petani,” ungkapnya.

Inda susanti/ oktiani endarwati
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9534 seconds (0.1#10.140)